Selasa, 27 April 2010

RENTETAN PERISTIWA MENEGANGKAN


Rentetan peristiwa yang mengerikan. Amat menakutkan. Aku tak bisa membayangkan jika itu terjadi pada daerah kami, tangis dan jeritan ketakutan terdengar melonglong di setiap sudut desa, terhadap setiap keluarga tercerai berai menyelamatkan diri masing-masing, kerabat, teman, hewan kesayangan, sekolah, masjid dan yang lainnya ditinggal begitu saja demi keselamatan jiwa . Sungguh peristiwa yang membuat bulu kuduk merinding jika melihatnya.

Tak ada lagi tawa riang anak-anak bermain kelereng dan petak umpet. Ibu-ibu yang biasa berkumpul mengobrol di beranda rumah tak tampak. Warung kopi yang biasa ramai oleh bapak-bapak dan pemuda demi melepas lelah setelah bergelut menguras keringat kini sepi. Tak terdengar merdunya suara muadzin mengingatkan untuk bertemu dan menghadap sang penguasa alam. Kini tersisa hanyalah puing-puing bangunan nan berasap. Rumah dan sekolah tinggallah rangka. Menyisakan kepedihan yang berat mengingat pengorbanan dan perjuangan saat mulai merintis pembangunan gedung dari bawah. 

Aku meneteskan air mata. Tatapan kosong menjalar memandangi benda kotak berukuran 21 inci. Suara dentuman kembali terdengar. Miris hati ini. Tak tahu harus berkata apa untuk menenangkan hati yang terbawa emosi menyaksikan kejadian dari tadi pagi meskipun hanya melalui sebuah benda kotak kecil.

Saluran coba kualihkan kepada tempat lain. Tampak seekor kucing sedang berlari kencang mengejar buruan makanan siangnya, yang baru saja terlepas dari cengkraman kuku panjangnya. Seekor tikus kecil tapi ngocol. Bertindak sok berani tapi ternyata takut. Bermodalkan akal demi menghadapi segala macam marabahaya yang menimpanya. Aku geli menyaksikan setiap kejadian dan adegan yang terjadi antara dua ekor binatang yang biasa ada dan tumbuh di sekitar rumah ini. 

Setiap adegan selalu menampilkan kemalangan bagi sang kucing yang terlalu bernafsu untuk segera mendapatkan buruannya. Walau berbagai cara ia tempuh, tapi masih belum menunjukkan hasil yang membuat hatinya senang. Ia selalu ditimpa kesialan dan kecelakaan. Ia selalu kalah cerdik dari sang tikus. Ada-ada saja kecelakaan yang mengenainya, terkadang kepalanya menjadi gepeng, ekor buntutnya yang terputus, gigi rontok, benjol besar di atas kepala, bahkan sampai jatuh dari bangunan yang memiliki ketinggian luar biasa tinggi. Belum lagi kesialan jika bertemu dengan anjing besar penunggu pemilik rumah tempat mereka semua bersemayam. Uh… bakal jadi menghebohkan. Sang tikus seolah jadi memiliki algojo atau body guard dengan tubuh kekar dan besar, membuat takut bagi siapa saja yang dihadapinya.

Begitupun halnya dengan sang kucing. Walau berbagai rintangan berat telah ia hadapi dan akan ia hadapi rintangan yang lebih berat lagi, tak membuatnya putus asa dan menyurutkan api semangat untuk terus mengejar sang tikus mungil. Pelajaran moral yang mengingatkan kita untuk tidak gampang menyerah dan putus asa dalam berusaha dan meraih cita-cita. Tapi itu saja tak cukup. Perlu juga kiranya kita mempunyai semacam siasat atau strategi matang dan terarah demi memuluskan rencana yang sudah kita rintis. Sebab walau sang kucing sudah menyusun rencana, tapi ia tetap gagal terus.

Sungguh peristiwa dan pemandangan yang menggelikan setelah adanya ketegangan. Hiiiiii ......

Minggu, 25 April 2010

JEJAK 'KISAH HIDUP' BERGAMBAR

Ku rebahkan tubuh rintih ini. Menatap kotornya langit-langit atap kamarku. Kaset CD-CD bekas bergelantungan dengan seuntas tali yang mulai lusuh. Tinggal 3 keping yang masih menggantung, satu lagi lepas entah kemana.

Ku cium aroma bau sinar matahari pada kedua bantal dan guling tercintaku. Maklum tadi siang baru saja dijemur. Mumpung, sekarang kan panas matahari ... A'udzhubillah .. !! Huh .. !!!

Atas tembok sebelah kananku, terpasang rapi 6 buah pigura berisi foto yang menceritakan jejak langkahku pada saat mencari ilmu pengetahuan di dunia pendidikan. Aku  melihat kembali sosok diriku saat TK, SD, MTs,  MA, dan Kuliah melalui jejak rekam sebuah foto.

Pigura 1 di pojok sebelah kiri terpampang wajah mungilku saat berfoto ria dengan teman-teman angkatan di TK Teratai Pitara Depok tahun 1990. Aku berdiri paling kiri di barisan belakang dengan ibu kepala sekolah bernama Bu Edy. Sementara dua guru lainnya (Bu Tris dan Bu Yayah) masing-masing berpose di tengah dan pojok sebelah kanan, mengapit anak-anak. Hi ... hi ... jadi geli melihatnya. Aku amat buluk, tidak ada imut-imutnya. He ..... "Tapi kenapa sekarang imut buanget yaa.. !!"

Namun aku langsung sedih saat melintas di jalan raya depan gedung sekolah Teratai dulu. Kini, TK  Teratai tinggal kenangan. Beredar kabar dari kawan , TK Teratai tak mampu beroperasi lagi alias 'bangkrut'. Astagfirullah .. ! Mudah-mudahan ini hanya kabar burung.

Tergantung di sebelah pigura 1, foto bergambar aku sedang berdiri diapit oleh seorang wanita cantik, bijaksana dan anggun, guruku tercinta Ibu Khoidatul Umroh. Foto ini diambil saat aku tour perpisahan kelas 6 SDNU Kanjeng Sepuh Sidayu angkatan 1996-1997. "Bu Um ... gimana kabar mu sekarang ?"

Di sebelahnya pada pigura 3 ada 3 foto ukuran biasa (aku lupa ukuran foto) yang menggambarkan keadaanku saat menginjak MTs. Foto atas dan bawah ada aku beserta kawan-kawanku dari Jawa Timur yang main ke rumah saat liburan setelah ujian akhir di Mts Kanjeng Sepuh. Mereka adalah Ufel, Bos A-hong dan Aris.

Sementara foto di sebelahnya, aku bersama wanita muda cantik, sahabat juga adikku tersayang Yuyun Nailufah 'Ifda Thoifur'. Aku berfoto bersama saat tour perpisahan OSIS Mts Kanjeng Sepuh tahun 2000 di pelataran masjid agung Demak. Malam hari, itupun ngumpet-ngumpet karena jam istirahat. "Ifda masih ingat kan ?"

Selanjutnya pigura ke 4, aku berfose dengan ketiga sahabatku setelah tampil 'Musikalisasi Puisi dan Sholawat' pada acara Maulid Nabi Muhammad SAW di sekolah M.A. Daarussalam Parung Bogor tahun 2002. Dua wanita bersuara merdu dengan balutan pakaian gamis dan jilbab warna hitam bernama Siti Khodijah dan Halimah. Sementara aku dan satu cowok bersuara merdu bernama Burhani atau Boan berbalut pakaian gamis putih dengan udeng-udeng di  kepala ala Aa Gym. "Aku Rindu Suara merdu mereka .. !!!!"

Untuk pigura ke 5 dan 6, ini saat terakhir aku menginjakkan kaki di dunia pendidikan formal dengan menyandang status sarjana.

Foto ke 5, dengan rendah hati aku menundukkan kepala saat Rektor UIN Jakarta bapak Komarudin Hidayat memindahkan tali yang ada di topi toga dari kiri ke kanan. Ini sebagai simbol kelulusan, begitu katanya. Saat itu aku tegang, bahkan was-was. Entah kenapa ? Mungkin karena berfikir hari esok, Maklum aku mahasiswa gadungan.

Untuk foto ke 6, aku berdiri tegap dan gagah dengan bayground lemari rak buku diapit dua manusia perkasa dan pantang menyerah demi mendidik anaknya agar menjadi orang sukses dan berguna. Keduanya bernama H. Ahmad Yunus dan HJ. Sayati.

Dalam foto mereka tampak tegang. Tak ada ekspresi senyum. Entah apa yang ada di benak mereka saat itu ? Semoga tidak sama dengan benakku saat aku berjalan  di podium 'kelulusan'.

Aku tersenyum mengenang semua. Tak terasa lelah tubuh ini hilang. Kubersandar dengan kedua bantal di tembok. Pikiranku segera menerawang. Kulihat kembali susunan kisah hidupku di lembar foto-foto menggantung.
Ehm ......

Aku masih menyisakan satu tempat lagi untuk meletakkan kisah hidupku selanjutnya. Rencananya, tempat itu akan kuisi dengan pigura bergambar foto aku berdiri gagah dan tegap sambil tersenyum manis berbalut pakaian adat Betawi di dampingi seorang wanita solehah nan ayu yang kelak menjadi pendampingku dalam meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Semoga saja ....!!!

Ku pejamkan mata.

Rasa kantuk mulai mendatangi. Kuberharap malam ini  bermimpi dan berjumpa dengan wanita idaman yang selama ini ku nantikan. Lalu dalam mimpi kami berngobrol ria dan menyusun rencana hidup bersama. Amin.

INFORMASI BENTUK KA'BAH

Hari minggu yang cerah. 

Kutemukan sebuah majalah usang di rak buku. Isinya menarik. Beragam pengetahuan tentang agama Islam ada di dalamnya. Ku buka lembar demi lembar, ku cari sebuah bacaan menarik hingga akhirnya kutemukan di dua lembar halaman terakhir artikel Kid's Question berisikan pertanyaan mengapa Ka'bah kubus ? segera saja aku membacanya secara perlahan.

Ka'bah adalah bangunan tersuci umat Islam yang menjadi kiblat ibadah muslim sejak 2 H/624 M. Sebetulnya ada berbagai nama bagi bangunan ini, antara lain: Ka'bah, Baitulatiq (rumah tua), Baitullah (rumah Allah), Baitulharam (Rumah suci). Tapi nama yang paling dikenal adalah Ka'bah, yang secara bahasa berarti "kubus", sesuai dengan bentuknya yang menyerupai kubus dan dibangun dari batu-batu keras berwarna kelabu kebiru-biruan.

Kalau diperhatikan benar, sebetulnya Ka'bah tidak benar-benar berbentuk Kubus sama sisi. Ini dikarenakan tinggi dari Ka'bah ternyata tidak rata. Untuk dinding utara yang berhadapan dengan Hijr Isma'il tingginya 11,8 m dan dinding timur tempat yang berpintunya tingginya 12,84 m. Tinggi dinding antara Rukun Yamani dan Syami 12,11 m dan yang lain adalah 11,52 m. Walau begitu, tidak banyak orang yang tahu mengenai hal ini.

Menurut sejarah, Ka'bah dibangun oleh Nabi Ibrahim yang datang bersama istrinya Siti Hajar, serta putranya yang masih kecil, Isma'il dari Babilon, Iraq sekarang, sekitar 1800 tahun sebelum Masehi. Pada perkembangannya para ahli sejarah menceritakan bahwa orang-orang yang tinggal di sekitar Ka'bah, membangung rumah-rumah mereka berbentuk bulat dan tidak persegi empat seperti Ka'bah, serta tidak lebih tinggi dari Ka'bah, sedang pintu-pintu rumah menghadap ke Ka'bah. Konon itu adalah bentuk penghormatan orang-orang tersebut terhadap Ka'bah.

Mengapa Ka'bah berbentuk kubus? Ada beberapa pendapat mengenai hal ini. Salah satunya diperkirakan bahwa bentuk persegi/kotak adalah satu simbol dari salah satu bentuk meditasi yang diajarkan kaum sufi dan mengandung makna "menunggu, pengendalian". Pendapat yang lain mengatakan bahwa kubus adalah bentuk tiga dimensi yang paling sederhana, menggambarkan perumpamaan dari kerendahan hati manusia dan kekaguman menusia pada keagungan Tuhan yang kemuliaannya tidak dapat digambarkan/difahami oleh siapapun,walaupun lewat keindahan arsitektur manapun.
(Sumber bacaan:Majalah 'Alhamdulillah Its Friday", 01/Juli/08, h.29)

Aku membacanya sekali lagi, sungguh indah !

Pengetahuan yang tak terkira harganya, selama ini aku tahu ka'bah hanya berbentuk segi empat tanpa tahu makna di dalamnya. Semoga ini menginspirasiku untuk mencari dan menambah pengetahuan lebih banyak.

Segera kututup majalah dan meletakkan di rak buku paling atas.

Kamis, 22 April 2010

AKU LIHAT KAU JAWAB


Biarlah rasa ini terpendam dalam relung hati

Dalam ....

Aku tahu semua kejadian itu. Jelas di depan kedua mataku. Gerak tubuhnya menjelaskan secara rinci semua pertanyaan yang selama ini menggelayut dalam otak.
Harus ku akui ini amat menyakitkan. Aku berharap tak menatap lama-lama. Tapi .....

Kelopak mataku tak mau melepas pergi "pemandangan" indah ini.
Di salah satu jemariku tergenggam batu es yang mulai mencair. Lama tak kusadari bahwa aku telah menggegam erat, Kira-kira hampir 15 menit. Anak lelaki berumuran 12 tahun bengong menatap tingkah polahku dari sebelah kanan meja tempat kubersembunyi. Sebagian orang tampak acuh. Ah .....

Aku jadi malu ketika beradu pandang dengan kedua mata polos anak yang tak mengerti akan sikapku malam itu. Sejenak aku tersenyum, Ia pun membalasnya . aku beranjak pergi. Segera ....

Biarlah rasa sakit ini tersembunyi 

Biarlah duka ini membeku

Dalam hati

 Menjawab apa yang selama ini dicari.

WAKTU BINGUNG SENDIRI

Kembali dalam ruang kelas

Aku bagaikan kupu-kupu yang mencari putik bunga

Aku bagaikan layang-layang yang mencari angin

Aku bagaikan tumbuhan layu yang butuh air

Aku tercenung sesaat. Menikmati saat indah memasuki  ruangan.
Senyum dan tawa merekah dari bibir mungil keturunan anak-anak Adam. Membuat bunga-bunga hati bermekaran. Hijau, kuning, biru, menjadi satu warna. Entah apa Jadinya? He.....

Telingaku merah mendengar  namaku disebut-sebut
Cinta, harapan, kasih sayang, bahkan keputusasaan membaur menyambut satu 'kesempatan'.
Sebuah sindiran telak mengingatkanku pada aktifitas-aktifitas 'membosankan' tiap harinya saat berkumpul.

"Ngapain..?"

"Cerita doung ..!"

"ngobrol-ngobrol aja !"

Seperti pungguk merindukan bulan.

Aku memperhatikan kondisiku. Aku harus mengambil jalan tengah sebagai subyek utama yang bijaksana.

Aku harus berani dengan segala resiko yang kutanggung seorang diri. Demi menutupi 'ketidakmampuanku'.Walau bathin mereka amat keberatan. Mereka tidak melarang. Bahkan terkesan diam.

##

Suatu ketika aku mendapat kesempatan bercerita

Di lain waktu aku  mendapat kesempatan berngobrol ria

Tapi sayang, ini terjadi hanya untuk sebagian. bukan untuk satu kesatuan.

Sungguh benar amat keterlaluan

Jumat, 09 April 2010

HILANG MIMPI

Kita tidak pernah tahu jadi apa kelak nanti ketika dewasa.

Masa-masa kecil yang bermimpi ingin menjadi dokter, guru, ABRI, Direktur, president atau
 apapun itu namanya profesi, pada akhirnya akan hilang seiring waktu. Ehm …. Walau ini tidak terjadi pada semua.

Tapi lazimnya, banyak cerita mengalir dari mulut orang-orang  yang mengatakan bahwa “Saya kini ‘menjadi’ tidak sesuai dengan apa-apa yang dicita-citakan dahulu”

Kalau demikian, lantas apa makna mimpi atau cita-cita  bagi kita anak-anak kecil dan orang-orang dewasa?

Sebatas pengharapan

Atau paksaan diri dan orang-orang sekitar

Atau hanya dorongan demi peningkatan pekerjaan lebih baik.

Wallahua’lam

Mimpi ….??

Cita-cita ……??

Milik siapa ???

Kehendak hati

Lingkungan

Atau memang sudah keputusan mutlak milik Tuhan ???

Ehmmmmm …….


Pengikut

S e l a m a t D a t a n g di Cielung Dkils

TAMU "Gelisah"

free counters