Minggu, 26 Desember 2010

SALING PENGERTIAN

Aku belum bisa memahami jalan pikirannya. Dia terlalu sulit untuk ditebak. Rambu-rambu yang mengindikasikan kalau dirinya adalah sosok yang introvert dihapusnya perlahan dengan sikap justru sebaliknya. So … bagaimanakah dirinya ? aku ternyata belum mengenalnya.

Dia pernah berujar kepadaku :”waktu satu tahun ternyata belum cukup untuk mengenal dan memahami siapa diri gua ? Loe masih salah memandang gua seperti itu …”

Persis. Bagiku saat dia mengatakan hal demikian, secara tersirat dia juga menyatakan bahwa dirinya juga belum mengenal siapa diriku. Oleh karenanya antara aku dan dia masih terjadi saling kesalahfahaman dalam menjalani jalinan persahabatan.

Wajarlah … jangankan untuk jangka waktu satu tahun yang masih tergolong seumur jagung, yang sudah 10 bahkan 20 tahun pun namanya jalinan antara dua orang akan terjadi riak-riak baik yang negatif maupun yang positif. Makanya, siapapun orangnya kalau menginginan jalinan hubungan yang langgeng kuncinya adalah rasa saling pengertian / percaya satu sama lain tetap terjaga.

Buang jauh-jauh prasangka-prasangka negatif yang membuat diri kita curiga dan tidak lagi percaya atas apa yang telah dia lakukan atau sebaliknya.

Itulah kunci menjalin persahabatan.

semoga !

Sabtu, 18 Desember 2010

PETUAH EMAK (MEMPERINGATI HARI IBU)


Kalau bukan karena Emak, tentu aku akan marah kepadanya sepanjang waktu. Biarkan orang menganggap aneh sikapku. Aku tak perduli. Aku sungguh kesal dan muak atas tindakannya kepada keluargaku. Terutama kepada Emak. Baginya, seolah keluarga kami adalah keluarga tak memiliki nilai harga diri. Dianggapnya orang kecilan dan sampah.

Kakak perempuanku pernah dijulukinya sebagai perawan tua yang tak bakalan mendapatkan seorang jodoh. Maklum, sudah berumur diatas 30 tahun tetapi belum nikah juga. Itu memang fakta, tetapi bukan berarti seenak udele dhewe untuk menghina-hina. Ingin aku memukulnya, lagi-lagi Emak menghalangi tindakanku. Katanya, “Biarin aja, orang kagak nyakitin fisik ini. Lagi juga diakan begitu karena kaga tahu”

Selalu kalimat Itu yang keluar dari mulut Emak ketika aku ingin membalas. Dan anehnya aku menurut saja, tak melawan untuk tetap bisa membalas tindakannya kepada keluargaku.
Ah … Emak memang terlalu luar biasa !!!

Sikapnya sungguh mencerminkan sikap orang tua yang penuh kasih sayang dan bijak. Ia selalu mengajarkan kepada kami agar bertingkah laku baik kepada siapapun dan apapun. Tak perduli apakah kita dalam kondisi telah dirugikan atau tidak. Ajaran paling sederhana yang pasti kuingat dari sekian pesannya adalah agar aku bisa selalu senyum terhadap orang lain baik yang memusuhi kita atau tidak. Amat sederhana. Tetapi berdampak luar biasa.

Aku pernah mengalami kejadian saat aku dimusuhi sahabat karibku karena ia menyangka aku telah mengadukan sikapnya yang sering godain anak perempuan kepada bapaknya sehingga ia dimarahi. Karena itu, hampir seminggu ia tak mau bermain dan menyapaku. Walau begitu, aku tetap berupaya menjaga hubungan baik dengannya. Minimal setiap kali bertemu dengannya aku tersenyum dan menyapanya. Menunjukkan bahwa aku tak bersalah kepadanya dan aku tak marah oleh sikapnya. Pada akhirnya, ia malu sendiri karena sikapnya apalagi setelah mengetahui kejadian sebenarnya. Aku tetap menyambut tangannya.

Tapi tidak untuk orang satu ini
orang yang selalu menghina keluargaku
Aku sudah terlalu gondok
Aku amat sangat muak
Oleh sikapnya

Dan Emak cukup meningatkanku untuk tidak bersikap demikian dengan cerita sikap kanjeng Rosul Muhammad ketika ia selalu dilempari batu oleh orang Quraisy menjelang keberangkatannya menuju masjid. Beliau tidak kesal. Bahkan ketika beliau suatu hari melewati jalan yang sama, dan tak ada orang yang melemparinya dengan batu seperti biasa. Beliau justru bertanya kemana orang tersebut. Sampai akhirnya diketahui ternyata dia sedang sakit. Apa yang dilakukan Rosul ?

Beliau datang menjenguk dan mendoakan atas kesembuhan untuk orang yang selalu menyakitinya. Beliau datang bukan untuk marah dan membalasnya.

Aku tertunduk kalau Emak cerita itu. Rasa malu menjalar keseluruh tubuh. Begitu mulia akhlak atau sikap Rosul. Dan itu mampu diamalkan dan diajarkan Emak pada anak-anaknya. Memang sikap yang tampak sederhana. Tapi ternyata perlu latihan dan kesabaran untuk menjalankannya.

Semoga aku bisa. Maafkan aku ya Tuhan … Dan terima kasih untuk Emak ...

SELAMAT HARI IBU ...

Semoga Emak sehat selalu ... !!!

Cepat Sembuh ya ..... !!!!

Jumat, 17 Desember 2010

KERJAKANLAH SHOLAT.....

Aku selalu terngiang, bahwa Tuhan mencintai hambanya yang senantiasa mau melakukan amal ibadah wabil khusus sholat. Pagi ini aku terlelap memejamkan mata. Asyik dengan dunia mimpiku. Lelah seharian kemarian seakan terobati oleh nikmatnya rasa tidur. Tapi, ya Allah … aku terlewatkan akan kewajiban. Aku berada dalam kelalaian.

Ibuku marah tak karuan. Berulang-ulang ia menjelaskan bahwa sebuah kewajiban bagi umat Islam yang sudah baligh untuk menjalankan perintah agama terutama sholat 5 waktu. Sholat diibaratkan sebuah tiang bagi bangunan (agama), yang kalau tidak didirikan maka akan dapat dipastikan bangunan, dalam hal ini agama bakal runtuh berantakan. Artinya kita tidak bisa berharap agama yang kita akan anut akan terus eksis sampai akhir zaman. Na’udzhubillah !

Aku lalu berpikir, sampai sejauh itukah arti mengerjakan sholat ? padahal secara jujur, selama ini aku hanya mengerjakan sholat berdasarkan fakta “kewajiban” semata. Bahkan terkadang hanya karena takut atau malu dengan orang tua atau orang lain jika tidak mengerjakannya. Astaghfirullah !!

Kemudian muncul pertanyaan kembali. Mengapa kita enggan sekali mengerjakan sholat? Padahal kita sama tahu bahwa itu sebuah kewajiban. Atau jangan-jangan diantara kita memang sudah banyak yang tidak tahu bahwa sholat adalah kewajiban ? Na’udzhubillah lagi dah .. !

Dulu aku pernah merasakan nikmatnya mengerjakan sholat. Sangat nikmat. Saat itu aku merasakan kedekatan yang luar biasa pada Allah selaku Tuhan penguasa alam. Aku seolah berdialog dengan-Nya. Mengungkap semua keluh kesah kesenangan dan kesusahan yang kualami. Hati menjadi bersih. Pikiran terang laksana sang surya memberikan cahaya terbaiknya. Aku ridho dan ikhlas atas semua hal yang kukerjakan. Tak pernah sedikitpun terpikirkan untuk melalaikan sholat. Apalagi meninggalkannya.

Tapi hari ini, aku mengulangi kembali pekerjaan bukan untuk yang pertama dan kedua kalinya. Tapi lebih dan untuk kesekian kali.

Entah karena apa pastinya ? sebuah kemalasan, kesengajaan, atau memang karena ketidakpercayaan ?

Aku mengingat kembali pesan nabi dalam sabdanya :
اََلصلاة عماد الدين . فمن اقامها فقد اقام الدين . فمن تركها فقد هدم الدين
“Sholat itu adalah tiang agama. Barang siapa yang mendirikan sholat berarti ia mendirikan agama. Barang siapa yang meningalkan sholat, maka ia merusakkan agama”

Semoga kita berada di jalan yang benar dan diberikan kesadaran untuk mengerjakan kewajiban. Amin.

Rabu, 15 Desember 2010

KARENA BAROKAH ILMU (TOKOH AGAMA)

Menarik sekali obrolanku malam ini di saung bengkel milik seorang kawan. Dengan di temani segelas kopi untuk 4 orang dan tiga bungkus rokok dengan berbagai jenis merk, kami asyik ngobrol ngalor ngidul terkait masalah ketokohan seorang yang memiliki ilmu agama dengan segudang karomahnya dan masalah keagamaan yang sedang hot dibicarakan akhir-akhir ini di tengah masyarakat.

Cuaca malam hari tampak redup. Sang pemilik sinar malam malu-malu untuk menampakkan diri. Dia bersinar seadanya, seolah setengah hati. Pun demikian dengan angin. Hanya sesekali menghembuskan kesejukan. Tidak banyak. Di sebelah saung, kali (sungai) yang tadi volume airnya kecil perlahan mulai sedikit demi sedikit bertambah. Menciptakan suara gemiricik karena perbenturan air dengan batu kali. Membuat suasana malam semakin nyaman untuk dirasakan di luar rumah.

Aku mulai bercerita tentang ketokohan para wali songo. Kelebihan-kelebihan atau bahasa agamanya karomah yang dimiliki masing-masing wali ku ceritakan sebatas pengetahuanku. Seperti cerita tentang murid sunan Ampel yang mempunyai karomah mampu melihat ka’bah dari lobang yang dibuatnya di tembok masjid Agung Demak saat menentukan arah kiblat. Karena karomahnya itulah sang murid akhirnya diberi gelar oleh Sunan Ampel dengan panggilan ‘Mbah Bolong’.

Selanjutnya ku ceritakan wali yang berada di pondokku daerah Sidayu Gresik Jawa Timur bernama Kanjeng Sepuh. Beliau adalah salah satu ulama yang banyak memiliki karomah luar biasa pada masanya. Dua peninggalannya yang hingga kini masih bermanfaat bagi warga sekitarnya adalah telaga di daerah Sidomulyo dan sumur di daerah … (saya lupa nama daerahnya). Kedua peninggalan tersebut amat sangat berguna bagi lingkungan sekitar karena berfungsi sebagai sumber air minum. Dan banyak lagi cerita tentang karomah yang dimiliki Kanjeng Sepuh.

Kemudian ceritaku berlanjut kepada karomah ulama-ulama tak jauh juga di sekitar pondokku. Ada KH. Suhail Ridhwan. Ada KH. Ahmad Siddiq, KH. Syamsu Dhuhha, KH. Abdul Muqsith dan lain sebagainya. Mereka semua hingga kini masih hidup. Mereka masing-masing memiliki karomah sebagaimana layaknya di miliki para kekasih Allah lainnya. Hingga akhirnya ceritaku sampai kepada tokoh controversial, presiden RI ke tiga yaitu Abdurrahman Wahid atau biasa di sebut Gus Dur.

Saat menceritakan tokoh yang satu ini, kedua rekanku yang dari tadi berperan sebagai pendengar ikut serta menjadi pembicara karena pengalaman dan pengetahuannya tentang sosok Gus Dur. Satu kawan menceritakan karomah yang dimiliki Gus Dur berupa tingkat intelegensia yang di batas rata-rata masyarakat Indonesia. Misalnya terkait statemen Gus Dur tentang anggota DPR yang mirip Taman Kanak-Kanak. Saat pengucapan statemen tersebut, Anggota DPR tidak tampak demikian. Namun tak lama kemudian, anggota DPR menunjukkan sikap aslinya yang mirip siswa Taman Kanak-Kanak.

Satu lagi kawan menceritakan karomah Gus Dur terkait keterlibatannya sebagai sorang santri yang bisa menjadi orang nomor satu di negeri bernama Indonesia. Dalam sejarahnya, di Indonesia belum ada seorang santri menjadi Presiden. Bahkan secara tingkat pendidikan, Gus Dur adalah seorang mahasiswa yang tak pernah lulus kuliah. Ini sungguh keajaiban. Hanya orang tertentu saja yang diberikan kelebihan atau kemampuan diluar batas akal atau logika manusia. Salah satunya Gus Dur.

Tak lama ia bercerita Gus Dur. Ia bercerita tentang para Habib. Dalam pandangan umat Islam Indonesia. Habib adalah keturunan langsung Rosullah dari garis cucu beliau Husen, putra dari Siti Fatimah dan Sayyidina Ali karromallahu wajhah. Dengan lantang kawanku ini bercerita panjang lebar tentang karomah habib yang ada di sekitar wilayah Jabodetabek. Baik yang sudah meninggal maupun masih hidup. Habib yang ada di daerah Empang Bogor, dari daerah Kwitang, Kranji Bekasi atau Luar Batang Jakarta Utara. Ia ceritakan satu-satu. Sungguh cerita yang amat menarik. Kini aku yang menjadi pendengar setia nan baik.

Secara garis besar aku menyimpulkan dari obrolan panjang ini, bahwa tokoh-tokoh yang kami ceritakan adalah orang-orang yang memiliki ilmu dan iman (ibadah) yang luar biasa di bandingkan masyarakat biasa. Artinya, firman Allah yang menjamin akan mengangkat derajat bagi siapa saja yang memiliki ilmu terbukti dengan karomah yang dimilki para tokoh di atas.
يرفع الله الذين امنوا منكم والذين اوتواالعلم درجات
“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan memiliki ilmu”

Sekiranya tokoh-tokoh tersebut tidak memiliki iman yang baik dan ilmu yang bermanfaat, maka mereka tidak akan menjadi kekasih Allah dan memiliki karomah.

Banyak sekali memang fakta yang membuktikan kebenaran ayat tersebut. Selain tokoh-tokoh diatas, ribuan bahkan lebih orang-orang merasakan atau mendapatkan derajat yang baik di sisi masyarakat atau di sisi Allah. Ini tentu dengan syarat memiliki iman yang bagus dan ilmu yang bermanfaat. Kalau hanya memiliki salah satu saja, maka yang diperoleh derajat yang kurang sempurna. Artinya kalau hanya memiliki iman saja maka kita hanya mempunyai derajat di akhirat. Sementara kalau kita hanya memiliki ilmu saja maka kita hanya mempunyai derajat di dunia saja.

Faktanya, banyak orang berilmu saja tanpa memiliki iman yang benar. Hidupnya bahagia di dunia saja. Tetapi tidak di akhirat. Contoh adalah para pejabat. Mereka banyak memiliki ilmu tetapi ilmunya tidak dipakai secara benar. Misalnya dipakai korupsi, menipu rakyat atau sebagainya. Derajatnya diangkat di dunia, mereka memiliki jabatan dan kekayaan yang melimpah. Tapi ingat, jangan harap mereka memiliki derajat yang baik di akhirat kalau tetap berprilaku seperti demikian.
##
Cerita ditutup dengan pembahasan keberadaan ormas yang metode dakwahnya dengan memakai kekerasan. Teman yang satu tidak setuju dengan penggunaan metode dawah seperti itu dengan alasan dapat merugikan orang lain.

Sementara teman yang satu lagi setuju dengan metode dakwah tersebut. Sebab baginya, pemerintah sudah tidak mampu mengurusi masyarakat yang berada di jalan yang salah atau penuh maksiyat. Sehingganya masyarakat berhak turun tangan dengan jalan sendiri. Salah satu tokoh yang di kaguminya dalam ormas tersebut adalah panglima sekaligus penasehat hukumnya. Baginya, tokoh tersebut jika berbicara amat sangat bagus. Hal ini karena dia berbicara dari suara hati. Tidak hanya menggunakan akal. Sebab kalau kita berbicara atau bertindak hanya menggunakan akal saja, maka kita belum tentu bisa menjadi benar. Sebab bagi kawanku akal ada batasnya.

Sementara aku ?

Aku tidak saja dengan metode tersebut. Bagiku, kalau memang metode itu ingin digunakan, maka obyeknya bukan lagi para pelaku maksiyat secara langsung. Tapi harus pembuat system dan kebijakan yaitu pemerintah.

Kawan-kawanku tidak setuju. Lalu pembicaraan menjadi ngambang. Terisi obrolan ringan tentang segala hal dan kejadian tadi di bengkel.

Kulihat jam di hp. Hampir tengah malam. Udara dingin mulai menusuk tubuh kurus ini. Aku beranjak membayar segelas kopi lalu meninggalkan saung secara bersamaan.

Kamis, 18 November 2010

WAHIB SAY CINTA

Ahmad Wahib (1943-1973) dalam catatan buku hariannya mengungkap sesuatu tentang cinta.

Baginya cinta itu kudus dan syahdu. penderitaan dan kesulitan yang dia alami kurasakan sebagai penderitaan dan kesulitanku sendiri. sayang, sukar sekali aku bisa bertemu dia. Kami tinggal pada kota yang lain, dan hanyalah tinta yang bisa jadi juru bicara. baru dua hari kami berpisah, tapi aduh ....

Aku tak tahan menahan kerinduan.

Sabtu, 13 November 2010

TENGAH MALAM LAPAR

Semalam aku terbangun dari tidur. Tepatnya jam setengah dua pagi. Padahal baru satu jam aku memejamkan mata.

Aku merintih. Tangan kanan memegang perutku. Tubuhku sedikit menggigil.
Aku kelaparan waktu tengah malam lewat.

Kubuka lemari tempat biasa emak menyimpan makanan ringan. Hanya ada sekaleng biskuit yang masih baru. Urung aku mengambilnya. Segera aku menuju dapur. Kubuka rak piringku, hanya tersisa nasi tadi sore dan telur rebus di sambelin. Sama. Aku tak mengambilnya. Ku biarkan perutku keroncongan. Hehehehe ..

Kutuang air hangat dari termos. Aku menuju kamar, seingatku ada kaleng biskuit yang sudah dibuka. Aku ingin memakanya, sekedar untuk mengganjal perut sampai jam enam pagi. Di dalam kamar aku dengan lahap memakan biskuit.

Sayang …
Aku masih kelaparan. Tubuhku tetap menggigil.
Tak ada jalan lain, aku harus kembali memakan indomie. Aku memasaknya dan setelah matang langsung menyantapnya. Nikmat sekali.

Oh Tuhan …
Terlintas dalam ingatan keberadaan saudaraku yang ada di barak pengungsian. Mereka yang ada di Mentawai Sumatera, atau di sekitar gunung merapi atau juga di Warsior. Malam ini mereka sedang apa ? apakah mereka sepertiku kelaparan di tengah malam ?
Pastinya mereka sedang kedinginan oleh udara malam.

Oh ….
Semoga mereka bisa nyenyak istirahat malam ini. Tak tergangu oleh cuaca atau oleh apalah yang bisa menganggu. Biar aku saja yang merasakan laparnya malam ini.

Kamis, 11 November 2010

ANAK SUMBER INSPIRASI

Aku selalu gembira kalau melihat anak-anak. Kepolosan, keluguan, kesederhanaan, keriangan, tangis, tawa, juga senyum selalu menjadi penyejuk dan inspirasi bagi hati yang sedang keruh. Yaa… meski terkadang timbul juga rasa kesal dan jengkel oleh tingkah polah yang bagi kebanyakan kita menganggapnya berbuat salah dan nakal. Padahal itulah dunia mereka. Dunia ketidaktahuan dan ketidakmengertian akan apa makna yang dikerjakannya.

Sering mereka bercerita banyak hal tentang apa yang telah dikerjakan atau dijalaninya. Karena mereka butuh pengakuan dari orang lain. Mereka mengharapkan perhatian dari yang lain. Terlebih dari orang-orang yang dekat dengannya. Orang tua, guru, kakak, adik, kakek, nenek, paman, bibi, sepupu, keponakan, teman bahkan ke para pembantu yang ada di rumah.

Seorang anak pernah bercerita kepadaku tentang aktifitas hariannya di sekolah. Ia bercerita dengan semangat yang menggebu-gebu. Mengeluarkan semua kosa kata yang dimilikinya. Merangkai dengan rapi susunan kalimat untuk menampilkan kesan terbaik dalam ceritanya. Baginya, hari ini (hari dia bercerita) adalah hari yang menyenangkan dan amat bersejarah. Sebab dirinya terpilih untuk menjadi seorang ketua kelas untuk pertama kalinya. Cita-cita yang selama ini diimpikannya semenjak kelas 2 sekolah dasar.

Dia tidak menyangka bahwa dirinya akan terpilih. Dia tidak tahu alasan apa teman-teman dan persetujuan guru kelas memberikan tanggung jawab besar kepada dirinya. Yang dia tahu, hanya teman-teman banyak yang suka kepadanya karena sikapnya yang senang bergaul, juga suka bercanda dan murah senyum dengan banyak teman.

Oh indahnya hari itu, ketika teman-teman mendaulatnya untuk berpidato sekedar menyampaikan visi misinya tentang kelas yang akan di pimpinnya. Setelah ia menang 10 suara dari calon lainnya. Ia bersuka cita. Ia bergembira. Juga ia berbangga. Ia memintaku untuk menyupotnya. Memberikan masukan yang terbaik untuk apa yang harus dikerjakan selama menjabat ketua kelas 6 B.

Aku jelas terharu. Juga tersenyum. Menyaksikan tingkah polah dan ekspresi bahagianya saat bercerita. Sungguh menyenangkan.

Lain waktu, ada juga seorang anak yang bercerita kepadaku tentang pengalaman terburuk yang ia dera dari sikap orang tuanya.

Ia bercerita bahwa dirinya telah dipukul berulang-ulang oleh ibunya karena dirinya ketiduran dan tidak menjaga adiknya bermain. Bagi ibunya, sikap ini menunjukkan kalau dia menolak apa yang diperintahkan ibunya. Karuan ibunya kesal dan memuncakkan kekesalanya dengan memukul.

Dia tidak menangis saat bercerita. Hanya dari wajahnya tampak ketakutan dan trauma atas perbuatan ibunya tersebut. Baginya ini bukan yang pertama kali. Ini yang kesekian setiap ia melakukan perbuatan yang bagi ibunya salah maka hukuman pukulan akan menimpanya.

Aku terenyuh mendengar ceritanya. Hati ini dag-dig-dug tatkala ia dengan muka serius menceritakan apa yang dirasakan saat tangan atau kayu bambu yang dipakai ibunya untuk memukul itu mendera tubuh kecilnya. Tidak menyangka bahwa sosoknya harus menerima perlakuan seperti itu dari orang yang seharusnya membelai dengan kasih sayang, rohman-rohim. Sepanjang masa.

Sungguh pada dasarnya ia anak yang menyenangkan. Hari-harinya selalu saja penuh kejutan. Ada saja hal baru yang ia kerjakan. Katanya, kalau ia hanya begini-begini saja maka ia tidak akan bisa maju untuk menggapai cita-citanya. Ia anak yang periang. Dalam segala hal ia selalu berupaya menjadi orang nomor satu.

Tapi suatu waktu kalau datang sifat buruknya, jangan coba-coba untuk mendekatinya. Bisa berbahaya. Kita bisa tidak diajak bicara atau tidak diajak bermaian berhari-hari. Ya … kalau cuma dengan dia saja sih tidak masalah. Tapi kalau dengan teman-teman yang lain juga, bisa berabe tentunya kita. Dia pintar mempengaruhi teman-teman, itu kelebihannya yang lain.

Ini bukan apa, sebab di balik sikap-sikap positif yang ada pada dirinya juga tersimpan sikap buruk yang harus diwaspadai. Ia gampang marah, atau paling enaknya nyebut gampang ngambek, begitulah. Kalau sesuatu yang tidak ia harapkan terjadi pada dirinya atau jika ada sesuatu yang berlainan dengan dirinya, ia selalu bersikap seperti itu. Ia menunjukkan sikap seolah-olah yang lain harus mengikutinya.

Seperti kejadian sebelum ia bercerita tentang hukuman yang telah menderanya. Ia hanya diam di pojokkan. Diajak bermain oleh teman-temannya, ia acuh. Bahkan menunjukkan sikap tak bersahabat. Tidak seperti biasanya. Teman-teman tidak ada yang tahu kenapa sebabnya. Berulang diajak bermain, ia malah menunjukkan sikap yang mengerikan. Ia menyeringai dan kesal. Mungkin terasa terganggu oleh seikap teman-temannya. Sehingganya, teman-teman mendekatiku dan meminta bantuan dariku. Hingga akhirnya, setelah ku dekati ia menceritakan kejadian yang dia alami dari ibunya.

Aku jadi berkesimpulan. Jangan-jangan sikap buruknya selama ini adalah buah hukuman yang sering di dapatnya. Ia menjadi orang yang sensitive, mudah tersinggung dan gampang marah.

Entahlah. Aku perlu menelitinya. Dan bisa berharap membantunya keluar dari sikap buruk serta menjauhkan dari hukuman yang biasa menderanya tersebut.

Kalian manis
Kalian indah
Saat tertawa
Bergembira bersuka ria
Kalian hebat
Kalian pintar dan cerdas
Saat bermain dan belajar bersama
Kalian sungguh luar biasa
Tertawa
Menangis
Dengan keluguan
Kepolosan
Juga kebersahajaan
Kalian adalah mentari
Kalian adalah bintang dan rembulan
Kalian adalah air sungai
Kalian adalah sawah nan luas
Kalian adalah pohon yang berdiri tegak
Kalian adalah guru
Kalian adalah sahabat
Kalian adalah sumber inspirasi
Untuk berimajinasi


Minggu, 31 Oktober 2010

SATU TUBUH DUA JIWA

1
Ah … tidak ada perjanjian yang mengikat antara kita berdua
Kau ya kau
Dan aku ya aku
Biarkan saja orang lain berkata sesukanya tentang kita
Aku tidak perduli
Pokoknya kita adalah orang yang berbeda
Titik

2
Tapi aku ingin kita bersatu
Aku ingin kamu menyadari keberadaanku
Aku juga mau kamu menghargai eksistensiku
Kamu tidak bisa menafikan itu
Berkata bahwa kamu adalah kamu
Dan aku adalah kamu
Tidak bisa
Kita adalah satu
Kita tidak bisa saling melepaskan
Ingat itu !!!

1
Hei … enak sekali kau berbicara seperti itu
Kau tidak tahu sejarahnya
Kau tidak mengerti apa-apa
Yang kau tahu hanya sedikit
Jangan berpikir macam-macam
Dan jangan harap kau bisa memaksakan diriku

2
Ya Tuhan
Kenapa kau berpikir seperti itu ?
Apa yang membuatmu seperti ini ?
Kenapa kau tega melupakan semua kejadian yang sudah kita lalui bersama ?
Sadarlah ….
Ingatlah ….
Kita adalah satu

1
Ah …. Bullshit ….
Aku capek berbicara denganmu
Kau tidak akan pernah mengerti meski berulang kali aku jelasin
Sekarang … pergilah dariku
Bawa dirimu ke dalam duniamu, sendiri
Jangan pernah lagi kau ajak aku
Sekali aku mengatakan kita beda
Tetap beda
Cepatlah keluar !!

2
Kau mengusirku
Kau sungguh-sungguh dengan ucapanmu
Kau tidak akan menyesal ? yakin itu ?
Hahaha …..
Aku ragu
Kau pasti akan memanggilku kembali
Tidak lama lagi
Hahaha …..

1
Kau jangan menertawaiku
Cepatlah pergi !
Jangan ganggu aku !

2
Oh ….
Jadi kau sudah yakin dengan ucapanmu
Baiklah …
Aku siap pergi
Aku siap berpisah darimu
Aku rela melepasmu
Tapi ingat ….
Biar bagaimana pun
Kau tidak akan pernah benar-benar meninggalkanku
Percayalah …
Kau akan lelah menjalani ini seorang diri
Tak ada yang mengontrol
Tak ada yang menasehati
Silahkan …
Silahkan bersenang-senang dengan duniamu
Silahkan kau puaskan dirimu

1
Itu memang mauku
Biar aku sendiri yang berkubang dalam dosa
Aku tak mau ada orang lain yang ikut
Cukuplah diriku yang berlumuran salah
Aku akan nikmati
Aku aku nikmati
Dan aku akan nikmati
Semua salah dan dosa
Seorang diri

Sabtu, 30 Oktober 2010

RESPON MEETING


Pertemuan dengan seseorang dapat membawa makna yang luar biasa.

Hari ini misalnya, aku telah bertemu seorang kawan yang seorang aktivis tulen. Dari masa sd jiwanya sudah terbentuk sebagai seorang pemimpin. Ini berdasarkan ceritanya, kalau dia sering menjadi ketua kalau ada kegiatan-kegiatan. Pun saat dia menginjak dewasa. Track recordnya sebagai pemimpin bertambah saat kini dia menjabat sebagai ketua umum organisasi terbesar mahasiswa di Indonesia yaitu HMI cabang Ciputat periode 2010-2011.

Aku bertemu singkat denganya, kurang lebih satu jam setengah. Pertemuan yang amat mendadak untuk direncanakan. Tak banyak juga yang kami bicarakan, hanya sebatas basa-basi pertemuan setelah lama tak berjumpa di tambah bumbu obrolan ringan terkait tentang ‘wanita’ dan aktifitas yang dilakukan akhir-akhir ini.

Aku bercerita kepadanya tentang sedikit kegiatan yang ku jalani sekarang, meski tidak mendetail, tampak aku mulai memberanikan diri untuk ‘membuka’ sebagian hal yang berkaitan denganku. Dulu, aku tak seheboh ini kalau cerita tentang identitas aktifitasku. Percaya, aku sering membual. Tapi tidak untuk hari ini dan selanjutnya.

Ku katakan kepadanya tentang kesenanganku sekarang dalam dunia ‘coret-mencoret’. Ku sebut beberapa buah hasil karya yang selama ini tersimpan rapi dalam rak buku. Ada 2 buku kumpulan cerpen, 1 buku kumpulan puisi, 1 buku cerita bebas, dan 1 buku catatan harian yang masih tarap pengeprinan sebagian.

Seperti biasa, ia tampak tak antusias. Walau tetap memberikan respon atau komentar. Sedikit. Kesanku memang dari dulu kepadanya, ia kurang menjadi pendengar yang baik. Mudah-mudahan dugaanku salah, seandainya pun benar, aku berharap dia bersikap seperti itu saat aku yang bercerita saja, tidak untuk yang lain.

Setelah itu ku tanyakan aktifitasnya, sekarang dan untuk masa yang akan datang.

Jawabnya sekarang dia seperti biasa, berkutat dengan dunia organisasi. Plus kegiatan baru kuliah S2 di Salemba UI setiap malam hari dari senin hingga jumat. Ia lelah sementara ini dengan dunia organisasi, karena terlalu banyak beban dan rintangan yang mesti dihadapinya sekarang terutama dari internal organisasi. Satu contoh dia menyebutkan adanya oknum kader yang kecewa terhadap kepemimpinannya lalu mengacak-ngacak organisasi. Oknum itu berulang kali menjatuhkan mentalnya. Dan sepertinya berhasil. Aku Cuma tersenyum. Pikirku, bukankah itu lazim di dunia organisasi kalau ada saja tipikal orang seperti itu ?. aku tak tahu pasti kenapa seolah ia kalah dengan oknum itu dari ceritanya barusan.

Lalu kegiatan untuk masa depan ? Dia menjawab tidak tahu. Tumben. Biasanya dia orang yang paling cepat untuk menyusun cita-cita. Dia masih belum bisa menentukan pilihan apakah masih tetap di dunia organisasi terutama HMI atau mencari dunia lain, akademis misalnya ? aku lagi-lagi Cuma tersenyum mendengarnya.

Aku jadi kegeeran sendiri melihat situasi ini. Sebabnya, dalam benakku (meski ini belum tentu benar) kini seolah berubah. Terjadi kebalikan. Dulu aku yang seolah tidak bisa menjawab pertanyaan apa yang dikerjakan sekarang dan masa depan ? bahkan sekalipun menjawab, belum bisa setegas dan seyakin tadi. Sekarang malah dia yang bersikap demikian. Ia menjadi seperti dulu Yang aku alami.

Hati kecilku menolak ‘kesimpulan’ ini. Walau hati kecilku juga tak bisa memungkiri perasaan berbangga hati dan bersyukur ternyata aku bisa melakukan apa yang orang lain (dia) lakukan meski hanya sebatas sebuah program jangka pendek dan panjang yang tidak formal.

Aku pulang dengan senyum mengembang. Berbagai bentuk buah tangan sudah melekat di tubuhku. Dia memang segalanya untukku. Terucap kalimat dia tidak akan melupakanku, begitupun dia berharap sebaliknya. Aku mengangguk. Menyetujui sebuah janji tak tertulis itu. Sungguh kenikmatan respon meeting yang positif.

Jumat, 29 Oktober 2010

HIDUP MANDIRI (SAH-SAH AJA)

Apa salah kalau kita ingin hidup mandiri ? lepas dari bayang-bayang dan bantuan orang lain.
Tentu saja tidak. Bagus banget malah. Berarti kita belajar untuk mengubah diri menjadi lebih dewasa. Itu yang dinamakan perubahan hidup yang positif.

Kalau begitu, berarti benar dong apa yang dilakukan dan diinginkan istri dari seorang kawan yang meminta untuk berpisah rumah dari orang tuanya (mertua).

Iya-ya .. kenapa ngga sampai kepikiran ke arah situ ?

Tapi itu istri seperti tidak tahu diri. Dia tidak mau melihat situasi dan kondisi yang ada pada suaminya. Sehingga kesan yang timbul adalah keegoisan diri. Dia seperti semena-mena menuntut kepada suami.

Ah … tapi ngga juga sih !! Buktinya sang suami mau menurutinya.

Ya itu kan karena memang sudah kewajiban.

Berarti kalau begitu benar dong permintaan sang istri?.

Yang bilang salah itu siapa. Dia benar, karena dia berhak mendapatkan itu. Tapi, tadi kan udah dibilang, kenapa seolah dia ngga sabaran dan ngga mau ngertiin kondisi suami.

Ah … jadi balik lagi dah ke situ-situ.

Pokoknya, kita memang harus belajar untuk lepas dari bayang-bayang orang lain. Entah itu dari orang tua, saudara, teman, pacar, atau yang lainnya. Yang penting, kita tidak lepas dari Tuhan yang maha kuasa. Karena dengan kita mau belajar melepaskan diri dari orang lain, maka diri kita akan menjadi manusia seutuhnya, yaitu manusia yang bebas dan merdeka. Kan kita ngga selamanya mau bergantung pada orang lain, bukankah begitu ?

Kamis, 28 Oktober 2010

MALAM DI TERAS RUKO

Aku pikir malam ini akan berlalu seperti biasanya.

Tapi tidak.

Aku mencoba keluar dari rutinitas malam-malam lalu. Pulang dinas, makan malam, nonton tv sejenak, buka notebook dan bernulis-nulis ria hingga setelahnya memejamkan mata. Setiap malam.

Aku keluar. Mencari angin malam yang lama tak kurasakan. Ku ajak beberapa teman lalu meluncur ke pusat keramaian tak jauh dari rumah. Kami nongkrong alias duduk santai di pelataran ruko-ruko yang baru saja di bangun. Kegiatan yang jarang sekali terjadi kaya dulu. Tiga gelas kopi dan uli bakar menjadi teman setia. Motor mobil hilir mudik melintas di depan mata. Cewek-cewek cantik, muda tua ikut ambil bagian meramaikan suasana di sekeliling.

Ah …. Pikiran jadi sedikit tenang.

Semua beban dan keluh kesah sekilas hilang. Dihantam obrolan menarik ngalor-ngidul tentang berbagai hal. Dari obrolan kekalahan tim balap ‘Madcats’, cerita burung kenari, gawean dan tetek bengeknya, juga tentunya obrolan anak muda yang masih lajang, pastinya mengenai cewek.

Lepas ….
Tertawa ….
Berbanyol ria …
Aku sungguh menikmati malam di tempat ini.

Walau tak ku temukan suasana lima belas tahun yang silam, ketika aku bermain ke tempat yang sama dengan banyak teman yang dulu hanya berjalan kaki menuju tempat ini. Seingatku dulu tak seramai ini. Bangunan-bangunan ruko dan pusat perbelanjaan juga perumahan elit belum ada. Jalanan belum di hotmik. Masih tanah. Pohon-pohon bamboo, pohon rambutan, kecapi, kapuk juga balong atau sawah terhampar luas mata memandang. Aliran sungai jernih dan penuh airnya. Lapangan sepak bola seadanya, tinggal memilih mau main di sebelah mana.

Ah … tinggal kenangan …
Sekarang ?
Mirip kota metropolitan.

Seorang teman menepuk pundakku. Membuyarkan semua kenangan. Tak lama sms datang. Terkirim rentetan kalimat menarik dari seorang kawan :

“Kita akan terus menderita, selama kita melihat diri kita menderita. Kita akan segera keluar dari perasaan mengasihani diri sendiri, jika kita melihat diri kita sebagai seseorang yang berpihak untuk berhasil dan yang sedang mengupayakan keberhasilannya ….
Kita cenderung berfokus pada rasa sakit, lebih dari pada upaya kita untuk meredakan rasa sakit itu”

Aku menghela napas panjang ….

Sejauh mata memandang, tergambar raut wajah seorang kawan yang telah mengirim sms. Ia tersenyum padaku. Aku membalas senyumnya. Ku ucap terima kasih atas kiriman sms darinya, ia mengangguk. Aku pun membalasnya.

Oh Tuhan … wajah itu hadir dalam bayangku. Tapi cepat berlalu meninggalkanku.

Sungguh … aku jadi senang malam ini

Menghalau semua beban
Menghirup udara kebebasan
Merapat pada ketenangan
Menemukan indah arti seorang kawan

Ngobrol …
Berbagi ….
Saling menasehati

Malam ini
Ku rangkai bingkai kebahagiaan
Untuk selamanya

Semoga



Jumat, 23 Juli 2010

DOA MALAM

Semua orang terlelap

Nikmat

Suara dengkuran bersahutan

Berisik di tengah malam

Tapi tidak untuk satu orang

Ya Tuhan …

Aku ingin berlari

Menjauh dari masa kelam

Meninggalkan segala kefanaan

Merengguk tetes kenikmatan

Yang kau janjikan

Bagi orang-orang pilihan

Tuhan …

Izinkan aku kembali menapaki

Langkah-langkah baru

Mengais segala kebaikan yang tercecer

Karena keteledoran dan kealpaan

Aku ingin kembali

Merajut benang kenikmatan

Yang dulu ku rasakan

Indah …..

Tenang .............

Damai ...........

Dalam kebaikan

Di tengah malam

Izinkan Tuhan ….

Plissszz… !!!!!!


Kamis, 27 Mei 2010

SENYUM NENEK JALANAN


Hari ini adalah masa terindah dalam hidupku.
Seorang nenek tersenyum hangat menyapa kepolosan diriku yang melintasinya di tengah panas cuaca siang hari.

"Silahkan nak, duduk sambil minum es kelapa dulu. panas-panas begini mau kemana?"

Aku duduk sambil tersenyum kecut. Yach .. cuaca siang ini sangat panas. Tak lama, nenek memberikan segelas es kelapa muda. Sungguh menyegarkan. Tapi aku tak memintanya. Aku hanya ingin sekedar berteduh di warung kecil miliknya dari sengatan matahari.

Sang nenek tersenyum melihat kebingunganku. Aku jelas merona malu ditatap demikian

"Sudah minumlah ..! nanti keburu ngga dingin lagi .. !"

Malu-malu kuambil gelas itu, kuteguk perlahan dan sedikit. Pikiranku melayang bingung. Bagaimana aku harus membayar segelas es kelapa yang tidak aku minta ini?
Baru saja dompetku raib pasca naik bus antar kota. Tak tersisa sedikitpun uang di kantong pakaianku. Ah nasib ... Sungguh apes nian !

Dari pagi berangkat untuk mencari sesuap nasi tapi justru copet mengambil harta terakhirku di kantong celana bagian belakang. Sia-sia sudah pengorbanan yang kulewati dari rumah sampai detik aku diberikan segelas es kelapa tanpa aku memintanya.

"Mau kemana Nak ?"
Nenek itu seolah menangkap kebingunganku. Ia tersenyum lagi saat ku tatap mata teduhnya.

"Jangan khawatir, minum saja ! Itu rezeki dari Tuhan ."

Oh ... Ia bisa membaca jalan pikiranku. Aku jadi tak enak diri. Tapi, benarkah ia bisa membaca pikiranku ?

"Nak .. hidup itu memang kejam. Tapi kita harus berani melawan dan menghadapinya. Jangan gampang menyerah dan putus asa. Kalau kita takut, maka kita akan hidup sia-sia"

Aku risih mendengar ucapannya. Es kelapaku tinggal separo.

"Kamu sudah kerja belum ? Kalau belum, bagaimana membantu nenek berjualan es kelapa ini ?"

Sungguh di luar dugaan !

Nenek ini begitu ceplas-ceplosnya. Berbicara padaku yang baru saja ditemuinya. Dari mempersilahkan duduk, memberikan es kelapa, menasehati, sampai menawarkan pekerjaan ia lakukan setulus pemberian orang tua kepada anaknya. Tanpa beban.

Aku langsung menyanggupi permintaan itu. Ia mengangguk mendengar jawabanku. Segera ia memerintahkan aku untuk kembali esok. Tapi aku tak mau. Aku mau hari ini juga harus mulai bekerja. Maklum, seketika timbul kekuatan baru untuk memperbaiki hidup lebih baik setelah tadi surut dihantam kejadian tak mengenakkan.

Nenek setuju. Lalu tanpa diduga ia menawarkan menjahit tas bagian bawah milikku, rupanya copet itu merobek tas selain kantong celanaku.

Oh ... aku jadi mengerti, mengapa ia tadi seperti bisa membaca pikiranku tak punya uang.

Thank God dan terima kasih nenek manis !

Sabtu, 22 Mei 2010

BUKAN TRANTIB BIASA

Hampir saja aku berbuat nekat marah untuk menolong seorang anak kecil. Aku terbawa emosi sesaat untuk menduga bahkan memfitnah bahwa seseorang akan melakukan perbuatan jahat.
Audzhubillah …

##

Miris melihatnya

Ia hanya mengenakan celana kolor kotor tanpa pakaian atasan sekalipun kaos oblong kusam sebagaimana dikenakan orang-orang sepertinya.

Sekilas wajahnya memancar kesedihan. Tapi tidak, lama diamati ia tampak wajah imut orang yang bergembira. Mulutnya menggumam. Bersenandung lirik lagu yang juga kuhafal, milik band Iwan Fals berjudul Tikus-tikus kantor.

Ia membentangkan Koran layaknya sprei di pinggir toko penjual plastik yang sudah tutup. Menata sedemikian rupa barang bawaan agar bisa masuk pengawasan kedua mata bening miliknya. Dua kantong plastik hitam, entah apa isinya. Tangannya terampil mengerjakan itu semua.

Setelah melewati waktu 15 menit berbenah diri kini ia menghela nafas panjang. Memanjatkan syukur atas apa yang telah ia kerjakan. Sejenak dipandanginya suasana di sekitar. Sepi. Hanya ada beberapa orang yang masih terlihat berlalu lalang dengan tatapan dan pikiran cuek. Acuh. Tak satupun ada yang menegurnya.

Direbahkan tubuh mungilnya. Kedua tangannya dijadikan bantal menopang kepalanya. Ia terpenjam sesaat. Namun, melek lagi. Tampak kecemasan di raut muka lelahnya. Kepalanya celingukan kekiri kekanan. Tapi ia tidak menemukan apa yang dikhawatirkannya. Kembali ia merebahkan diri. Menghalau segala keluh kesah. Mengharap kenyamanan dan obat kantuk yang maksimal. Tapi ….

##

Aku mengamatinya pada jarak kurang lebih 5 km dari arah tempat tidur anak tersebut. Tak sadar aku mendapati tingkah polah anak itu pada pukul 02.00 wib setelah aku tadi bertengkar hebat dengan sang pujaan hati.

Aku duduk di atas motor tuaku Vega R tahun 2003 dengan warna kendaraan hitam. Aku lari menyendiri di jembatan fly over arah menuju Margonda Depok. Awalnya, aku berniat memandang aktifitas pasar dan terminal yang terletak tepat di bawah fly over. Tetapi wajah kurus dan kumel seorang anak kecil akhirnya menjadi perhatian setelah tadi ia menolong seorang anak kecil yang dikeroyok dan dihajar rekannya dengan sebab yang aku tak tahu pasti.

Sekarang ia masih terbaring lelap. Kecemasannya beberapa menit yang lalu terjawab kemudian. Ia dibangunkan tiba-tiba oleh kurang lebih 5 orang Bapak-Bapak dengan atribut rompi dan pakaian rapi. Satu orang terlihat membwa video shooting.

Aku sungguh tak tega melihat anak tersebut yang kaget bukan kepalang ketika tersadar dari tidurnya mendapati sekeliling ‘kamar tidur’ miliknya penuh dengan orang yang tidak dikenalnya satupun.

Reflek setelah benar-benar sadar, ia bergerak ingin melarikan diri. Namun tangan-tangan kekar menahannya. Aku bergerak maju. Ingin memperjelas pemandangan yang menggangu pikiran dan siap melakukan pembelaan jika sang anak dijahati. Kudapati anak itu diam dan ketakutan. Seorang bapak mencoba berbicara pelan dan lembut. Sementara yang lain menunggu. Aku terus mendekat, sampai akhirnya kudengar suara laki-laki itu.

“Tenang aja, kami bukan trantib. Kami hanya petugas sensus tuna wisma. Kami mau menjalankan tugas mendata orang-orang seperti kamu. Jangan takut, nanti kalau selesai kamu boleh lanjut istirahat.”

Sang anak diam. Mungkin ia belum mengerti penjelasan bapak yang kutaksir berumur 34 tahun. Tapi saat petugas mulai mengajukan pertanyaan ia bisa menjawab. Meski terdengar lirih.
Aku mundur dan mengawasi terus aktifitas mereka. Huh … kirain !.



Selasa, 18 Mei 2010

TEMAN TIDUR

Selalu saja kupeluk

Tubuh panjangmu

Dinginnya malam

Panasnya siang

Tak ku hiraukan

Kau selalu saja ku peluk

Entah bagaimana rasanya tanpamu

Kalau hanya ditemani selembar kain lusuh nan tipis

Tubuh ini

Bakal menjerit dingin

Sumpah ..

Bakal garing

Miring kanan

Miring kiri

Tak punya 'pegangan'

Seperti malam ini

Kau tetap selalu ku peluk

Jumat, 14 Mei 2010

TRUK MILITER

Kenapa semua orang memandangku ?

Hampir jalan raya yang kulewati, pasti ada yang melihat dan beragam reaksinya. Bapak-bapak, ibu-ibu, anak muda, cewek, anak kecil, tukang ojek, supir angkot, pedagang di pasar, juru parkir, semuanya menatapku. Ada yang bengong entah apa yang ada dibenaknya saat melihat. Ada yang memotret dari angkot dengan mimik lucu. Ada juga yang cuma cenggegesan nggak jelas. Aneh ? Tapi kebanyakan mereka senyum-senyum dengan menunjukkan jarinya. He .. ada apa ya ?

Kalau dibilang hari ini aku tampak ganteng, ah ... enggak juga. Biasa aja seperti hari-hari lalu.

Ehm ...

Dari segi penampilan ? sama saja, hanya beda sekarang aku memakai kaus merah, bukan warna kesukaanku.

Atau jangan-jangan .....

Ada yang aneh pada tubuhku ? Tapi kuperhatikan, enggak juga. Cukup standar untuk ukuran style anak muda sehari-hari. Nggak ada yang unik-unik banget.

Oh .. my God ?

Aku baru sadar, tadi aku sedang menaiki kendaraan truk militer dan berdiri di bagian belakang mobil. Menjaga keamanan, begitulah yang diamanatkan Ibu ketua panitia.

Wajar kalau mereka terus memandang sambil tersenyum. Karena jarang loh orang-orang biasa bisa menaiki kendaraan ini. Apalagi ... yang paling belakang adalah cowok imut nan nggemesin berdiri dengan gagah dan berwibawa. Mirip seorang jendral yang mau berangkat perang.

Ah ...

Jadi malu

Tapi biarlah ...

Sungguh ini menyenangkan. Karena bisa melatih dan menambah rasa percaya diri terhadap pandangan orang. Loh .. ? kok jadi kesana ?


Rabu, 12 Mei 2010

TAKUT GAGAP

Ibu guru yang manis itu terus menjelaskan secara detail dan jenaka kepada anak didiknya. Senyum indah menghapus kerut lelah dan suntuk wajahnya. Ia tetap asyik meski beberapa anak sudah mulai sulit untuk diatur. Motivasi dan semangat untuk mengabdi pantang untuk disurutkan. Itulah tekadnya.

Saya jadi terharu. Sepintas teringat masa lalu ketika masih berseragam merah-putih. Ya .... tahun sembilan puluhan . Kala itu, tubuh kecil dengan wajah kumel selalu ogah untuk berangkat menuntut ilmu di lembaga bernama sekolah. Meski pada akhirnya berangkat juga.

Berjalan secara rombongan dengan teman-teman satu pondokan. Berlari-lari kecil sambil bercanda berharap bisa menjadi yang terdepan sampai di sekolah. Semua teman tampak jelas raut kegembiraan, apalagi tadi telah diberi "sangu" (uang saku) lebih oleh Pak-Lek (Bapak pimpinan pondok). Sekolah seolah menjadi satu tujuan untuk meraih Pengetahuan dan kesenangan abadi .

Berbeda dengan mereka, saya masih belum menyadari hal itu. Terlebih saat duduk ditingkat kelas 4 dan 5. Dalam benak saya justru yang ada tumbuh rasa kekhawatiran dan ketakutan saat sudah sampai menginjakkan kaki di pintu gerbang sekolah. Apalagi kalau tiba bel berbunyi dan semua siswa wajib di dalam kelas, ditambah saat itu adalah pelajaran PPKN, Bahasa daerah atau matematika. Maka kekhawatiran dan rasa takut dengan cepatnya menapaki ubun-ubun, Huuuh.. ! Tinggal menunggu waktu saja ......

Dan kalau sampai yang ditakutkan tiba, yaitu disuruh membaca, keringat dingin segera mengucur deras dari pori-pori tubuh kurus dan hitam ini. Lalu imbasnya, bacaan dan suarapun jadi terbata-bata, bisa lancar kalau ada yang menggertak untuk sekedar mengagetkan emosi diri. Saya tidak tahu penyebab datangnya penyakit ini, tanpa sadar ketika Sekolah Dasar dulu, kalau tiba giliran Saya diperintah untuk membaca, maka saya pasti terbata-bata dan gugup sekali. Sungguh pengalaman yang menakutkan.

Tapi itu cerita tempo dulu. kini sudah berubah. Walau rasa takut selalu muncul saat diperintah seseorang, Tapi tidak berdampak keluar keringat dingin lagi lantas tak bisa berbicara lancar. Ini semua berkat bantuan dan dorongan motivasi dari guru tercinta Ibu Khoidatul Umroh (Bu Umroh)

Ia selalu memotivasi saya dengan berkata :"Yakin kamu bisa dan tidak akan tersendat, cobalah .. !". Lantas ia memberiku kesempatan untuk membaca di tengah teman-teman kelas pada mata pelajaran berlangsung (Perintah ini sering kali dilakukan Bu Umroh. Mungkin ia bermaksud membiasakan aku membaca di muka umum).

Dan akibatnya .. Hinaan dan tawa mengejek spontan keluar dari mulut teman-teman kelas. Saya masih ingat sekali, pernah suatu ketika saya menangis sejadi-jadinya karena tak tahan mendengar dan menjadi bahan tertawaan teman-teman kelas. Sampai saya benci dengan semua teman termasuk Bu Umroh (karena merintahkan saya untuk membaca). Saya sudah tidak tahan. Setiap kali mata pelajaran Bu Umroh, saya segera saja ingin keluar kelas (tapi untung tidak saya lakukan)

Singkatnya, perlahan Bu Umroh tetap membimbing dan terus melatih keberanian saya sampai saya bisa terlepas dari penyakit 'gagap' saat membaca.

Ibu guru manis itu tersenyum ketika memergoki saya terus memperhatikannya dari tadi diluar jendela kelas. Saya jadi malu, lalu menundukkan kepala dan pergi. Oooohhh ... !!!!

Selasa, 11 Mei 2010

INDAHNYA ‘MENEMBAK

Akhirnya ku tulis rentetan kalimat

Pagi ini pukul setengah dua lewat

Indah

Amat kekanak-kanakan

Ternyata begini rasanya menembak

Waktu terasa panjang

Pikiran menerawang dengan berbagai dugaan

Gelisah .. ya … !!!!

Deg-degan … pasti !!!

Pikiran semakin ga karuan

Saat menanti sebuah jawaban

Ternyata begini rasanya menembak

Ini untuk yang kedua kali

Setelah satu tahun lalu gagal

Lantas tak berani mencoba

Lagi

Huhhhh …..

Gelap ini seolah tak mau menghilang

Sinar matahari terang mengapa tak kunjung datang

Ternyata begini rasanya setelah menembak

Senin, 10 Mei 2010

SMS MISTERIUS

Seorang kawan lama muncul di tengah aktivitas rutin di siang hari. Tidak menampakkan wajah, tubuh atau senyum manisnya, tapi hanya lewat untai kata-kata yang jujur aku tidak menyadari kalau dia sudah mengalami perubahan besar dari segi intelektualitas dalam pemakaian bahasa.

Ah …. Seperti wajahnya sekarang ?
Semanis dan setegar dahulu ????
Aku harap demikian.

Awalnya siang itu ia mengajukan pertanyaan berkaitan dengan amaliah di bulan Ramadhan. Aku akan mencoba menuliskannya kembali, walau maaf tidak persis dengan isi aslinya (maklum sudah dihapus). Tapi akan aku usahakan esensinya akan tetap mengena:

“A … bagaimana hubungan suami istri di siang hari pada bulan puasa “

Aku tidak segera menjawab pertanyaan yang tiba-tiba muncul di hape tanpa ada identitas. Segera aku membalas, tapi aku menanyakan identitasnya.

“Ini Siapa ?’

“ini teman kecil Aa “ balasnya

“Iya siapa?”

“Masa Aa lupa, teman kecil yang pernah mandi bareng di kali”

“Teman kecil gw yang pernah mandi bareng di kali banyak”

“Aa aku kerja dulu ya, nanti dilanjut kembali” balasnya tiba-tiba setelah tadi sempat tertunda kurang lebih 15 menit tak menjawab.

Selang 2 hari ia tiba-tiba muncul kembali dengan pertanyaan yang lain.

“Aa.. kalau kita memberi uang kepada ibu tanpa sepengetahuan istri bagaimana hukumnya?”

“Ini siapa dahulu?” tanyaku semakin penasaran dengan sms dari nomor yang sama seperti kemarin hari.

“Aa ini teman kecil yang pernah Aa ajarin ngaji di mushola Nurus Sa’adah”

Ia kembali hanya memberi kata kunci, tapi tetap tanpa identitas.

“Boleh-boleh saja,, tapi lebih baiknya dibicarakan terlebih dahulu dengan istri. Ini untuk menjaga hal-hal yang tidak dinginkan di kemudian hari.”

“Terima kasih Aa”

Ia tiba-tiba menghilang kembali beberapa hari. Sampai kemudian muncul pertanyaan lain.

“Aa.. teman aku non mulim bertanya, kenapa orang Islam harus berpuasa, itukan sama saja menyiksa diri?”

Aku diamkan saja pertanyaan itu. Tapi tak lama muncul tulisan.

“Aa kenapa ga dijawab, aku ngga tahu harus menjawab apa kepada teman aku itu.”

Aku pun membalasanya.
“Gw ngga akan ngasih jawaban sebelum jelas identitas loe?”

Ia pun membalas
“Aa, jujur jawaban Aa akan merubah pandangan aku selama ini”

“Loe siapa dulu?” aku mulai terpancing emosi.

“Aku teman Aa yang ada di Kp. Benda”

Lagi-lagi ia hanya memberi kata kunci. Aku tak membalasnya. Ia pun begitu. Mungkin ia sedang mulai untuk bekerja seperti kemarin.

Tapi aku tak habis pikir. Ku kumpulkan semua berkas ingatan yang ada di kepala terkait seorang yang menulis sms misterius ini. Ia hampir tahu semua perjalanan kisah hidupku. Dari mulai mandi kali, ngaji di Nurus Sa’adah, sampai aku mondok di jawa selama 9 tahun. Aku terus berpikir mengingat semua daftar nama kawan-kawan. Sampai akhirnya, aku memiliki pada suatu kesimpulan yang menyakinkan diriku bahwa ini orang adalah sahabatku yang punya panggilan beken bernama Benjol. Ini terkait kata kunci terakhir di sms yang ia tulis kalau ia berada di Kp. Benda. Bagiku tak ada kawan lagi selain ia yang tinggal di daerah tersebut.
Segera saja ku tulis sms

“Loe Benjol ya ?”

Tak ada jawaban. Lama. Dalam beberapa hari. Hingga ia datang pada suatu tulisan yang menggunakan bahasa jawa dan terkadang bahasa Inggris di sms (aku lupa kata-kata jawa dan inggris yang ia tulis). Aku di buatnya bingung. Dalam pikiran, apa iya Benjol bisa bahasa jawa dan Inggris. Sms darinya tak pernah ku balas. Ini karena rasa dongkolku kepadanya karena ia tetap tak mau menyebut nama meski kupaksa untuk menyebutkanya. Bahkan pernah aku menelponya karena penasaran, tidak pernah ia angkat. Jelas saja aku dongkol.

Tapi justru ia yang meneror aku dengan Isi sms yang beragam. Bukan lagi pertanyaan tapi bernada teguran karena sikapku kepadanya. Misalnya saja:

“Aa lagi marah sama aku?”
“Kalau marah dalam Islam tidak boleh lebih tiga hari Lho”
“Aa ini udah hari ketiga “
“Aa udah maghrib”
“Abis penutupan pengajian ya Aa?”

Dan lain sebagainya. Aku masih tetap tidak menggubrisnya. Sampai pada suatu hari, seorang kawan ku suruh untuk menelponnya. Dan diangkat, tapi anehnya, suara yang keluar adalah suara yang mirip seorang banci. Sungguh menggelikan. Hilang sudah dugaanku bahwa ini adalah seorang Benjol. Aku jadi semakin cuek dengan isi sms yang ia kirim dengan beragam bahasa.

Sampai pada suatu hari, aku sempat mampir ke rumah Benjol untuk meminta tolong pada kakaknya membantu menjadi pengisi acara pada kegiatanku. Lantas teringat, segera aku meminta nomor hp milik Benjol. Dan pada akhirnya, setelah kulihat dan ku cocokkan ternyata hasilnya positif bahwa selama ini yang menerorku adalah seorang bernama Rahmat Taufiq alias Benjol. Aku pun tersenyum senang.

Walau aku sudah mengetahui siapa dalang sms gelap ini, aku tak mau memulai sms kepadanya, karena aku tadinya berjanji, selama ia tidak mau memberi tahu namanya maka aku tidak akan memulai atau membalas semua sms darinya.

Tapi rasa jenuh dan berdosa itu muncul. Apalagi kalau teringat kebaikan selama ini yang ia berikan selalu kepadaku. Segera saja ku ambil hp untuk memulai sms dan kutulis:

“Gw ga tau kalao ini tu loe, kenapa loe harus nyembunyiin identitas. Gw kangen banget ma loe. Loe guru kehidupan gw. Maaf kalau selama ini gw nga balas semua sms loe, karena gw ga yakin kalau ini adalah loe”

Ia tak merespon positif isi sms dariku, malah tak lama ia pun membalas, tapi anehnya, bukan soal identitas malah kata-kata sindiran:

“Ilmu yang bermanfaat ilmu yang disampaikan walau 1 ayat, neks time I want you help me .. oke”

Aku tak membalas smsnya, dan selang 1 hari tepatnya tanggal 25 Agustus 2009 ia mengirim pesan pertanyaan:

“A’ kenapa saat usia makin dewasa perasaan saat berbuka terasa kurang nikmat dibanding saat masih remaja...”

Aku pun menjawab
“Gw masih ga yakin kalau ini adalah loe?”

Ia pun membalas dengan membuka lembaran masa lalu
“Ingat ga saat kita mao kemping di tebing terus jadinya di depan rumah .. ha..ha .. kadang bayangan kecil kita saat bersama masih terngiang-ngiang”

Aku menyahut
“Fotonya ja masih ada .. ya udah, kapan punya waktu senggang? Kita ketemu sambil sharing,, karena ngga puas kalau kasih jawaban di sms”

Ia tak membalas. Sampai tulisan ini selesai aku tulis .
Huuuuuhhhhhh !!!!! lega kini hatiku !!!!!!!

Aku akan memperkenalkan sosok seorang bernama Benjol dalam sudut pandang sempit dari diriku yang kurang lebih hampir 15 tahun berteman (meski terkadang dipisahkan oleh jarak antara Depok dan Jawa timur)

BENJOL begitu teman-teman sebaya biasa memanggil. Aku ngga tahu pastinya kenapa ia bisa dipanggil demikian. Yang pasti, sejak zaman dahulu, kalau anak-anak kampung biasanya mempunyai nama-nama samaran sebagai panggilan beken. Sebut saja teman-temanku bernama Abel, Ciwil, Paijo, Q-cay, Ghompal dan lain sebagainya.

Nama sebenarnya Rahmat Taufiq. Ia Putra ke-5 dari 7 bersaudara. Ia tumbuh dan berkembang di Pitara. Kampung ku dan kampungnya juga. Meski sebenarmya ia keturunan anak Jakarta.

Wajahnya hitam manis. Ganteng lah bisa dibilang. Dulu ia gemuk. Cocok dengan postur tubuhnya. Tapi kini, ia agak kurus (terakhir aku ketemu bulan January 2009 di Sandra Depok, ia sedang menunggu jemputan untuk pulang dari kerja) ia seumuran denganku, hanya beda bulan.

Banyak hal yang ku suka dari sosok seorang Benjol. Dalam bergaul, meskipun ia terlihat polos ternyata ia memiliki keteguhan prinsip. Di samping itu, meskipun ia seorang yang pemalu, ia akan menjadi orang nomor satu untuk bisa membantu setiap urusan teman-teman. Apalagi jika ia diminta minta tolong, sepertinya ia pantang untuk menolak membantu.

Kini ia sudah menikah. Bahkan kabarnya sudah memiliki 1 orang putra. Uh… senangnya !! sebab ia sudah membuktikan bahwa dirinya adalah seorang lelaki sejati. Jadi teringat pada waktu sd dulu. Aku sempat di comblangin oleh Benjol dengan seorang cewek yang hitam manis bernama … (sayang aku lupa namanya) ceritanya, Benjol terus memanas-manasi aku untuk segera menembak cewek itu, sebab katanya, ternyata cewek itu ada rasa sama aku. Aku dibuatnya Gr. Hingga akhirnya aku memberanikan diri untuk melakukan penembakan di rumah mungilnya. he… he…

Yaaa…. Aku memiliki kenangan yang banyak terhadap sosok pria kalem ini. Andai saja ia masih tinggal dekat rumahku, mungkin kami berdua tak perlu repot-repot saling mengirim sms. Tapi apa daya, kami kini terpisah oleh jarak. semoga jalinan ini tetap terhubung walau hanya lewat sms. Benjol I miss you so much.







Selasa, 27 April 2010

RENTETAN PERISTIWA MENEGANGKAN


Rentetan peristiwa yang mengerikan. Amat menakutkan. Aku tak bisa membayangkan jika itu terjadi pada daerah kami, tangis dan jeritan ketakutan terdengar melonglong di setiap sudut desa, terhadap setiap keluarga tercerai berai menyelamatkan diri masing-masing, kerabat, teman, hewan kesayangan, sekolah, masjid dan yang lainnya ditinggal begitu saja demi keselamatan jiwa . Sungguh peristiwa yang membuat bulu kuduk merinding jika melihatnya.

Tak ada lagi tawa riang anak-anak bermain kelereng dan petak umpet. Ibu-ibu yang biasa berkumpul mengobrol di beranda rumah tak tampak. Warung kopi yang biasa ramai oleh bapak-bapak dan pemuda demi melepas lelah setelah bergelut menguras keringat kini sepi. Tak terdengar merdunya suara muadzin mengingatkan untuk bertemu dan menghadap sang penguasa alam. Kini tersisa hanyalah puing-puing bangunan nan berasap. Rumah dan sekolah tinggallah rangka. Menyisakan kepedihan yang berat mengingat pengorbanan dan perjuangan saat mulai merintis pembangunan gedung dari bawah. 

Aku meneteskan air mata. Tatapan kosong menjalar memandangi benda kotak berukuran 21 inci. Suara dentuman kembali terdengar. Miris hati ini. Tak tahu harus berkata apa untuk menenangkan hati yang terbawa emosi menyaksikan kejadian dari tadi pagi meskipun hanya melalui sebuah benda kotak kecil.

Saluran coba kualihkan kepada tempat lain. Tampak seekor kucing sedang berlari kencang mengejar buruan makanan siangnya, yang baru saja terlepas dari cengkraman kuku panjangnya. Seekor tikus kecil tapi ngocol. Bertindak sok berani tapi ternyata takut. Bermodalkan akal demi menghadapi segala macam marabahaya yang menimpanya. Aku geli menyaksikan setiap kejadian dan adegan yang terjadi antara dua ekor binatang yang biasa ada dan tumbuh di sekitar rumah ini. 

Setiap adegan selalu menampilkan kemalangan bagi sang kucing yang terlalu bernafsu untuk segera mendapatkan buruannya. Walau berbagai cara ia tempuh, tapi masih belum menunjukkan hasil yang membuat hatinya senang. Ia selalu ditimpa kesialan dan kecelakaan. Ia selalu kalah cerdik dari sang tikus. Ada-ada saja kecelakaan yang mengenainya, terkadang kepalanya menjadi gepeng, ekor buntutnya yang terputus, gigi rontok, benjol besar di atas kepala, bahkan sampai jatuh dari bangunan yang memiliki ketinggian luar biasa tinggi. Belum lagi kesialan jika bertemu dengan anjing besar penunggu pemilik rumah tempat mereka semua bersemayam. Uh… bakal jadi menghebohkan. Sang tikus seolah jadi memiliki algojo atau body guard dengan tubuh kekar dan besar, membuat takut bagi siapa saja yang dihadapinya.

Begitupun halnya dengan sang kucing. Walau berbagai rintangan berat telah ia hadapi dan akan ia hadapi rintangan yang lebih berat lagi, tak membuatnya putus asa dan menyurutkan api semangat untuk terus mengejar sang tikus mungil. Pelajaran moral yang mengingatkan kita untuk tidak gampang menyerah dan putus asa dalam berusaha dan meraih cita-cita. Tapi itu saja tak cukup. Perlu juga kiranya kita mempunyai semacam siasat atau strategi matang dan terarah demi memuluskan rencana yang sudah kita rintis. Sebab walau sang kucing sudah menyusun rencana, tapi ia tetap gagal terus.

Sungguh peristiwa dan pemandangan yang menggelikan setelah adanya ketegangan. Hiiiiii ......

Minggu, 25 April 2010

JEJAK 'KISAH HIDUP' BERGAMBAR

Ku rebahkan tubuh rintih ini. Menatap kotornya langit-langit atap kamarku. Kaset CD-CD bekas bergelantungan dengan seuntas tali yang mulai lusuh. Tinggal 3 keping yang masih menggantung, satu lagi lepas entah kemana.

Ku cium aroma bau sinar matahari pada kedua bantal dan guling tercintaku. Maklum tadi siang baru saja dijemur. Mumpung, sekarang kan panas matahari ... A'udzhubillah .. !! Huh .. !!!

Atas tembok sebelah kananku, terpasang rapi 6 buah pigura berisi foto yang menceritakan jejak langkahku pada saat mencari ilmu pengetahuan di dunia pendidikan. Aku  melihat kembali sosok diriku saat TK, SD, MTs,  MA, dan Kuliah melalui jejak rekam sebuah foto.

Pigura 1 di pojok sebelah kiri terpampang wajah mungilku saat berfoto ria dengan teman-teman angkatan di TK Teratai Pitara Depok tahun 1990. Aku berdiri paling kiri di barisan belakang dengan ibu kepala sekolah bernama Bu Edy. Sementara dua guru lainnya (Bu Tris dan Bu Yayah) masing-masing berpose di tengah dan pojok sebelah kanan, mengapit anak-anak. Hi ... hi ... jadi geli melihatnya. Aku amat buluk, tidak ada imut-imutnya. He ..... "Tapi kenapa sekarang imut buanget yaa.. !!"

Namun aku langsung sedih saat melintas di jalan raya depan gedung sekolah Teratai dulu. Kini, TK  Teratai tinggal kenangan. Beredar kabar dari kawan , TK Teratai tak mampu beroperasi lagi alias 'bangkrut'. Astagfirullah .. ! Mudah-mudahan ini hanya kabar burung.

Tergantung di sebelah pigura 1, foto bergambar aku sedang berdiri diapit oleh seorang wanita cantik, bijaksana dan anggun, guruku tercinta Ibu Khoidatul Umroh. Foto ini diambil saat aku tour perpisahan kelas 6 SDNU Kanjeng Sepuh Sidayu angkatan 1996-1997. "Bu Um ... gimana kabar mu sekarang ?"

Di sebelahnya pada pigura 3 ada 3 foto ukuran biasa (aku lupa ukuran foto) yang menggambarkan keadaanku saat menginjak MTs. Foto atas dan bawah ada aku beserta kawan-kawanku dari Jawa Timur yang main ke rumah saat liburan setelah ujian akhir di Mts Kanjeng Sepuh. Mereka adalah Ufel, Bos A-hong dan Aris.

Sementara foto di sebelahnya, aku bersama wanita muda cantik, sahabat juga adikku tersayang Yuyun Nailufah 'Ifda Thoifur'. Aku berfoto bersama saat tour perpisahan OSIS Mts Kanjeng Sepuh tahun 2000 di pelataran masjid agung Demak. Malam hari, itupun ngumpet-ngumpet karena jam istirahat. "Ifda masih ingat kan ?"

Selanjutnya pigura ke 4, aku berfose dengan ketiga sahabatku setelah tampil 'Musikalisasi Puisi dan Sholawat' pada acara Maulid Nabi Muhammad SAW di sekolah M.A. Daarussalam Parung Bogor tahun 2002. Dua wanita bersuara merdu dengan balutan pakaian gamis dan jilbab warna hitam bernama Siti Khodijah dan Halimah. Sementara aku dan satu cowok bersuara merdu bernama Burhani atau Boan berbalut pakaian gamis putih dengan udeng-udeng di  kepala ala Aa Gym. "Aku Rindu Suara merdu mereka .. !!!!"

Untuk pigura ke 5 dan 6, ini saat terakhir aku menginjakkan kaki di dunia pendidikan formal dengan menyandang status sarjana.

Foto ke 5, dengan rendah hati aku menundukkan kepala saat Rektor UIN Jakarta bapak Komarudin Hidayat memindahkan tali yang ada di topi toga dari kiri ke kanan. Ini sebagai simbol kelulusan, begitu katanya. Saat itu aku tegang, bahkan was-was. Entah kenapa ? Mungkin karena berfikir hari esok, Maklum aku mahasiswa gadungan.

Untuk foto ke 6, aku berdiri tegap dan gagah dengan bayground lemari rak buku diapit dua manusia perkasa dan pantang menyerah demi mendidik anaknya agar menjadi orang sukses dan berguna. Keduanya bernama H. Ahmad Yunus dan HJ. Sayati.

Dalam foto mereka tampak tegang. Tak ada ekspresi senyum. Entah apa yang ada di benak mereka saat itu ? Semoga tidak sama dengan benakku saat aku berjalan  di podium 'kelulusan'.

Aku tersenyum mengenang semua. Tak terasa lelah tubuh ini hilang. Kubersandar dengan kedua bantal di tembok. Pikiranku segera menerawang. Kulihat kembali susunan kisah hidupku di lembar foto-foto menggantung.
Ehm ......

Aku masih menyisakan satu tempat lagi untuk meletakkan kisah hidupku selanjutnya. Rencananya, tempat itu akan kuisi dengan pigura bergambar foto aku berdiri gagah dan tegap sambil tersenyum manis berbalut pakaian adat Betawi di dampingi seorang wanita solehah nan ayu yang kelak menjadi pendampingku dalam meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Semoga saja ....!!!

Ku pejamkan mata.

Rasa kantuk mulai mendatangi. Kuberharap malam ini  bermimpi dan berjumpa dengan wanita idaman yang selama ini ku nantikan. Lalu dalam mimpi kami berngobrol ria dan menyusun rencana hidup bersama. Amin.

INFORMASI BENTUK KA'BAH

Hari minggu yang cerah. 

Kutemukan sebuah majalah usang di rak buku. Isinya menarik. Beragam pengetahuan tentang agama Islam ada di dalamnya. Ku buka lembar demi lembar, ku cari sebuah bacaan menarik hingga akhirnya kutemukan di dua lembar halaman terakhir artikel Kid's Question berisikan pertanyaan mengapa Ka'bah kubus ? segera saja aku membacanya secara perlahan.

Ka'bah adalah bangunan tersuci umat Islam yang menjadi kiblat ibadah muslim sejak 2 H/624 M. Sebetulnya ada berbagai nama bagi bangunan ini, antara lain: Ka'bah, Baitulatiq (rumah tua), Baitullah (rumah Allah), Baitulharam (Rumah suci). Tapi nama yang paling dikenal adalah Ka'bah, yang secara bahasa berarti "kubus", sesuai dengan bentuknya yang menyerupai kubus dan dibangun dari batu-batu keras berwarna kelabu kebiru-biruan.

Kalau diperhatikan benar, sebetulnya Ka'bah tidak benar-benar berbentuk Kubus sama sisi. Ini dikarenakan tinggi dari Ka'bah ternyata tidak rata. Untuk dinding utara yang berhadapan dengan Hijr Isma'il tingginya 11,8 m dan dinding timur tempat yang berpintunya tingginya 12,84 m. Tinggi dinding antara Rukun Yamani dan Syami 12,11 m dan yang lain adalah 11,52 m. Walau begitu, tidak banyak orang yang tahu mengenai hal ini.

Menurut sejarah, Ka'bah dibangun oleh Nabi Ibrahim yang datang bersama istrinya Siti Hajar, serta putranya yang masih kecil, Isma'il dari Babilon, Iraq sekarang, sekitar 1800 tahun sebelum Masehi. Pada perkembangannya para ahli sejarah menceritakan bahwa orang-orang yang tinggal di sekitar Ka'bah, membangung rumah-rumah mereka berbentuk bulat dan tidak persegi empat seperti Ka'bah, serta tidak lebih tinggi dari Ka'bah, sedang pintu-pintu rumah menghadap ke Ka'bah. Konon itu adalah bentuk penghormatan orang-orang tersebut terhadap Ka'bah.

Mengapa Ka'bah berbentuk kubus? Ada beberapa pendapat mengenai hal ini. Salah satunya diperkirakan bahwa bentuk persegi/kotak adalah satu simbol dari salah satu bentuk meditasi yang diajarkan kaum sufi dan mengandung makna "menunggu, pengendalian". Pendapat yang lain mengatakan bahwa kubus adalah bentuk tiga dimensi yang paling sederhana, menggambarkan perumpamaan dari kerendahan hati manusia dan kekaguman menusia pada keagungan Tuhan yang kemuliaannya tidak dapat digambarkan/difahami oleh siapapun,walaupun lewat keindahan arsitektur manapun.
(Sumber bacaan:Majalah 'Alhamdulillah Its Friday", 01/Juli/08, h.29)

Aku membacanya sekali lagi, sungguh indah !

Pengetahuan yang tak terkira harganya, selama ini aku tahu ka'bah hanya berbentuk segi empat tanpa tahu makna di dalamnya. Semoga ini menginspirasiku untuk mencari dan menambah pengetahuan lebih banyak.

Segera kututup majalah dan meletakkan di rak buku paling atas.

Kamis, 22 April 2010

AKU LIHAT KAU JAWAB


Biarlah rasa ini terpendam dalam relung hati

Dalam ....

Aku tahu semua kejadian itu. Jelas di depan kedua mataku. Gerak tubuhnya menjelaskan secara rinci semua pertanyaan yang selama ini menggelayut dalam otak.
Harus ku akui ini amat menyakitkan. Aku berharap tak menatap lama-lama. Tapi .....

Kelopak mataku tak mau melepas pergi "pemandangan" indah ini.
Di salah satu jemariku tergenggam batu es yang mulai mencair. Lama tak kusadari bahwa aku telah menggegam erat, Kira-kira hampir 15 menit. Anak lelaki berumuran 12 tahun bengong menatap tingkah polahku dari sebelah kanan meja tempat kubersembunyi. Sebagian orang tampak acuh. Ah .....

Aku jadi malu ketika beradu pandang dengan kedua mata polos anak yang tak mengerti akan sikapku malam itu. Sejenak aku tersenyum, Ia pun membalasnya . aku beranjak pergi. Segera ....

Biarlah rasa sakit ini tersembunyi 

Biarlah duka ini membeku

Dalam hati

 Menjawab apa yang selama ini dicari.

WAKTU BINGUNG SENDIRI

Kembali dalam ruang kelas

Aku bagaikan kupu-kupu yang mencari putik bunga

Aku bagaikan layang-layang yang mencari angin

Aku bagaikan tumbuhan layu yang butuh air

Aku tercenung sesaat. Menikmati saat indah memasuki  ruangan.
Senyum dan tawa merekah dari bibir mungil keturunan anak-anak Adam. Membuat bunga-bunga hati bermekaran. Hijau, kuning, biru, menjadi satu warna. Entah apa Jadinya? He.....

Telingaku merah mendengar  namaku disebut-sebut
Cinta, harapan, kasih sayang, bahkan keputusasaan membaur menyambut satu 'kesempatan'.
Sebuah sindiran telak mengingatkanku pada aktifitas-aktifitas 'membosankan' tiap harinya saat berkumpul.

"Ngapain..?"

"Cerita doung ..!"

"ngobrol-ngobrol aja !"

Seperti pungguk merindukan bulan.

Aku memperhatikan kondisiku. Aku harus mengambil jalan tengah sebagai subyek utama yang bijaksana.

Aku harus berani dengan segala resiko yang kutanggung seorang diri. Demi menutupi 'ketidakmampuanku'.Walau bathin mereka amat keberatan. Mereka tidak melarang. Bahkan terkesan diam.

##

Suatu ketika aku mendapat kesempatan bercerita

Di lain waktu aku  mendapat kesempatan berngobrol ria

Tapi sayang, ini terjadi hanya untuk sebagian. bukan untuk satu kesatuan.

Sungguh benar amat keterlaluan

Pengikut

S e l a m a t D a t a n g di Cielung Dkils

TAMU "Gelisah"

free counters