Selasa, 26 April 2016

Cerita Sekaleng Biskuit Khong Guan

Waktu sekolah di Jawa, duluuuuuuu banget… tahun 90an. Paling senang kalau orang tua jenguk terus ngebawain Mie sekerdus plus sekaleng biscuit, Khong Guan.

Wah.. kalau di lemari udah ada kaleng Khong Guan, kita laksana menjadi ‘Raja’ selama seminggu di hadapan teman-teman. Haahahaha…

Kenapa begitu?

Karena dengan biscuit Khong Guan, kita selalu di dekati oleh teman-teman. Kalau sudah bergitu, kita bisa nyuruh-nyuruh mereka, Tentu dengan balasan memberi sedikit biscuit Khong Guan. Tak jarang mereka menyanjung-nyanjung siapa saja yang kedapatan punya biscuit Khong Guan. Makanya, biscuit Khong Guan menjadi primadona di mata anak-anak. Siapa yang punya biscuit Khong Guan, dialah ‘Raja’ saat itu. Haaaahaha

Alasannya mungkin karena beragamnya jenis biscuit Khong Guan yang ada dalam kaleng. Kalau bisa disebutkan, ada jenis wafer, biscuit kelapa, terus rasa coklat dan banyak lagi (ga tau nama yang lain). Wajar kalau demikian adanya biscuit Khong Guan jadi primadona. Karena kita bisa memilah milih jenis biscuit yang mau dimakan dan dibagikan sesuai selera.

Aaah.. biscuit Khong Guan ternyata menyimpan sejuta cerita dan kenangan.

Sekarang dihadapanku terdapat satu kaleng Khong Guan. Dan pas ke buka ternyata isinya kue rengginang. Hehehehehe…

(Google;solopos.com)

Minggu, 24 April 2016

Perang Melawan Hawa Nafsu

(Gambar diambil dari Google; datarental.blogspot.com)

Berulang kali Allah mengingatkan. Menegur bahkan menghukum karena kebodohan, kelalaian, keegoisan, juga kesombongan hingga akhirnya masih terjerembab dalam jurang kehinaan.

Astagfirullahal ‘adziim.. Astagfirullahal ‘adziim..

Dengan Rahman  Rahim-Mu
Dengan Kasih Sayang-Mu
Kau selalu menjaga dan membimbingku
Tak henti dan tak pernah putus asa
Allahu Akbar… Engkau maha Besar…

Hawa nafsu adalah sebuah perasaan atau kekuatan emosional yang besar dalam diri seorang manusia; berkaitan secara langsung dengan pemikiran atau fantasi seseorang. Hawa nafsu merupakan kekuatan psikologis yang kuat yang menyebabkan suatu hasrat atau keinginan intens terhadap suatu objek atau situasi demi pemenuhan emosi tersebut. Dapat berupa hawa nafsu untuk pengetahuan, kekuasaan, dan lainnya; namun pada umumnya dihubungkan dengan hawa nafsu seksual (sumber:Wikipedia.org)

Benar apa yang dikatakan oleh Kanjeng Nabi Muhammad saw terkait perang besar sesungguhnya yang kita hadapi. Aku benar-benar kesulitan untuk membendung pergerakan musuh bernama hawa nafsu.

Di usiaku sekarang, aku masih terpuruk. Masih terbuai dengan kenikmatan sesaat yang di dapat dari mengikuti hawa nafsu. Kesadaran untuk melawan dan menghindari kerap datang, tapi selalu kalah oleh rayuan dan godaan dari kenikmatan semu mengikuti hawa nafsu.

Inikah tanda ketidaksungguhanku melawannya?
Inikah ciri lemahnya komitmen untuk melawan?
Inikah bukti tipisnya kadar iman dan ketaqwaan?
Inikah fakta bahwa jika kita menuruti hawa nafsu maka semakin terjerumus membawa pada keburukan dan menjauhi kebaikan?

Astagfirullahal ‘adziim.. Astagfirullahal ‘adziim…
Laa haula walaa quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adziim

Jumat, 22 April 2016

Figur Bapak Yang Membanggakan

Secara biologis, aku belum memiliki keturunan alias anak. Selama ini aku hanya bisa menyaksikan anak-anak orang lain atau saudara tertawa gembira ataupun sedih menangis. Bahkan untuk bermain dengan mereka pun aku harus menunggu saat tugas berada di sekolah, alias saat mengajar.

Sejujurnya aku merindukan sosok anak-anak dari hasil biologisku sendiri. Aku ingin membelai, menggendong, bermain, bercanda, belajar, bercerita dan semua aktivitas kekeluargaan antara bapak dan anak.

Aku ingin sekali menjadi figur seorang bapak yang membanggakan bagi anaknya. Ingin membina dan mendidik anak sesuai dengab ajaran sang teladan  Muhammad saw. Seperti yang pernah di uraikan dari @sayangianakyuk (yang aku peroleh dari kiriman group WA) yang menjelaskan bahwa anak yang dekat dengan bapak cenderung memiliki emosi yang stabil. Saat dewasa dia lebih percaya diri dan bersemangat mengeksplorasi potensi diri untuk merealisasikan ide dan impian.

Tak ada salahnya kita mencoba:
1. Memberi perhatian bila anak menangis dan sedih
2. Bapak bisa sesekali memberikan makan pada anak dan menyuapkannya
3. Bermain dalam waktu senggang, jangan sibuk main dengan hape
4. Mencoba membantu melakukan perawatan pada anak, seperti menggantikan baju, memandikan, memakaikan sepatu, dan lain lain
5. Bicara dengan komunikasi yang baik. Komunikasi bisa lewat kata, lagu, atau belaian kasih sayang, dan ciuman ringan di pipi dan kening.
6. Beri tanda mata meski hanya kecil dan sederhana saat pulang ke rumah
7. Menjadi panutan
8. Beri dukungan dan pujian
9. Jangan terlalu keras memaksa
10. Berilah ciuman meski anak sudah terlelap
11. Jangan menggoda berlebihan
12. Biasakan meminta maaf kepada anak
13. Jangan bertengkar dan bersuara keras di depan anak
14. Tak membawa pekerjaan kantor ke rumah

Di luar sana, banyak bapak yang tidak lagi perduli kepada anak-anaknya. Apalagi jika seorang anak melakukan kesalahan menurut orang tua, maka dapat dipastikan sang anak akan menerima hukuman yang menyakitkan. Na'udzhubillah..
Jangan sampai aku menjadi sosok orang tua demikian.

Sekarang menjadi kewajiban bagi diri pribadi untuk mempersiapkan diri secara lahir batin, juga mental untuk mencipta 'karakter pribadi bapak yang membanggakan' untuk keluarga. Semoga bisa.

"Senyum anak-anak, ceriakan semesta raya
Save dari segala kekerasan pada anak-anak"

Kamis, 21 April 2016

Untuk Dini Hari Yang Bermanfaat

Percuma saja bangun malam kalau toh akhirnya cuma bisa bengong alias melamun saja. Tak ada aktivitas positif yang dilakukan. Percuma kalau begitu !!!

Astagfirullahal 'adziim...

Saat terbangun dini hari, itu waktu yang pas banget buat kita menempa batin dan spiritual yang ada dalam diri. Emosional dan spiritualitas yang sedikit tersisihkan di siang hari, bisa kita olah untuk mencipta karakter berenergi positif melalui kegiatan ibadah seperti sholat tahajud, baca Quran, dzikir, berdoa di sambung dengan kontemplasi atau mediasi.

Efeknya sangat menjanjikan untuk diri, jika benar ini kita lakukan sungguh-sungguh saat terbangun di dini hari. Apalagi jika di tambah kegiatan setelahnya, seperti membaca buku atau menulis. Tentu akan sempurnalah pembinaan diri yang dilakukan mencakup pembinaan spiritual, emosional, dan knowledge (skill).

Subhaanallah...

Jangan ragu untuk beribadah dini hari
Hanyutkan diri dalam interaksi dengan Illahi
Keluarkan semua harapan dan mimpi kepada-Nya
Ini waktu yang tepat untuk curhat
Bersenandung lewat alunan Quran, pujian serta doa-doa

Ayo jangan malas...
Menarilah di lembar-lembar putih kertas dengan liar
Jadikan dini hari menjadi lebih bermanfaat dan positif

BISA !!!

Rabu, 20 April 2016

Guru Kritis, Ayooo...

Apakah salah kalau guru kritis?
Apakah salah kalau guru mempertanyakan hak?

Guru sudah lama terdoktrinisasi oleh lirik lagu 'Pahlawan tanpa tanda jasa', tidak aneh saat dulu aku sekolah maupun pesantren, kutemukan sosok-sosok guru luar biasa 'nrimo' atas keadaan yang dialaminya saat itu.

Dari jam pembelajaran yang menumpuk atau menipis, kekurangan buku ajar, menghadapi karakter siswa yang beragam hingga fee yang diterima setiap bulannya, mereka terima apa adanya. Seolah dalam jiwa mereka tertanam 'yang penting saya mengajar dan mendidik'.

Lantas bagaimana karakter guru saat ini? Yang konon beritanya sudah banyak dukungan pemerintah bagi para guru-guru. Masih relevankah syair lagu 'Pahlawan tanpa tanda jasa'?

Mungkin jika kita beri jawaban masih relevan bagi guru-guru yang bertugas di kampung, pedalaman atau daerah terpencil di sana, semua akan setuju. Tapi untuk guru-guru di kota besar?

Menurutku, sebagian besar sudah tidak relevan.
Sebabnya, kini guru-guru sudah mendapatkan penghasilan lumayan dari lembaga di mana mereka mendidik. Toh mereka juga mendapat 'uang saku' dari pemerintah atas pengabdiannya.

Hubungannya dengan tulisan pembuka di atas apa dong dengan judul?
Hehehehe

Semoga semua guru menjadi lebih kritis dan tidak diam saja atas tertundanya hak-hak yang harus di terima atas jerih dan pengabdiannya selama ini.

Pengikut

S e l a m a t D a t a n g di Cielung Dkils

TAMU "Gelisah"

free counters