Minggu, 26 Desember 2010
SALING PENGERTIAN
Sabtu, 18 Desember 2010
PETUAH EMAK (MEMPERINGATI HARI IBU)
Jumat, 17 Desember 2010
KERJAKANLAH SHOLAT.....
Rabu, 15 Desember 2010
KARENA BAROKAH ILMU (TOKOH AGAMA)
Kamis, 18 November 2010
WAHIB SAY CINTA
Sabtu, 13 November 2010
TENGAH MALAM LAPAR
Aku merintih. Tangan kanan memegang perutku. Tubuhku sedikit menggigil.
Aku kelaparan waktu tengah malam lewat.
Kubuka lemari tempat biasa emak menyimpan makanan ringan. Hanya ada sekaleng biskuit yang masih baru. Urung aku mengambilnya. Segera aku menuju dapur. Kubuka rak piringku, hanya tersisa nasi tadi sore dan telur rebus di sambelin. Sama. Aku tak mengambilnya. Ku biarkan perutku keroncongan. Hehehehe ..
Kutuang air hangat dari termos. Aku menuju kamar, seingatku ada kaleng biskuit yang sudah dibuka. Aku ingin memakanya, sekedar untuk mengganjal perut sampai jam enam pagi. Di dalam kamar aku dengan lahap memakan biskuit.
Sayang …
Aku masih kelaparan. Tubuhku tetap menggigil.
Tak ada jalan lain, aku harus kembali memakan indomie. Aku memasaknya dan setelah matang langsung menyantapnya. Nikmat sekali.
Oh Tuhan …
Terlintas dalam ingatan keberadaan saudaraku yang ada di barak pengungsian. Mereka yang ada di Mentawai Sumatera, atau di sekitar gunung merapi atau juga di Warsior. Malam ini mereka sedang apa ? apakah mereka sepertiku kelaparan di tengah malam ?
Pastinya mereka sedang kedinginan oleh udara malam.
Oh ….
Semoga mereka bisa nyenyak istirahat malam ini. Tak tergangu oleh cuaca atau oleh apalah yang bisa menganggu. Biar aku saja yang merasakan laparnya malam ini.
Kamis, 11 November 2010
ANAK SUMBER INSPIRASI
Minggu, 31 Oktober 2010
SATU TUBUH DUA JIWA
Ah … tidak ada perjanjian yang mengikat antara kita berdua
Kau ya kau
Dan aku ya aku
Biarkan saja orang lain berkata sesukanya tentang kita
Aku tidak perduli
Pokoknya kita adalah orang yang berbeda
Titik
2
Tapi aku ingin kita bersatu
Aku ingin kamu menyadari keberadaanku
Aku juga mau kamu menghargai eksistensiku
Kamu tidak bisa menafikan itu
Berkata bahwa kamu adalah kamu
Dan aku adalah kamu
Tidak bisa
Kita adalah satu
Kita tidak bisa saling melepaskan
Ingat itu !!!
1
Hei … enak sekali kau berbicara seperti itu
Kau tidak tahu sejarahnya
Kau tidak mengerti apa-apa
Yang kau tahu hanya sedikit
Jangan berpikir macam-macam
Dan jangan harap kau bisa memaksakan diriku
2
Ya Tuhan
Kenapa kau berpikir seperti itu ?
Apa yang membuatmu seperti ini ?
Kenapa kau tega melupakan semua kejadian yang sudah kita lalui bersama ?
Sadarlah ….
Ingatlah ….
Kita adalah satu
1
Ah …. Bullshit ….
Aku capek berbicara denganmu
Kau tidak akan pernah mengerti meski berulang kali aku jelasin
Sekarang … pergilah dariku
Bawa dirimu ke dalam duniamu, sendiri
Jangan pernah lagi kau ajak aku
Sekali aku mengatakan kita beda
Tetap beda
Cepatlah keluar !!
2
Kau mengusirku
Kau sungguh-sungguh dengan ucapanmu
Kau tidak akan menyesal ? yakin itu ?
Hahaha …..
Aku ragu
Kau pasti akan memanggilku kembali
Tidak lama lagi
Hahaha …..
1
Kau jangan menertawaiku
Cepatlah pergi !
Jangan ganggu aku !
2
Oh ….
Jadi kau sudah yakin dengan ucapanmu
Baiklah …
Aku siap pergi
Aku siap berpisah darimu
Aku rela melepasmu
Tapi ingat ….
Biar bagaimana pun
Kau tidak akan pernah benar-benar meninggalkanku
Percayalah …
Kau akan lelah menjalani ini seorang diri
Tak ada yang mengontrol
Tak ada yang menasehati
Silahkan …
Silahkan bersenang-senang dengan duniamu
Silahkan kau puaskan dirimu
1
Itu memang mauku
Biar aku sendiri yang berkubang dalam dosa
Aku tak mau ada orang lain yang ikut
Cukuplah diriku yang berlumuran salah
Aku akan nikmati
Aku aku nikmati
Dan aku akan nikmati
Semua salah dan dosa
Seorang diri
Sabtu, 30 Oktober 2010
RESPON MEETING
Pertemuan dengan seseorang dapat membawa makna yang luar biasa.
Hari ini misalnya, aku telah bertemu seorang kawan yang seorang aktivis tulen. Dari masa sd jiwanya sudah terbentuk sebagai seorang pemimpin. Ini berdasarkan ceritanya, kalau dia sering menjadi ketua kalau ada kegiatan-kegiatan. Pun saat dia menginjak dewasa. Track recordnya sebagai pemimpin bertambah saat kini dia menjabat sebagai ketua umum organisasi terbesar mahasiswa di Indonesia yaitu HMI cabang Ciputat periode 2010-2011.
Aku bertemu singkat denganya, kurang lebih satu jam setengah. Pertemuan yang amat mendadak untuk direncanakan. Tak banyak juga yang kami bicarakan, hanya sebatas basa-basi pertemuan setelah lama tak berjumpa di tambah bumbu obrolan ringan terkait tentang ‘wanita’ dan aktifitas yang dilakukan akhir-akhir ini.
Aku bercerita kepadanya tentang sedikit kegiatan yang ku jalani sekarang, meski tidak mendetail, tampak aku mulai memberanikan diri untuk ‘membuka’ sebagian hal yang berkaitan denganku. Dulu, aku tak seheboh ini kalau cerita tentang identitas aktifitasku. Percaya, aku sering membual. Tapi tidak untuk hari ini dan selanjutnya.
Ku katakan kepadanya tentang kesenanganku sekarang dalam dunia ‘coret-mencoret’. Ku sebut beberapa buah hasil karya yang selama ini tersimpan rapi dalam rak buku. Ada 2 buku kumpulan cerpen, 1 buku kumpulan puisi, 1 buku cerita bebas, dan 1 buku catatan harian yang masih tarap pengeprinan sebagian.
Seperti biasa, ia tampak tak antusias. Walau tetap memberikan respon atau komentar. Sedikit. Kesanku memang dari dulu kepadanya, ia kurang menjadi pendengar yang baik. Mudah-mudahan dugaanku salah, seandainya pun benar, aku berharap dia bersikap seperti itu saat aku yang bercerita saja, tidak untuk yang lain.
Setelah itu ku tanyakan aktifitasnya, sekarang dan untuk masa yang akan datang.
Jawabnya sekarang dia seperti biasa, berkutat dengan dunia organisasi. Plus kegiatan baru kuliah S2 di Salemba UI setiap malam hari dari senin hingga jumat. Ia lelah sementara ini dengan dunia organisasi, karena terlalu banyak beban dan rintangan yang mesti dihadapinya sekarang terutama dari internal organisasi. Satu contoh dia menyebutkan adanya oknum kader yang kecewa terhadap kepemimpinannya lalu mengacak-ngacak organisasi. Oknum itu berulang kali menjatuhkan mentalnya. Dan sepertinya berhasil. Aku Cuma tersenyum. Pikirku, bukankah itu lazim di dunia organisasi kalau ada saja tipikal orang seperti itu ?. aku tak tahu pasti kenapa seolah ia kalah dengan oknum itu dari ceritanya barusan.
Lalu kegiatan untuk masa depan ? Dia menjawab tidak tahu. Tumben. Biasanya dia orang yang paling cepat untuk menyusun cita-cita. Dia masih belum bisa menentukan pilihan apakah masih tetap di dunia organisasi terutama HMI atau mencari dunia lain, akademis misalnya ? aku lagi-lagi Cuma tersenyum mendengarnya.
Aku jadi kegeeran sendiri melihat situasi ini. Sebabnya, dalam benakku (meski ini belum tentu benar) kini seolah berubah. Terjadi kebalikan. Dulu aku yang seolah tidak bisa menjawab pertanyaan apa yang dikerjakan sekarang dan masa depan ? bahkan sekalipun menjawab, belum bisa setegas dan seyakin tadi. Sekarang malah dia yang bersikap demikian. Ia menjadi seperti dulu Yang aku alami.
Hati kecilku menolak ‘kesimpulan’ ini. Walau hati kecilku juga tak bisa memungkiri perasaan berbangga hati dan bersyukur ternyata aku bisa melakukan apa yang orang lain (dia) lakukan meski hanya sebatas sebuah program jangka pendek dan panjang yang tidak formal.
Aku pulang dengan senyum mengembang. Berbagai bentuk buah tangan sudah melekat di tubuhku. Dia memang segalanya untukku. Terucap kalimat dia tidak akan melupakanku, begitupun dia berharap sebaliknya. Aku mengangguk. Menyetujui sebuah janji tak tertulis itu. Sungguh kenikmatan respon meeting yang positif.
Jumat, 29 Oktober 2010
HIDUP MANDIRI (SAH-SAH AJA)
Kamis, 28 Oktober 2010
MALAM DI TERAS RUKO
Jumat, 23 Juli 2010
DOA MALAM
Kamis, 27 Mei 2010
SENYUM NENEK JALANAN
Sabtu, 22 Mei 2010
BUKAN TRANTIB BIASA
Selasa, 18 Mei 2010
TEMAN TIDUR
Tubuh panjangmu
Dinginnya malam
Panasnya siang
Tak ku hiraukan
Kau selalu saja ku peluk
Entah bagaimana rasanya tanpamu
Kalau hanya ditemani selembar kain lusuh nan tipis
Tubuh ini
Bakal menjerit dingin
Sumpah ..
Bakal garing
Miring kanan
Miring kiri
Tak punya 'pegangan'
Seperti malam ini
Kau tetap selalu ku peluk
Jumat, 14 Mei 2010
TRUK MILITER
Hampir jalan raya yang kulewati, pasti ada yang melihat dan beragam reaksinya. Bapak-bapak, ibu-ibu, anak muda, cewek, anak kecil, tukang ojek, supir angkot, pedagang di pasar, juru parkir, semuanya menatapku. Ada yang bengong entah apa yang ada dibenaknya saat melihat. Ada yang memotret dari angkot dengan mimik lucu. Ada juga yang cuma cenggegesan nggak jelas. Aneh ? Tapi kebanyakan mereka senyum-senyum dengan menunjukkan jarinya. He .. ada apa ya ?
Kalau dibilang hari ini aku tampak ganteng, ah ... enggak juga. Biasa aja seperti hari-hari lalu.
Ehm ...
Dari segi penampilan ? sama saja, hanya beda sekarang aku memakai kaus merah, bukan warna kesukaanku.
Atau jangan-jangan .....
Ada yang aneh pada tubuhku ? Tapi kuperhatikan, enggak juga. Cukup standar untuk ukuran style anak muda sehari-hari. Nggak ada yang unik-unik banget.
Oh .. my God ?
Aku baru sadar, tadi aku sedang menaiki kendaraan truk militer dan berdiri di bagian belakang mobil. Menjaga keamanan, begitulah yang diamanatkan Ibu ketua panitia.
Wajar kalau mereka terus memandang sambil tersenyum. Karena jarang loh orang-orang biasa bisa menaiki kendaraan ini. Apalagi ... yang paling belakang adalah cowok imut nan nggemesin berdiri dengan gagah dan berwibawa. Mirip seorang jendral yang mau berangkat perang.
Ah ...
Jadi malu
Tapi biarlah ...
Sungguh ini menyenangkan. Karena bisa melatih dan menambah rasa percaya diri terhadap pandangan orang. Loh .. ? kok jadi kesana ?
Rabu, 12 Mei 2010
TAKUT GAGAP
Saya jadi terharu. Sepintas teringat masa lalu ketika masih berseragam merah-putih. Ya .... tahun sembilan puluhan . Kala itu, tubuh kecil dengan wajah kumel selalu ogah untuk berangkat menuntut ilmu di lembaga bernama sekolah. Meski pada akhirnya berangkat juga.
Berjalan secara rombongan dengan teman-teman satu pondokan. Berlari-lari kecil sambil bercanda berharap bisa menjadi yang terdepan sampai di sekolah. Semua teman tampak jelas raut kegembiraan, apalagi tadi telah diberi "sangu" (uang saku) lebih oleh Pak-Lek (Bapak pimpinan pondok). Sekolah seolah menjadi satu tujuan untuk meraih Pengetahuan dan kesenangan abadi .
Berbeda dengan mereka, saya masih belum menyadari hal itu. Terlebih saat duduk ditingkat kelas 4 dan 5. Dalam benak saya justru yang ada tumbuh rasa kekhawatiran dan ketakutan saat sudah sampai menginjakkan kaki di pintu gerbang sekolah. Apalagi kalau tiba bel berbunyi dan semua siswa wajib di dalam kelas, ditambah saat itu adalah pelajaran PPKN, Bahasa daerah atau matematika. Maka kekhawatiran dan rasa takut dengan cepatnya menapaki ubun-ubun, Huuuh.. ! Tinggal menunggu waktu saja ......
Dan kalau sampai yang ditakutkan tiba, yaitu disuruh membaca, keringat dingin segera mengucur deras dari pori-pori tubuh kurus dan hitam ini. Lalu imbasnya, bacaan dan suarapun jadi terbata-bata, bisa lancar kalau ada yang menggertak untuk sekedar mengagetkan emosi diri. Saya tidak tahu penyebab datangnya penyakit ini, tanpa sadar ketika Sekolah Dasar dulu, kalau tiba giliran Saya diperintah untuk membaca, maka saya pasti terbata-bata dan gugup sekali. Sungguh pengalaman yang menakutkan.
Tapi itu cerita tempo dulu. kini sudah berubah. Walau rasa takut selalu muncul saat diperintah seseorang, Tapi tidak berdampak keluar keringat dingin lagi lantas tak bisa berbicara lancar. Ini semua berkat bantuan dan dorongan motivasi dari guru tercinta Ibu Khoidatul Umroh (Bu Umroh)
Ia selalu memotivasi saya dengan berkata :"Yakin kamu bisa dan tidak akan tersendat, cobalah .. !". Lantas ia memberiku kesempatan untuk membaca di tengah teman-teman kelas pada mata pelajaran berlangsung (Perintah ini sering kali dilakukan Bu Umroh. Mungkin ia bermaksud membiasakan aku membaca di muka umum).
Dan akibatnya .. Hinaan dan tawa mengejek spontan keluar dari mulut teman-teman kelas. Saya masih ingat sekali, pernah suatu ketika saya menangis sejadi-jadinya karena tak tahan mendengar dan menjadi bahan tertawaan teman-teman kelas. Sampai saya benci dengan semua teman termasuk Bu Umroh (karena merintahkan saya untuk membaca). Saya sudah tidak tahan. Setiap kali mata pelajaran Bu Umroh, saya segera saja ingin keluar kelas (tapi untung tidak saya lakukan)
Singkatnya, perlahan Bu Umroh tetap membimbing dan terus melatih keberanian saya sampai saya bisa terlepas dari penyakit 'gagap' saat membaca.
Ibu guru manis itu tersenyum ketika memergoki saya terus memperhatikannya dari tadi diluar jendela kelas. Saya jadi malu, lalu menundukkan kepala dan pergi. Oooohhh ... !!!!