Minggu, 31 Oktober 2010

SATU TUBUH DUA JIWA

1
Ah … tidak ada perjanjian yang mengikat antara kita berdua
Kau ya kau
Dan aku ya aku
Biarkan saja orang lain berkata sesukanya tentang kita
Aku tidak perduli
Pokoknya kita adalah orang yang berbeda
Titik

2
Tapi aku ingin kita bersatu
Aku ingin kamu menyadari keberadaanku
Aku juga mau kamu menghargai eksistensiku
Kamu tidak bisa menafikan itu
Berkata bahwa kamu adalah kamu
Dan aku adalah kamu
Tidak bisa
Kita adalah satu
Kita tidak bisa saling melepaskan
Ingat itu !!!

1
Hei … enak sekali kau berbicara seperti itu
Kau tidak tahu sejarahnya
Kau tidak mengerti apa-apa
Yang kau tahu hanya sedikit
Jangan berpikir macam-macam
Dan jangan harap kau bisa memaksakan diriku

2
Ya Tuhan
Kenapa kau berpikir seperti itu ?
Apa yang membuatmu seperti ini ?
Kenapa kau tega melupakan semua kejadian yang sudah kita lalui bersama ?
Sadarlah ….
Ingatlah ….
Kita adalah satu

1
Ah …. Bullshit ….
Aku capek berbicara denganmu
Kau tidak akan pernah mengerti meski berulang kali aku jelasin
Sekarang … pergilah dariku
Bawa dirimu ke dalam duniamu, sendiri
Jangan pernah lagi kau ajak aku
Sekali aku mengatakan kita beda
Tetap beda
Cepatlah keluar !!

2
Kau mengusirku
Kau sungguh-sungguh dengan ucapanmu
Kau tidak akan menyesal ? yakin itu ?
Hahaha …..
Aku ragu
Kau pasti akan memanggilku kembali
Tidak lama lagi
Hahaha …..

1
Kau jangan menertawaiku
Cepatlah pergi !
Jangan ganggu aku !

2
Oh ….
Jadi kau sudah yakin dengan ucapanmu
Baiklah …
Aku siap pergi
Aku siap berpisah darimu
Aku rela melepasmu
Tapi ingat ….
Biar bagaimana pun
Kau tidak akan pernah benar-benar meninggalkanku
Percayalah …
Kau akan lelah menjalani ini seorang diri
Tak ada yang mengontrol
Tak ada yang menasehati
Silahkan …
Silahkan bersenang-senang dengan duniamu
Silahkan kau puaskan dirimu

1
Itu memang mauku
Biar aku sendiri yang berkubang dalam dosa
Aku tak mau ada orang lain yang ikut
Cukuplah diriku yang berlumuran salah
Aku akan nikmati
Aku aku nikmati
Dan aku akan nikmati
Semua salah dan dosa
Seorang diri

Sabtu, 30 Oktober 2010

RESPON MEETING


Pertemuan dengan seseorang dapat membawa makna yang luar biasa.

Hari ini misalnya, aku telah bertemu seorang kawan yang seorang aktivis tulen. Dari masa sd jiwanya sudah terbentuk sebagai seorang pemimpin. Ini berdasarkan ceritanya, kalau dia sering menjadi ketua kalau ada kegiatan-kegiatan. Pun saat dia menginjak dewasa. Track recordnya sebagai pemimpin bertambah saat kini dia menjabat sebagai ketua umum organisasi terbesar mahasiswa di Indonesia yaitu HMI cabang Ciputat periode 2010-2011.

Aku bertemu singkat denganya, kurang lebih satu jam setengah. Pertemuan yang amat mendadak untuk direncanakan. Tak banyak juga yang kami bicarakan, hanya sebatas basa-basi pertemuan setelah lama tak berjumpa di tambah bumbu obrolan ringan terkait tentang ‘wanita’ dan aktifitas yang dilakukan akhir-akhir ini.

Aku bercerita kepadanya tentang sedikit kegiatan yang ku jalani sekarang, meski tidak mendetail, tampak aku mulai memberanikan diri untuk ‘membuka’ sebagian hal yang berkaitan denganku. Dulu, aku tak seheboh ini kalau cerita tentang identitas aktifitasku. Percaya, aku sering membual. Tapi tidak untuk hari ini dan selanjutnya.

Ku katakan kepadanya tentang kesenanganku sekarang dalam dunia ‘coret-mencoret’. Ku sebut beberapa buah hasil karya yang selama ini tersimpan rapi dalam rak buku. Ada 2 buku kumpulan cerpen, 1 buku kumpulan puisi, 1 buku cerita bebas, dan 1 buku catatan harian yang masih tarap pengeprinan sebagian.

Seperti biasa, ia tampak tak antusias. Walau tetap memberikan respon atau komentar. Sedikit. Kesanku memang dari dulu kepadanya, ia kurang menjadi pendengar yang baik. Mudah-mudahan dugaanku salah, seandainya pun benar, aku berharap dia bersikap seperti itu saat aku yang bercerita saja, tidak untuk yang lain.

Setelah itu ku tanyakan aktifitasnya, sekarang dan untuk masa yang akan datang.

Jawabnya sekarang dia seperti biasa, berkutat dengan dunia organisasi. Plus kegiatan baru kuliah S2 di Salemba UI setiap malam hari dari senin hingga jumat. Ia lelah sementara ini dengan dunia organisasi, karena terlalu banyak beban dan rintangan yang mesti dihadapinya sekarang terutama dari internal organisasi. Satu contoh dia menyebutkan adanya oknum kader yang kecewa terhadap kepemimpinannya lalu mengacak-ngacak organisasi. Oknum itu berulang kali menjatuhkan mentalnya. Dan sepertinya berhasil. Aku Cuma tersenyum. Pikirku, bukankah itu lazim di dunia organisasi kalau ada saja tipikal orang seperti itu ?. aku tak tahu pasti kenapa seolah ia kalah dengan oknum itu dari ceritanya barusan.

Lalu kegiatan untuk masa depan ? Dia menjawab tidak tahu. Tumben. Biasanya dia orang yang paling cepat untuk menyusun cita-cita. Dia masih belum bisa menentukan pilihan apakah masih tetap di dunia organisasi terutama HMI atau mencari dunia lain, akademis misalnya ? aku lagi-lagi Cuma tersenyum mendengarnya.

Aku jadi kegeeran sendiri melihat situasi ini. Sebabnya, dalam benakku (meski ini belum tentu benar) kini seolah berubah. Terjadi kebalikan. Dulu aku yang seolah tidak bisa menjawab pertanyaan apa yang dikerjakan sekarang dan masa depan ? bahkan sekalipun menjawab, belum bisa setegas dan seyakin tadi. Sekarang malah dia yang bersikap demikian. Ia menjadi seperti dulu Yang aku alami.

Hati kecilku menolak ‘kesimpulan’ ini. Walau hati kecilku juga tak bisa memungkiri perasaan berbangga hati dan bersyukur ternyata aku bisa melakukan apa yang orang lain (dia) lakukan meski hanya sebatas sebuah program jangka pendek dan panjang yang tidak formal.

Aku pulang dengan senyum mengembang. Berbagai bentuk buah tangan sudah melekat di tubuhku. Dia memang segalanya untukku. Terucap kalimat dia tidak akan melupakanku, begitupun dia berharap sebaliknya. Aku mengangguk. Menyetujui sebuah janji tak tertulis itu. Sungguh kenikmatan respon meeting yang positif.

Jumat, 29 Oktober 2010

HIDUP MANDIRI (SAH-SAH AJA)

Apa salah kalau kita ingin hidup mandiri ? lepas dari bayang-bayang dan bantuan orang lain.
Tentu saja tidak. Bagus banget malah. Berarti kita belajar untuk mengubah diri menjadi lebih dewasa. Itu yang dinamakan perubahan hidup yang positif.

Kalau begitu, berarti benar dong apa yang dilakukan dan diinginkan istri dari seorang kawan yang meminta untuk berpisah rumah dari orang tuanya (mertua).

Iya-ya .. kenapa ngga sampai kepikiran ke arah situ ?

Tapi itu istri seperti tidak tahu diri. Dia tidak mau melihat situasi dan kondisi yang ada pada suaminya. Sehingga kesan yang timbul adalah keegoisan diri. Dia seperti semena-mena menuntut kepada suami.

Ah … tapi ngga juga sih !! Buktinya sang suami mau menurutinya.

Ya itu kan karena memang sudah kewajiban.

Berarti kalau begitu benar dong permintaan sang istri?.

Yang bilang salah itu siapa. Dia benar, karena dia berhak mendapatkan itu. Tapi, tadi kan udah dibilang, kenapa seolah dia ngga sabaran dan ngga mau ngertiin kondisi suami.

Ah … jadi balik lagi dah ke situ-situ.

Pokoknya, kita memang harus belajar untuk lepas dari bayang-bayang orang lain. Entah itu dari orang tua, saudara, teman, pacar, atau yang lainnya. Yang penting, kita tidak lepas dari Tuhan yang maha kuasa. Karena dengan kita mau belajar melepaskan diri dari orang lain, maka diri kita akan menjadi manusia seutuhnya, yaitu manusia yang bebas dan merdeka. Kan kita ngga selamanya mau bergantung pada orang lain, bukankah begitu ?

Kamis, 28 Oktober 2010

MALAM DI TERAS RUKO

Aku pikir malam ini akan berlalu seperti biasanya.

Tapi tidak.

Aku mencoba keluar dari rutinitas malam-malam lalu. Pulang dinas, makan malam, nonton tv sejenak, buka notebook dan bernulis-nulis ria hingga setelahnya memejamkan mata. Setiap malam.

Aku keluar. Mencari angin malam yang lama tak kurasakan. Ku ajak beberapa teman lalu meluncur ke pusat keramaian tak jauh dari rumah. Kami nongkrong alias duduk santai di pelataran ruko-ruko yang baru saja di bangun. Kegiatan yang jarang sekali terjadi kaya dulu. Tiga gelas kopi dan uli bakar menjadi teman setia. Motor mobil hilir mudik melintas di depan mata. Cewek-cewek cantik, muda tua ikut ambil bagian meramaikan suasana di sekeliling.

Ah …. Pikiran jadi sedikit tenang.

Semua beban dan keluh kesah sekilas hilang. Dihantam obrolan menarik ngalor-ngidul tentang berbagai hal. Dari obrolan kekalahan tim balap ‘Madcats’, cerita burung kenari, gawean dan tetek bengeknya, juga tentunya obrolan anak muda yang masih lajang, pastinya mengenai cewek.

Lepas ….
Tertawa ….
Berbanyol ria …
Aku sungguh menikmati malam di tempat ini.

Walau tak ku temukan suasana lima belas tahun yang silam, ketika aku bermain ke tempat yang sama dengan banyak teman yang dulu hanya berjalan kaki menuju tempat ini. Seingatku dulu tak seramai ini. Bangunan-bangunan ruko dan pusat perbelanjaan juga perumahan elit belum ada. Jalanan belum di hotmik. Masih tanah. Pohon-pohon bamboo, pohon rambutan, kecapi, kapuk juga balong atau sawah terhampar luas mata memandang. Aliran sungai jernih dan penuh airnya. Lapangan sepak bola seadanya, tinggal memilih mau main di sebelah mana.

Ah … tinggal kenangan …
Sekarang ?
Mirip kota metropolitan.

Seorang teman menepuk pundakku. Membuyarkan semua kenangan. Tak lama sms datang. Terkirim rentetan kalimat menarik dari seorang kawan :

“Kita akan terus menderita, selama kita melihat diri kita menderita. Kita akan segera keluar dari perasaan mengasihani diri sendiri, jika kita melihat diri kita sebagai seseorang yang berpihak untuk berhasil dan yang sedang mengupayakan keberhasilannya ….
Kita cenderung berfokus pada rasa sakit, lebih dari pada upaya kita untuk meredakan rasa sakit itu”

Aku menghela napas panjang ….

Sejauh mata memandang, tergambar raut wajah seorang kawan yang telah mengirim sms. Ia tersenyum padaku. Aku membalas senyumnya. Ku ucap terima kasih atas kiriman sms darinya, ia mengangguk. Aku pun membalasnya.

Oh Tuhan … wajah itu hadir dalam bayangku. Tapi cepat berlalu meninggalkanku.

Sungguh … aku jadi senang malam ini

Menghalau semua beban
Menghirup udara kebebasan
Merapat pada ketenangan
Menemukan indah arti seorang kawan

Ngobrol …
Berbagi ….
Saling menasehati

Malam ini
Ku rangkai bingkai kebahagiaan
Untuk selamanya

Semoga



Pengikut

S e l a m a t D a t a n g di Cielung Dkils

TAMU "Gelisah"

free counters