Minggu, 30 Juni 2013

Ngabring To Batu Tulis 2 “Sang Bikers”

Salah satu impianku adalah menjadi traveller atau backpacker untuk keliling dunia. Aminnn 99x

Aku ingin saat travel kemanapun, aku mendapatkan pengalaman spiritual yang bisa mengubahku menjadi lebih baik dalam memandang ciptaan Tuhan yang maha Kuasa. Bukan sekedar jalan-jalan, foya-foya atau bersenang-senang menikmati keindahan dunia.

Asma Nadia write dalam kalender mininya “Ada banyak hikmah dari setiap perjalanan. Traveling bukan sekedar hura-hura menghabiskan dana”

Dalam lembar lain “Akan sangat indah jika perjalanan tidak membuat kita lupa. Tetapi justru semakin dekat dengan sang Pencipta”

Selanjutnya “Seharusnya setiap perjalanan mendekatkan kita kepada Allah. Membuat makin khusyu mengejar Ridha-Nya. Sebab kita telah diizinkan untuk melihat lebih banyak”

Dan masih banyak lagi yang lainnya.

Saat mimpi itu belum terwujudkan hingga kini, aku diberi kesempatan oleh Tuhan untuk berjalan menyelusuri daerah yang tak jauh dari kota asalku Depok, menuju ke Batu Tulis Bogor belum lama ini. 

Ini perjalanan yang kedua kalinya. Aku dan teman-teman berangkat dalam rangka mengisi liburan setelah beberapa hari sebelumnya menghadapi hari-hari berat oleh tugas akhir. Dan pada kesempatan ini, perjalanan ini kujadikan perjalanan spiritual yang pertama.
Dok. Cielung Poenya

Sebenarnya kegiatan ini jauh dari nilai spiritual atau nilai religius kalau dilihat secara mata dhohir. Berangkat ke Batu Tulis Bogor pake motor, tinggal di Villa, makan-makan, cerita-cerita, maen-maen, tawa-tawa, becandaan lalu pergi ke ‘Warso Farm’ yang berisi kebun buah Naga dan Durian, lalu pulang dan beli oleh-oleh bagi sebagian teman.
Dok. Cielung Poenya
Mangan-Mangan Se.. (Dok.Cielung Poenya)

Mana nilai spiritualnya?
Kegiatan biasa-biasa aja kan?
Malah ada game dan banyolan-banyolan yang justru menjurus pada ‘dosa’?
Nah loooohhh..???

Depok Kota Belimbing, Katanya...

Dok. Cielung Poenya
Dok. Cielung Poenya
Depok masih asri. Depok masih nyaman. Depok masih segar untuk dihirup udaranya. Depok masih indah untuk dipandang mata demi kenyamanan hati dan pikiran. Depok masih hijau.

Aku kembali ke sawah. Hanya 15 menit. Tapi membuatku kembali merajut kenangan saat kecil. Bermain perang-perangan, mencari binatang  ‘Lindung’ (yang bentuknya mirip ular), mandi di kali (sungai kecil), bedah empang, juga mengusir burung di saung saat mereka menyerang pohonan padi.
Senang. Aku sungguh riang.
Dok. Cielung Poenya

Dok. Cielung Poenya
Di tengah gempuran beberapa deplover perumahan, ternyata masih ada sedikit asa di kota Depok, lahan persawahan nan asri tepatnya di daerah Lebong Beji. Tidak luas memang. Tapi membuat kebanggaan aku sebagai putra Depok asli yang teramat sedih melihat semakin banyak sawah bahkan kebun yang diborong oleh para pengusaha perumahan.

Pernah teman tani Belimbing, “Yah… beginilah Depok, kita sebagai petani belimbing bukan lagi hanya diserang oleh lalat buah tapi juga oleh alat berat bernama buldozer.”

Ironis banget kan?

Depok yang punya ikon kota Belimbing justru laporan yang aku dapat dari teman-teman tani, semakin habisnya lahan kebun belimbing oleh perumahan.

Semoga ada keseimbangan dari pemerintah, khususnya untuk mengatur secara proporsional proyek-proyek perumahan di daerah kota Depok tercinta.
Dok. Cielung Poenya
Dok. Cielung Poenya
(sosok 2 petani muda kota Depok alumni magang Jepang yang sukses jadi Petani Belimbing)

Wayooo... Petani Indonesia.... TERUS BERKARYA

Sabtu, 29 Juni 2013

Rindu Cintaku

Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku
Menghadapi kemerdekaan tanpa cinta
Kau tak akan mengerti segala lukaku
Karena cinta telah sembunyikan pisaunya
Membayangkan wajahmu adalah siksa
Kesepian adalah ketakutan dan kelumpuhan
Engkau telah menjadi racun bagi darahku
Apabila aku dalam kangen dan sepi
Itulah berarti aku tungku tanpa api
Rendra ‘Standza dan Blues’ PT. Bentang Pustaka, 2010 h. 15

Lama tak buka-buka buku puisi, akhirnya ku buka buku yang ada di meja kamar. Amboi……

Beberapa kumpulan puisi  yang tercetak  dan dibedah oleh pakar sastra, membuatku ‘hilang’ dari dunia nyata.  Aku terpisah dalam ruang lain saat lirik-lirik puisi tersebut menggugah jiwa dan raga. Terlebih puisi yang ditulis  Rendra (alm) terkait rindu seorang kekasih kepada orang yang dicintainya.

Apa yang kau rasa saat orang yang kau cinta, sayang, hormati, banggakan, tiba-tiba pergi tanpa kabar sebelumnya?

Kaget?
Jelas saja
Sedih?
Tentunya
Lainnya?
Itulah berati aku tungku tanpa api

Demikian tulis Rendra. 


Jumat, 28 Juni 2013

Berbagi Senyum

Lebih dari dua hari ini aku selalu tersenyum. Berbagi kebahagiaan kepada semua orang yang memandangku. Sebab ketika aku tersenyum pada seseorang, maka secara spontan dia pun akan memberikan senyum kepadaku.

Indahnya berbagi senyum

Kepada siapapun dan dimanapun. Tak peduli harta, pangkat atau jabatan maka tersenyumlah semua. Kenal atau tidak, berbagilah senyum sebagai tanda persahabatan dan persaudaraan.


Orang tua kepada anak. Pun sebaliknya
Guru kepada murid. Pun sebaliknya
Pedagang kepada pembeli. Pun sebaliknya
Para Supir kepada penumpang. Pun sebaliknya
Dokter kepada pasien. Pun sebaliknya
Aparat kepada rakyat. Pun sebaliknya
Demokrat kepada PKS. Pun sebaliknya
Fahri Hamzah kepada KPK. Pun sebaliknya
Indonesia kepada Malaysia dan Singapura. Pun sebaliknya

Semuanya jadi tersenyum
Semuanya saling berbagi

Keceriaan
Harapan
Juga kebahagiaan

Aku ingat masa-masa dulu saat sulit sekali tersenyum, apalagi pada orang yang yang tidak kusukai. Hari-hari jadi terasa hambar. Otot-otot pada wajah seolah menegang. Tak ada raut kebahagiaan, yang ada hanyalah kecemberutan nan mengecewakan.

Aku tidak mau seperti itu lagi. Kini senyumku untuk seluruh isi alam raya agar tampak keindahan dan kedamaian.

Mari berbagi SENYUM


Pengikut

S e l a m a t D a t a n g di Cielung Dkils

TAMU "Gelisah"

free counters