Kamis, 18 November 2010

WAHIB SAY CINTA

Ahmad Wahib (1943-1973) dalam catatan buku hariannya mengungkap sesuatu tentang cinta.

Baginya cinta itu kudus dan syahdu. penderitaan dan kesulitan yang dia alami kurasakan sebagai penderitaan dan kesulitanku sendiri. sayang, sukar sekali aku bisa bertemu dia. Kami tinggal pada kota yang lain, dan hanyalah tinta yang bisa jadi juru bicara. baru dua hari kami berpisah, tapi aduh ....

Aku tak tahan menahan kerinduan.

Sabtu, 13 November 2010

TENGAH MALAM LAPAR

Semalam aku terbangun dari tidur. Tepatnya jam setengah dua pagi. Padahal baru satu jam aku memejamkan mata.

Aku merintih. Tangan kanan memegang perutku. Tubuhku sedikit menggigil.
Aku kelaparan waktu tengah malam lewat.

Kubuka lemari tempat biasa emak menyimpan makanan ringan. Hanya ada sekaleng biskuit yang masih baru. Urung aku mengambilnya. Segera aku menuju dapur. Kubuka rak piringku, hanya tersisa nasi tadi sore dan telur rebus di sambelin. Sama. Aku tak mengambilnya. Ku biarkan perutku keroncongan. Hehehehe ..

Kutuang air hangat dari termos. Aku menuju kamar, seingatku ada kaleng biskuit yang sudah dibuka. Aku ingin memakanya, sekedar untuk mengganjal perut sampai jam enam pagi. Di dalam kamar aku dengan lahap memakan biskuit.

Sayang …
Aku masih kelaparan. Tubuhku tetap menggigil.
Tak ada jalan lain, aku harus kembali memakan indomie. Aku memasaknya dan setelah matang langsung menyantapnya. Nikmat sekali.

Oh Tuhan …
Terlintas dalam ingatan keberadaan saudaraku yang ada di barak pengungsian. Mereka yang ada di Mentawai Sumatera, atau di sekitar gunung merapi atau juga di Warsior. Malam ini mereka sedang apa ? apakah mereka sepertiku kelaparan di tengah malam ?
Pastinya mereka sedang kedinginan oleh udara malam.

Oh ….
Semoga mereka bisa nyenyak istirahat malam ini. Tak tergangu oleh cuaca atau oleh apalah yang bisa menganggu. Biar aku saja yang merasakan laparnya malam ini.

Kamis, 11 November 2010

ANAK SUMBER INSPIRASI

Aku selalu gembira kalau melihat anak-anak. Kepolosan, keluguan, kesederhanaan, keriangan, tangis, tawa, juga senyum selalu menjadi penyejuk dan inspirasi bagi hati yang sedang keruh. Yaa… meski terkadang timbul juga rasa kesal dan jengkel oleh tingkah polah yang bagi kebanyakan kita menganggapnya berbuat salah dan nakal. Padahal itulah dunia mereka. Dunia ketidaktahuan dan ketidakmengertian akan apa makna yang dikerjakannya.

Sering mereka bercerita banyak hal tentang apa yang telah dikerjakan atau dijalaninya. Karena mereka butuh pengakuan dari orang lain. Mereka mengharapkan perhatian dari yang lain. Terlebih dari orang-orang yang dekat dengannya. Orang tua, guru, kakak, adik, kakek, nenek, paman, bibi, sepupu, keponakan, teman bahkan ke para pembantu yang ada di rumah.

Seorang anak pernah bercerita kepadaku tentang aktifitas hariannya di sekolah. Ia bercerita dengan semangat yang menggebu-gebu. Mengeluarkan semua kosa kata yang dimilikinya. Merangkai dengan rapi susunan kalimat untuk menampilkan kesan terbaik dalam ceritanya. Baginya, hari ini (hari dia bercerita) adalah hari yang menyenangkan dan amat bersejarah. Sebab dirinya terpilih untuk menjadi seorang ketua kelas untuk pertama kalinya. Cita-cita yang selama ini diimpikannya semenjak kelas 2 sekolah dasar.

Dia tidak menyangka bahwa dirinya akan terpilih. Dia tidak tahu alasan apa teman-teman dan persetujuan guru kelas memberikan tanggung jawab besar kepada dirinya. Yang dia tahu, hanya teman-teman banyak yang suka kepadanya karena sikapnya yang senang bergaul, juga suka bercanda dan murah senyum dengan banyak teman.

Oh indahnya hari itu, ketika teman-teman mendaulatnya untuk berpidato sekedar menyampaikan visi misinya tentang kelas yang akan di pimpinnya. Setelah ia menang 10 suara dari calon lainnya. Ia bersuka cita. Ia bergembira. Juga ia berbangga. Ia memintaku untuk menyupotnya. Memberikan masukan yang terbaik untuk apa yang harus dikerjakan selama menjabat ketua kelas 6 B.

Aku jelas terharu. Juga tersenyum. Menyaksikan tingkah polah dan ekspresi bahagianya saat bercerita. Sungguh menyenangkan.

Lain waktu, ada juga seorang anak yang bercerita kepadaku tentang pengalaman terburuk yang ia dera dari sikap orang tuanya.

Ia bercerita bahwa dirinya telah dipukul berulang-ulang oleh ibunya karena dirinya ketiduran dan tidak menjaga adiknya bermain. Bagi ibunya, sikap ini menunjukkan kalau dia menolak apa yang diperintahkan ibunya. Karuan ibunya kesal dan memuncakkan kekesalanya dengan memukul.

Dia tidak menangis saat bercerita. Hanya dari wajahnya tampak ketakutan dan trauma atas perbuatan ibunya tersebut. Baginya ini bukan yang pertama kali. Ini yang kesekian setiap ia melakukan perbuatan yang bagi ibunya salah maka hukuman pukulan akan menimpanya.

Aku terenyuh mendengar ceritanya. Hati ini dag-dig-dug tatkala ia dengan muka serius menceritakan apa yang dirasakan saat tangan atau kayu bambu yang dipakai ibunya untuk memukul itu mendera tubuh kecilnya. Tidak menyangka bahwa sosoknya harus menerima perlakuan seperti itu dari orang yang seharusnya membelai dengan kasih sayang, rohman-rohim. Sepanjang masa.

Sungguh pada dasarnya ia anak yang menyenangkan. Hari-harinya selalu saja penuh kejutan. Ada saja hal baru yang ia kerjakan. Katanya, kalau ia hanya begini-begini saja maka ia tidak akan bisa maju untuk menggapai cita-citanya. Ia anak yang periang. Dalam segala hal ia selalu berupaya menjadi orang nomor satu.

Tapi suatu waktu kalau datang sifat buruknya, jangan coba-coba untuk mendekatinya. Bisa berbahaya. Kita bisa tidak diajak bicara atau tidak diajak bermaian berhari-hari. Ya … kalau cuma dengan dia saja sih tidak masalah. Tapi kalau dengan teman-teman yang lain juga, bisa berabe tentunya kita. Dia pintar mempengaruhi teman-teman, itu kelebihannya yang lain.

Ini bukan apa, sebab di balik sikap-sikap positif yang ada pada dirinya juga tersimpan sikap buruk yang harus diwaspadai. Ia gampang marah, atau paling enaknya nyebut gampang ngambek, begitulah. Kalau sesuatu yang tidak ia harapkan terjadi pada dirinya atau jika ada sesuatu yang berlainan dengan dirinya, ia selalu bersikap seperti itu. Ia menunjukkan sikap seolah-olah yang lain harus mengikutinya.

Seperti kejadian sebelum ia bercerita tentang hukuman yang telah menderanya. Ia hanya diam di pojokkan. Diajak bermain oleh teman-temannya, ia acuh. Bahkan menunjukkan sikap tak bersahabat. Tidak seperti biasanya. Teman-teman tidak ada yang tahu kenapa sebabnya. Berulang diajak bermain, ia malah menunjukkan sikap yang mengerikan. Ia menyeringai dan kesal. Mungkin terasa terganggu oleh seikap teman-temannya. Sehingganya, teman-teman mendekatiku dan meminta bantuan dariku. Hingga akhirnya, setelah ku dekati ia menceritakan kejadian yang dia alami dari ibunya.

Aku jadi berkesimpulan. Jangan-jangan sikap buruknya selama ini adalah buah hukuman yang sering di dapatnya. Ia menjadi orang yang sensitive, mudah tersinggung dan gampang marah.

Entahlah. Aku perlu menelitinya. Dan bisa berharap membantunya keluar dari sikap buruk serta menjauhkan dari hukuman yang biasa menderanya tersebut.

Kalian manis
Kalian indah
Saat tertawa
Bergembira bersuka ria
Kalian hebat
Kalian pintar dan cerdas
Saat bermain dan belajar bersama
Kalian sungguh luar biasa
Tertawa
Menangis
Dengan keluguan
Kepolosan
Juga kebersahajaan
Kalian adalah mentari
Kalian adalah bintang dan rembulan
Kalian adalah air sungai
Kalian adalah sawah nan luas
Kalian adalah pohon yang berdiri tegak
Kalian adalah guru
Kalian adalah sahabat
Kalian adalah sumber inspirasi
Untuk berimajinasi


Pengikut

S e l a m a t D a t a n g di Cielung Dkils

TAMU "Gelisah"

free counters