Selasa, 31 Maret 2009

CAHAYA BULAN

Dkils- Ini adalah puisi yang di bacakan Nicholas Saputra dalam film "Soe-Hok-Gie" beberapa tahun yang lalu.

"Cahaya Bulan"

Akhirnya semua akan tiba pada suatu hai yang biasa

Pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui

Apakah engkau masih selembut dahulu

Memintaku minum susu dan tidur yang lelap

Sambil mmbenarkan letak kerah leher kemejaku

kabut tipis pun turun pelan-pelan dilembah kasih

Lembah Mandalawangi

Kau dan aku tegak berdiri

Melihat hutan-hutan yang menjadi suram

Meresapi belaian angin yang menjadi dingin

Apakah kau masih membelaiku semesra dahulu

Ketika kau dekap, kau dekaplah lebih mesra

Lebih dekat

Apakah kau masih akan berkata:Ke dengar degup jantungmu

Kita begitu berbeda dalam semua

Kecuali dalam cinta

(teks nyanyian)
# Cahaya bulan menusukku
Dengan ribuan pertanyaan
Yang tak kan pernah ku tahu
Dimana jawaban itu

#Bagai letusan berapi
Bangunkan ku dari mimpi
Sudah wakunya berdiri
Mencari jawaban kegelisahan itu

Semoga menjadi inspirasi untuk kita bisa mengenang orang-oang yang mencintai dirikita. Selalu

Jumat, 06 Maret 2009

Pilihan Hidup

dkils- Salam sahabat,

Apa kabarmu? Semoga Tuhan yang kau yakini, selalu ada dan menyertaimu dalam aktifitas-aktifitas kebesaranmu.

Sahabat, Sekarang kita sama berada dalam satu fase dimana jiwa kita ada dalam satu titik sikap yaitu rasa bimbang. Hal ini karena berkaitan dengan tuntutan yang mengharuskan kita untuk bisa memilih jalan hidup yang terbaik diantara yang baik dalam mengarungi masa depan. Masa ini kuanggap masa tersulit yang sama-sama harus kita hadapi demi tercapainya tujuan hidup yang kita rencanakan dan cita-citakan.

Aku misalnya harus berada dalam satu sikap yang sampai - sampai saat ini aku terus dilanda ketidaktahuan dan kebimbangan pilihan.Terbukti, saat ini aku masih tidak tahu apa yang harus aku kerjakan. Aku memiliki banyak kesempatan untuk bisa menunjukkan kapasitasku dalam satu bidang tertentu yang aku yakini sebagai jalan hidupku, namun ternyata fakta berbicara lain. Begitu banyak hal yang hingga akhirnya membuat aku terjebak dalam ketidakpastian, ketidakyakinan, dan ketidakjelasan pilihan jalan hidup.

Sahabat…
Senang rasanya melihat seseorang yang pada masa ini sudah mampu menentukan jalan hidupnya ke depan. Proses yang selama ini mereka jalani dari awal berujung manis ketika melihat kesiapan dan ketaktisan dalam mengembangkan diri berjalan normal apa adanya. Artinya, mereka sudah berani untuk mengambil suatu keputusan terpenting dalam hidup. Termasuk kamu.

Sungguh aku senang melihatnya, meski hati ini sebenarnya sedih dan nangis karena iri tak mampu melakukan hal yang serupa. Keberanian yang Selama ini diharapkan tumbuh, tak kunjung datang. Padahal, bagiku itulah modal utama yang harus segera aku tanam dalam diri.

Sahabat..
Semoga kau senang dengan pilihanmu. Aku berharap apapun yang terjadi kau tetap terus bisa mempertahankan prinsip-prinsip yang selama ini kau pegang. Tentunya aku selalu minta doa dan dukungan agar segera bisa berani menentukan jalan hidupku.

Rabu, 04 Maret 2009

Ambisi Buka Hati

"Ambisi"

Aku haus

Berlari dalam mengejar kepuasan

Entah apa?

Meraba…. Menggais….. mencari……

Sampai melibas

Tak bisa ku hindari

Kebutuhan dan kepuasan rasa

Ingin terus dan lagi

Walau harus sampai menangis

Yang penting dahaga ini terpenuhi

Ah……

Dimana itu

Apa itu

Dan siapa itu ?

Ternyata kau musuhku

Mencoba merebut

Haus…. Itu milikku





"Buka Hati"

Sulit aku buka

Keras

Usaha banyak dilakukan

Tapi tak jelas justru caranya

Bingung tak tahu lagi apa upaya

Menerobos lewat kekerasan
Atau justru butuh kelembutan

Lelah sudah upaya yang kulakukan untuk kali ini. Bukan bermaksud untuk pasrah apalagi berniat untuk menyerah. Tidak. Itu tidak mungkin. Aku percaya masih ada harapan untuk membukanya, meski hanya secuil. Dan itulah harapan yang selalu menjadi semangat dan modalku menghadapi hari

Hari baru telah tiba

Usaha kembali ku coba

Kini tak lupa kuberdoa

Memohon kepada sang penguasa

Tuk bersedia memberikan pencerahan

Juga perlindungan

Lagi. Ternyata lagi. Harus kuhadapi hari yang sama seperti kemarin. Kerja keras dan upaya segala cara yang kulakukan berakhir sia-sia. Jangankan bisa terbuka, terdorong sedikitpun tidak. Sungguh mengecewakan. Menyulut amarahku yang terasa terbakar oleh kegagalan yang berulang. Bukan sekali dua kali, tapi lebih. Sungguh keterlaluan. Sungguh memalukan. Ini sampai kapan?

Bingung sudah kini aku. Tak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Apa yang harus kukatakan pada semua orang yang telah kukabarkan akan kesanggupan untuk membukanya.

Aku malu. Aku gagal.

Esok lusa hari masih ada

Cerah gelap tergantung kita

Harapan akan selalu tiba

Cita akan selalu ada

Bagi orang yang masih percaya

Serta mau berusaha

Ingat …. Coba buka pintu hatimu lagi, dengan sabar dan ikhlas. Yakinlah!

HELLO MAHASISWA

dkils-
Heloo mahasiswa....
musim liburan telah usai,rutinitas kita sebagai calon intelektual kembali akan kita geluti. semoga cita-cita kita untuk menjadi yang terbaik di hari depan dapat terkabul. Namun...

Apa jadinya kalau mahasiswa masih memiliki mental anak-anak SMA, atau juga masih bermental anak SMP, atau yang lebih gawat, apa jadinya kalau mahasiswa masih bermental anak-anak SD. Mental yang masih ingin banyak bermain, bermanja-manja ria, belum peduli dengan lingkungan sekitar, belum berpikir kritis dan masih banyak lainnya. Tentu kita akan kesulitan membayangkannya. Tapi inilah yang terjadi di kampus hijau pembaharu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Meski tidak semua, tapi ternyata banyak sekali mahasiswa yang tidak sadar atau juga sadar bahwa sosok mereka belum berubah dari wujud “sebelumnya” .

Oke … pada kesehariannya, penampilan dan gaya mereka bisa disebut tidak lagi sebagai siswa tetapi sudah mahasiswa. Tapi sayang, perubahan penampilan dan gaya mereka dari siswa ke mahasiswa tidak diikuti dengan perubahan mental dan cara berfikir mereka. Akibatnya, sekarang yang ada di UIN Syahid adalah siswa-siswa yang berpakaian bebas bukan lagi mahasiswa yang katanya sebagai agent of change. Mau bukti …?

“Mahasiswa dan kualitas-kualitas yang dimilikinya menduduki kelompok elit dalam generasinya. Sifat kepeloporan, keberanian dan kritis adalah cirri dari kelompok elit generasi muda, yaitu kelompok mahasiswa itu sendiri. Sifat kepeloporan, keberanian, dan kritis yang didasarkan pada objektifitas yang harus diperankan oleh mahasiswa bisa dilaksanakan dengan baik apabila mereka dalam suasana benar, merdeka, demokratis, objektif dan rasional. Sikap ini adalah progressif sebagai cirri dari seorang intelektual. Sikap mental tersebut akan melahirkan sikap-sikap kepeloporan, keberanian, dan kritis yang didasari atas kejujuran, keadilan, dan objektivitas” (Modul LK 1 HMI: h. 45)

Dulu ketika UIN masih berstatus sebagai IAIN, banyak mahasiswa yang mengerti akan siapa sebenarnya dirinya. Sehingga mental-mental progressif sebagai mahasiswa berkembang dan menjalar pada masing-masing individu. Terbukti berapa banyak sarjana-sarjana IAIN yang sekarang bisa merasakan hasil dari sikap kepeloporan, keberanian dan kritis yang mereka suarakan dan kembangkan ketika menjadi mahasiswa.
Sementara mahasiswa UIN yang ada sekarang ini adalah mahasiswa yang bermentalkan pengikut, pengecut dan pendiam terhadap keadaan dan situasi di sekitar. Layaknya masih seorang siswa, mahasiswa sekarang hanyalah pemuda-pemudi yang suka nongkrong, no-math (nonton bioskop), gaul, keluyuran kesana-kesini, pacaran ngga ada waktunya, dan masih banyak lagi sikap yang tidak bisa mengindentitaskan bahwa dirinya adalah termasuk golongan elit pada masanya.

Entah karena terbawa oleh bentuk bangunan dan gedung kampus yang super mewah (terkesan mirip hotel) atau karena memang perkembangan zaman dan teknologi yang tidak bisa dibendung, atau juga karena memang terbawa sisstem kampus yang beredar gossip ingn menciptakan mahasiswa-mahasiswa penurut dan pendiam atas kebijakan-kebijakan yang ada baik pada intern kampus maupun extern kampus.
Entahlah ….. ???!!!

Yang pasti, fakta memperlihatkan bahwa mahasiswa UIN sekarang tidak lagi “Ngeh/melek” terhadap situasi dan kondisi yang ada. Mereka hanya bisa berfikir bagaimana nilai akademis bisa berjalan lancar dan baik sehingga selesai sesuai target. Tidak banyak jiwa -jiwa resah yang membuat mahasiswa menjadi pelopor dalam menciptakan ide-ide kreatif dan inovatif. Tidak banyak sekarang mental-mental kritis untuk menolak segala kebijakan-kebijakan yang tidak lagi sesuai dengan kebenaran, tapi justru menyengsarakan.

Belum banyak terlihat sekarang, mahasiswa-mahasiswa berkumpul untuk berdiskusi dan memecahkan masalah. Justru yang ada hanyalah mahasiswa-mahasiswa berkumpul untuk saling curhat masalah pribadi, dan lebih ironis berkumpul hanya untuk membicarakan masalah gossip artis, film baru, life style, dan segala tetek bengek yang kurang terlalu penting untuk dibahas.

Inikah cirri-ciri kelompok elit dalam generasinya? Tentu saja tidak !
Mengetahui dan menyadari hal ini, tentu membuat kita malu dan tidak pantas menyandang prediket sebagai mahasiswa. Tetapi bukan berarti kita sudah tertutup dan terlambat untuk mengubah dan mengidentitaskan diri sebagai mahasiswa yang benar-benar berfungsi sebagai kelompok elit dalam generasinya yang mempunyai sikap kepeloporan, keberanian, dan kritis terhadap apa yang ada dihadapan kita.
Mulai sekarang, ayo kita mulai. Menajdi pelopor agar jiwa-jiwa resah dan gelisah tumbuh dan berkembang dalam kampus. Tidak ada kata “tidak bisa” dalam kampus. Tidak ada lagi kata “tidak mungkin”. Tidak ada kata “dilarang”. Jadikan kampus benar-benar sebagai wadah kita dalam mengexplorasikan jiwa dan tubuh kita sebagai jiwa-jiwa pemuda penerus bangsa yang kreatif dan cerdas dalam menciptakan “karya” dengan tetap mencirikan Islam sebagai agama kita. Tidak ada yang lain. Kitapun harus berani dan kritis terhadap apa-apa yang bertentangan dengan apa yang seharusnya bisa kita lakukan.Jangan takut dan jangan diam. Kita harus bertekad, bahwa mahasiswa harus berani. Berani untuk menegakkan kebenaran dan menolak segala kemungkaran. Tidak boleh lagi terbesit di dalam hati rasa minder, takut dan mau lari dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah. Itulah mahasiswa

Kita tidak mau disamakan dengan bebek dan ikan mujair yang mudah untuk digiring dan hanya bisa nurut dan manut apa kata atasan. Kritislah !! jangan hanya diam dan menganguk. Kita bukan lagi tercipta sebagai boneka-boneka yang hidup atas kemauan tuan yang tidak bertanggung jawab. Jiwa kritis dan aktif modal bagi tumbuhnya jiwa-jiwa resah dan pemberani.

Semua akan terasa indah jika semua itu dapat berjalan baik dan sesuai dengan suasana yang benar, merdeka, demokratis, dan rasional yang juga berlandaskan atas kejujuran, keadilan dan objektifitas.
Ingat….

Saya, kamu dan kita semua telah diamanahkan sebagai seorang mahasiswa yang berperang sebagai agent of change dalam kehidupan bermasyarakat. Kepercayaan ini jangan disia-siakan. Kepercayaan ini jangan sampai disalahgunakan. Masyarakat sudah menunggu kehadiran kelompok elit yang berjiwa resah, kritis dan punya sifat keberanian sehingga tercipta kehidupan yang lebih baik. Bukankah ini suatu kebanggaan? Semoga ini menjadi renungan.

Pengikut

S e l a m a t D a t a n g di Cielung Dkils

TAMU "Gelisah"

free counters