Minggu, 26 Desember 2010

SALING PENGERTIAN

Aku belum bisa memahami jalan pikirannya. Dia terlalu sulit untuk ditebak. Rambu-rambu yang mengindikasikan kalau dirinya adalah sosok yang introvert dihapusnya perlahan dengan sikap justru sebaliknya. So … bagaimanakah dirinya ? aku ternyata belum mengenalnya.

Dia pernah berujar kepadaku :”waktu satu tahun ternyata belum cukup untuk mengenal dan memahami siapa diri gua ? Loe masih salah memandang gua seperti itu …”

Persis. Bagiku saat dia mengatakan hal demikian, secara tersirat dia juga menyatakan bahwa dirinya juga belum mengenal siapa diriku. Oleh karenanya antara aku dan dia masih terjadi saling kesalahfahaman dalam menjalani jalinan persahabatan.

Wajarlah … jangankan untuk jangka waktu satu tahun yang masih tergolong seumur jagung, yang sudah 10 bahkan 20 tahun pun namanya jalinan antara dua orang akan terjadi riak-riak baik yang negatif maupun yang positif. Makanya, siapapun orangnya kalau menginginan jalinan hubungan yang langgeng kuncinya adalah rasa saling pengertian / percaya satu sama lain tetap terjaga.

Buang jauh-jauh prasangka-prasangka negatif yang membuat diri kita curiga dan tidak lagi percaya atas apa yang telah dia lakukan atau sebaliknya.

Itulah kunci menjalin persahabatan.

semoga !

Sabtu, 18 Desember 2010

PETUAH EMAK (MEMPERINGATI HARI IBU)


Kalau bukan karena Emak, tentu aku akan marah kepadanya sepanjang waktu. Biarkan orang menganggap aneh sikapku. Aku tak perduli. Aku sungguh kesal dan muak atas tindakannya kepada keluargaku. Terutama kepada Emak. Baginya, seolah keluarga kami adalah keluarga tak memiliki nilai harga diri. Dianggapnya orang kecilan dan sampah.

Kakak perempuanku pernah dijulukinya sebagai perawan tua yang tak bakalan mendapatkan seorang jodoh. Maklum, sudah berumur diatas 30 tahun tetapi belum nikah juga. Itu memang fakta, tetapi bukan berarti seenak udele dhewe untuk menghina-hina. Ingin aku memukulnya, lagi-lagi Emak menghalangi tindakanku. Katanya, “Biarin aja, orang kagak nyakitin fisik ini. Lagi juga diakan begitu karena kaga tahu”

Selalu kalimat Itu yang keluar dari mulut Emak ketika aku ingin membalas. Dan anehnya aku menurut saja, tak melawan untuk tetap bisa membalas tindakannya kepada keluargaku.
Ah … Emak memang terlalu luar biasa !!!

Sikapnya sungguh mencerminkan sikap orang tua yang penuh kasih sayang dan bijak. Ia selalu mengajarkan kepada kami agar bertingkah laku baik kepada siapapun dan apapun. Tak perduli apakah kita dalam kondisi telah dirugikan atau tidak. Ajaran paling sederhana yang pasti kuingat dari sekian pesannya adalah agar aku bisa selalu senyum terhadap orang lain baik yang memusuhi kita atau tidak. Amat sederhana. Tetapi berdampak luar biasa.

Aku pernah mengalami kejadian saat aku dimusuhi sahabat karibku karena ia menyangka aku telah mengadukan sikapnya yang sering godain anak perempuan kepada bapaknya sehingga ia dimarahi. Karena itu, hampir seminggu ia tak mau bermain dan menyapaku. Walau begitu, aku tetap berupaya menjaga hubungan baik dengannya. Minimal setiap kali bertemu dengannya aku tersenyum dan menyapanya. Menunjukkan bahwa aku tak bersalah kepadanya dan aku tak marah oleh sikapnya. Pada akhirnya, ia malu sendiri karena sikapnya apalagi setelah mengetahui kejadian sebenarnya. Aku tetap menyambut tangannya.

Tapi tidak untuk orang satu ini
orang yang selalu menghina keluargaku
Aku sudah terlalu gondok
Aku amat sangat muak
Oleh sikapnya

Dan Emak cukup meningatkanku untuk tidak bersikap demikian dengan cerita sikap kanjeng Rosul Muhammad ketika ia selalu dilempari batu oleh orang Quraisy menjelang keberangkatannya menuju masjid. Beliau tidak kesal. Bahkan ketika beliau suatu hari melewati jalan yang sama, dan tak ada orang yang melemparinya dengan batu seperti biasa. Beliau justru bertanya kemana orang tersebut. Sampai akhirnya diketahui ternyata dia sedang sakit. Apa yang dilakukan Rosul ?

Beliau datang menjenguk dan mendoakan atas kesembuhan untuk orang yang selalu menyakitinya. Beliau datang bukan untuk marah dan membalasnya.

Aku tertunduk kalau Emak cerita itu. Rasa malu menjalar keseluruh tubuh. Begitu mulia akhlak atau sikap Rosul. Dan itu mampu diamalkan dan diajarkan Emak pada anak-anaknya. Memang sikap yang tampak sederhana. Tapi ternyata perlu latihan dan kesabaran untuk menjalankannya.

Semoga aku bisa. Maafkan aku ya Tuhan … Dan terima kasih untuk Emak ...

SELAMAT HARI IBU ...

Semoga Emak sehat selalu ... !!!

Cepat Sembuh ya ..... !!!!

Jumat, 17 Desember 2010

KERJAKANLAH SHOLAT.....

Aku selalu terngiang, bahwa Tuhan mencintai hambanya yang senantiasa mau melakukan amal ibadah wabil khusus sholat. Pagi ini aku terlelap memejamkan mata. Asyik dengan dunia mimpiku. Lelah seharian kemarian seakan terobati oleh nikmatnya rasa tidur. Tapi, ya Allah … aku terlewatkan akan kewajiban. Aku berada dalam kelalaian.

Ibuku marah tak karuan. Berulang-ulang ia menjelaskan bahwa sebuah kewajiban bagi umat Islam yang sudah baligh untuk menjalankan perintah agama terutama sholat 5 waktu. Sholat diibaratkan sebuah tiang bagi bangunan (agama), yang kalau tidak didirikan maka akan dapat dipastikan bangunan, dalam hal ini agama bakal runtuh berantakan. Artinya kita tidak bisa berharap agama yang kita akan anut akan terus eksis sampai akhir zaman. Na’udzhubillah !

Aku lalu berpikir, sampai sejauh itukah arti mengerjakan sholat ? padahal secara jujur, selama ini aku hanya mengerjakan sholat berdasarkan fakta “kewajiban” semata. Bahkan terkadang hanya karena takut atau malu dengan orang tua atau orang lain jika tidak mengerjakannya. Astaghfirullah !!

Kemudian muncul pertanyaan kembali. Mengapa kita enggan sekali mengerjakan sholat? Padahal kita sama tahu bahwa itu sebuah kewajiban. Atau jangan-jangan diantara kita memang sudah banyak yang tidak tahu bahwa sholat adalah kewajiban ? Na’udzhubillah lagi dah .. !

Dulu aku pernah merasakan nikmatnya mengerjakan sholat. Sangat nikmat. Saat itu aku merasakan kedekatan yang luar biasa pada Allah selaku Tuhan penguasa alam. Aku seolah berdialog dengan-Nya. Mengungkap semua keluh kesah kesenangan dan kesusahan yang kualami. Hati menjadi bersih. Pikiran terang laksana sang surya memberikan cahaya terbaiknya. Aku ridho dan ikhlas atas semua hal yang kukerjakan. Tak pernah sedikitpun terpikirkan untuk melalaikan sholat. Apalagi meninggalkannya.

Tapi hari ini, aku mengulangi kembali pekerjaan bukan untuk yang pertama dan kedua kalinya. Tapi lebih dan untuk kesekian kali.

Entah karena apa pastinya ? sebuah kemalasan, kesengajaan, atau memang karena ketidakpercayaan ?

Aku mengingat kembali pesan nabi dalam sabdanya :
اََلصلاة عماد الدين . فمن اقامها فقد اقام الدين . فمن تركها فقد هدم الدين
“Sholat itu adalah tiang agama. Barang siapa yang mendirikan sholat berarti ia mendirikan agama. Barang siapa yang meningalkan sholat, maka ia merusakkan agama”

Semoga kita berada di jalan yang benar dan diberikan kesadaran untuk mengerjakan kewajiban. Amin.

Rabu, 15 Desember 2010

KARENA BAROKAH ILMU (TOKOH AGAMA)

Menarik sekali obrolanku malam ini di saung bengkel milik seorang kawan. Dengan di temani segelas kopi untuk 4 orang dan tiga bungkus rokok dengan berbagai jenis merk, kami asyik ngobrol ngalor ngidul terkait masalah ketokohan seorang yang memiliki ilmu agama dengan segudang karomahnya dan masalah keagamaan yang sedang hot dibicarakan akhir-akhir ini di tengah masyarakat.

Cuaca malam hari tampak redup. Sang pemilik sinar malam malu-malu untuk menampakkan diri. Dia bersinar seadanya, seolah setengah hati. Pun demikian dengan angin. Hanya sesekali menghembuskan kesejukan. Tidak banyak. Di sebelah saung, kali (sungai) yang tadi volume airnya kecil perlahan mulai sedikit demi sedikit bertambah. Menciptakan suara gemiricik karena perbenturan air dengan batu kali. Membuat suasana malam semakin nyaman untuk dirasakan di luar rumah.

Aku mulai bercerita tentang ketokohan para wali songo. Kelebihan-kelebihan atau bahasa agamanya karomah yang dimiliki masing-masing wali ku ceritakan sebatas pengetahuanku. Seperti cerita tentang murid sunan Ampel yang mempunyai karomah mampu melihat ka’bah dari lobang yang dibuatnya di tembok masjid Agung Demak saat menentukan arah kiblat. Karena karomahnya itulah sang murid akhirnya diberi gelar oleh Sunan Ampel dengan panggilan ‘Mbah Bolong’.

Selanjutnya ku ceritakan wali yang berada di pondokku daerah Sidayu Gresik Jawa Timur bernama Kanjeng Sepuh. Beliau adalah salah satu ulama yang banyak memiliki karomah luar biasa pada masanya. Dua peninggalannya yang hingga kini masih bermanfaat bagi warga sekitarnya adalah telaga di daerah Sidomulyo dan sumur di daerah … (saya lupa nama daerahnya). Kedua peninggalan tersebut amat sangat berguna bagi lingkungan sekitar karena berfungsi sebagai sumber air minum. Dan banyak lagi cerita tentang karomah yang dimiliki Kanjeng Sepuh.

Kemudian ceritaku berlanjut kepada karomah ulama-ulama tak jauh juga di sekitar pondokku. Ada KH. Suhail Ridhwan. Ada KH. Ahmad Siddiq, KH. Syamsu Dhuhha, KH. Abdul Muqsith dan lain sebagainya. Mereka semua hingga kini masih hidup. Mereka masing-masing memiliki karomah sebagaimana layaknya di miliki para kekasih Allah lainnya. Hingga akhirnya ceritaku sampai kepada tokoh controversial, presiden RI ke tiga yaitu Abdurrahman Wahid atau biasa di sebut Gus Dur.

Saat menceritakan tokoh yang satu ini, kedua rekanku yang dari tadi berperan sebagai pendengar ikut serta menjadi pembicara karena pengalaman dan pengetahuannya tentang sosok Gus Dur. Satu kawan menceritakan karomah yang dimiliki Gus Dur berupa tingkat intelegensia yang di batas rata-rata masyarakat Indonesia. Misalnya terkait statemen Gus Dur tentang anggota DPR yang mirip Taman Kanak-Kanak. Saat pengucapan statemen tersebut, Anggota DPR tidak tampak demikian. Namun tak lama kemudian, anggota DPR menunjukkan sikap aslinya yang mirip siswa Taman Kanak-Kanak.

Satu lagi kawan menceritakan karomah Gus Dur terkait keterlibatannya sebagai sorang santri yang bisa menjadi orang nomor satu di negeri bernama Indonesia. Dalam sejarahnya, di Indonesia belum ada seorang santri menjadi Presiden. Bahkan secara tingkat pendidikan, Gus Dur adalah seorang mahasiswa yang tak pernah lulus kuliah. Ini sungguh keajaiban. Hanya orang tertentu saja yang diberikan kelebihan atau kemampuan diluar batas akal atau logika manusia. Salah satunya Gus Dur.

Tak lama ia bercerita Gus Dur. Ia bercerita tentang para Habib. Dalam pandangan umat Islam Indonesia. Habib adalah keturunan langsung Rosullah dari garis cucu beliau Husen, putra dari Siti Fatimah dan Sayyidina Ali karromallahu wajhah. Dengan lantang kawanku ini bercerita panjang lebar tentang karomah habib yang ada di sekitar wilayah Jabodetabek. Baik yang sudah meninggal maupun masih hidup. Habib yang ada di daerah Empang Bogor, dari daerah Kwitang, Kranji Bekasi atau Luar Batang Jakarta Utara. Ia ceritakan satu-satu. Sungguh cerita yang amat menarik. Kini aku yang menjadi pendengar setia nan baik.

Secara garis besar aku menyimpulkan dari obrolan panjang ini, bahwa tokoh-tokoh yang kami ceritakan adalah orang-orang yang memiliki ilmu dan iman (ibadah) yang luar biasa di bandingkan masyarakat biasa. Artinya, firman Allah yang menjamin akan mengangkat derajat bagi siapa saja yang memiliki ilmu terbukti dengan karomah yang dimilki para tokoh di atas.
يرفع الله الذين امنوا منكم والذين اوتواالعلم درجات
“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan memiliki ilmu”

Sekiranya tokoh-tokoh tersebut tidak memiliki iman yang baik dan ilmu yang bermanfaat, maka mereka tidak akan menjadi kekasih Allah dan memiliki karomah.

Banyak sekali memang fakta yang membuktikan kebenaran ayat tersebut. Selain tokoh-tokoh diatas, ribuan bahkan lebih orang-orang merasakan atau mendapatkan derajat yang baik di sisi masyarakat atau di sisi Allah. Ini tentu dengan syarat memiliki iman yang bagus dan ilmu yang bermanfaat. Kalau hanya memiliki salah satu saja, maka yang diperoleh derajat yang kurang sempurna. Artinya kalau hanya memiliki iman saja maka kita hanya mempunyai derajat di akhirat. Sementara kalau kita hanya memiliki ilmu saja maka kita hanya mempunyai derajat di dunia saja.

Faktanya, banyak orang berilmu saja tanpa memiliki iman yang benar. Hidupnya bahagia di dunia saja. Tetapi tidak di akhirat. Contoh adalah para pejabat. Mereka banyak memiliki ilmu tetapi ilmunya tidak dipakai secara benar. Misalnya dipakai korupsi, menipu rakyat atau sebagainya. Derajatnya diangkat di dunia, mereka memiliki jabatan dan kekayaan yang melimpah. Tapi ingat, jangan harap mereka memiliki derajat yang baik di akhirat kalau tetap berprilaku seperti demikian.
##
Cerita ditutup dengan pembahasan keberadaan ormas yang metode dakwahnya dengan memakai kekerasan. Teman yang satu tidak setuju dengan penggunaan metode dawah seperti itu dengan alasan dapat merugikan orang lain.

Sementara teman yang satu lagi setuju dengan metode dakwah tersebut. Sebab baginya, pemerintah sudah tidak mampu mengurusi masyarakat yang berada di jalan yang salah atau penuh maksiyat. Sehingganya masyarakat berhak turun tangan dengan jalan sendiri. Salah satu tokoh yang di kaguminya dalam ormas tersebut adalah panglima sekaligus penasehat hukumnya. Baginya, tokoh tersebut jika berbicara amat sangat bagus. Hal ini karena dia berbicara dari suara hati. Tidak hanya menggunakan akal. Sebab kalau kita berbicara atau bertindak hanya menggunakan akal saja, maka kita belum tentu bisa menjadi benar. Sebab bagi kawanku akal ada batasnya.

Sementara aku ?

Aku tidak saja dengan metode tersebut. Bagiku, kalau memang metode itu ingin digunakan, maka obyeknya bukan lagi para pelaku maksiyat secara langsung. Tapi harus pembuat system dan kebijakan yaitu pemerintah.

Kawan-kawanku tidak setuju. Lalu pembicaraan menjadi ngambang. Terisi obrolan ringan tentang segala hal dan kejadian tadi di bengkel.

Kulihat jam di hp. Hampir tengah malam. Udara dingin mulai menusuk tubuh kurus ini. Aku beranjak membayar segelas kopi lalu meninggalkan saung secara bersamaan.

Pengikut

S e l a m a t D a t a n g di Cielung Dkils

TAMU "Gelisah"

free counters