Sabtu, 14 Mei 2011

DINI HARI DI BAWAH MENARA EIFFEL


Aku tersenyum bahagia. Di sampingku duduk wanita cantik dengan kaca mata putih yang baru saja dibelinya karena kedua matanya mengalami ganguan penglihatan semenjak beberapa hari yang lalu. Dia cewek tambatan hatiku yang baru saja kuikat dengan janji manis di bawah menara Eiffel Perancis. Dini hari ini.

Sekarang pukul 00:20 waktu Perancis. Kami duduk berdua di trotoar jalan samping kolam air mancur dengan memandang menara Eiffel yang menjulang tinggi. Sambil memakan cemilan combro, lontong juga bakwan dan risol yang kami bawa dari Indonesia, celotehan dan canda riang menghiasi kencan pertama kami yang penuh kehangatan.

Ku panggil ia dengan sebutan sayang ‘Ay’. Sementara ia memanggilku mesra dengan panggilan ‘By’. Kami menyepakati saat itu juga panggilan yang mudah-mudahan akan membuat hubungan kami semakin sayang, mesra, juga langgeng selamanya.

Ay… tebak nie, anak, anak apa yang paling pinter dan cakep?” selorohku sambil mengunyah risol.

“Ehmmm… anak apa yaa??? Anak monyet kale…” jawabnya sambil nyengir.

“Salah.. ! ayo anak siapa ?” tanyaku lagi dengan manja.

“Apa yaaa….. Anak… anak…. Ah nyerah aaahhh… !”

“Yeee… payah.. bener nie nyerah.. kalo gitu jawabannya …. Kata anak-anak seh, gue…..!” dengan bernarsis ria aku berdiri bergaya aktor India merayu cewek.

“Uuuhhhhh … Garing !!!!!, mang iya situ ganteng?” godanya, mukanya dihadapkan langsung ke wajahku. Tentu saja aku gemes melihatnya, aku ingin memegang wajahnya, tapi ia menghindar dengan cepat sambil tertawa cengegesan.

“Yeeee… mau bukti ? ngga sadar yaaa kalo Ay udah lama ngejar-ngejar By, dan baru sekarang ngedapatinnya.. hahahahha !” balasku.

Ia mencibir. Lalu berkata:

“Iiiiiihhh.. Ge-er… Enak aja… tauan By yang ngejar-ngejar Ay ampe ngemis-ngemis and jatuh sakit karena pernah ditolak… hehehehehe… baru sekarang diterima, itu juga karena ngga tega.. heheheheheheheheehehhehe”

Ia tersenyum manis sekali saat mengucapkan guyonan itu. Lesung pipinya, mata belonya, juga kedua bibir tipisnya, mencipta senyum termanis yang pernah kulihat dan rasakan sehingga dalam benak pikiran menandakan ia adalah anugerah yang paling indah yang sekarang ku miliki.

By.. sekarang Ay yang punya tebakan..” panggilnya membuyarkan lamunanku.

“Apa..?”

“Bus-bus apa yang paling cakep? Ayooo…. !”

“Haahahahah…. Gampang itu mah.. !”

“Gampang-gampang… coba apa By..?”

“Jawabnya, Buset deh.. gue lagi yang paling cakep… hahahahhahaha… piye tho?”

“Iiiihhhhhh…… kok tau seh? Curang nie… orang mah jawab salah dulu kek.. !” rujuknya manja sambil memonyongkan bibirnya.

Aku tertawa. Menggodanya. Terus menggodanya.

“Dua kosong… dua kosong… “ Ledekku.

Bibirnya semakin monyong. Muka bt-nya mulai terlihat. Ia membuang muka, menghabiskan combro yang tersisa 2 lagi. Aku semakin tertawa melihatnya. Ku panggil nama sayang kepadanya berulang kali. Tapi ia tak merespon. Wajahnya tertekuk kini. Tak ada lagi senyum. Ku hampiri wajahnya, ku pegang tangannya. Ku coba menampilkan muka lucu untuk menghiburnya. Ia tetap tak bergeming. Tak ada senyum.

Aku mulai kehilangan akal untuk mencairkan suasana ini. Ia tetap tak tersenyum. Matanya menerawang kosong menatap menara Eiffel yang dini hari waktu Perancis ini udaranya menjadi lebih terasa dingin. Aku pun jadi ikut diam. Sama-sama menyaksikan menara Eiffel dengan pikiran masing-masing. Lama. Hampir sepuluh menit berjalan. Dan aku tak nyaman dengan keadaan ini.

Aku menoleh kepadanya, tepat saat itu juga, ia mengagetkanku dengan gerakan wajah yang melucukan, “Baaaaaaa…… !!!“

Aku tentu saja kaget bukan kepalang. Ia tertawa kencang. Riang ia tersenyum. “Mangkanya jangan bengong… !” ucapnya.

Sadar. Aku gemes kepadanya. Spontan ku raih tubuhnya. Ia menghindar. Ku coba untuk menangkapnya. Ia berdiri dan berlari. Penasaran, ku kejar ia. Ia berlari sambil tertawa. Mirip adegan film India, kami berkejaran di trotoar jalan sekitar menara Eiffel. Beberapa pasang mata yang masih asyik menikmati udara pagi di menara Eiffel sekilas menatap heran dengan tingkah laku kami. Tak ku hiraukan. Terus ku kejar ia. Dan ia terus menghindar.

Semakin lama larinya semakin lambat, hingga akhirnya aku dapat menangkap dan memeluk tubuh mungilnya. Ia memberontak. Tapi ku tahan. Tubuhku terus memeluknya. Ia terus berupaya melepaskan diri. Tapi tak bias. Gerakannya melemah. Ku pegang kepalanya, hingga wajah kami saling berhadapan. Nafasnya masih memburu. Aku tersenyum. Ia pun tersenyum.

Semilir angin pagi, dingin. Kami tetap berpelukan dengan wajah saling berhadapan. “I love you… Ay… !” ucapku lirih. “I love you too By… !” balasnya pasti. Kami tersenyum. Lalu perlahan kami mendekatkan wajah hingga hidung kami saling bertubrukan. Dan….

##

“Woy… bangun… udah pagi. Ngga berangkat kuliah loe ? “ suara kakak perempuanku kencang di balik pintu kamarku.

Suara panggilan dan ketukan dari pintu kamarku terdengar keras sekali. Berulang-ulang.
Aku kaget. Aku terjaga dari tidur lelapku. Mimpi indahku kandas oleh teriakan suara cempreng kakakku.

“Wooooyyyy…. Banguuuunnnn !!!!!”

Kembali suara itu terdengar. Sadar. Aku kesal. Ku lempar gulingku ke arah pintu kamarku.
“Udah bangun tauuuuu…. Udah berisik… pergi sono… ganggu orang tidur aja !”

Terdengar dari luar suara tawa kakakku yang kali ini ku anggap suara tawanya mirip tawa kuntilanak yang kehilangan anak.

“Heheheheheheh…. Mangkanya buruan bangun… Waya gini…. Anak muda belum bangun tidur…..!” timpalnya lagi.

“Cerewetttt …….!” Umpatku.

Kembali terdengar tawa dari luar kamar. Kesal, segera aku bangun. Namun, sebelum beranjak dari kasur, ku lihat majalah Annida yang tergelatak di samping bantal. Ku lihat artikel tentang menara Eiffel yang ku baca sebelum ku pejamkan mata malam tadi.

“Ehhhmmmmm… pantes…., rupanya ke bawa mimpi nie artikel. Hehehe…” ucap batinku.

Ku baca kembali artikel tentang menara Eiffel yang ada di kolom ensiklopedia majalah Annida terbitan 1-15 oktober 2004 itu.

Menara Eiffel dibangun pada tahun 1889 dan diberi nama menurut nama pembuatnya yakni Alexander Gustav Eiffel. Menara Eiffel tingginya 300 m. tangganya berjumlah 1889 buah, sesuai dengan tahun pembuatannya. Biaya pembuatan menara Eiffel kurang lebih 6,5 juta Franch (coba kalikan dengan kurs rupiah sekarang ini). Sampai tahun 1929 menara Eiffel merupakan bangunan yang tertinggi di dunia. Tetapi sekarang ini menara tersebut telah dikalahkan oleh gedung Khrysler Building di New York yang tingginya 320 m (anugrah Com).

Aku tersenyum. Mengingat kembali mimpi indah yang baru saja ku rasakan. “Aaah… semoga kelak mimpi itu terjadi….. Amin!” lirihku.

Aku segera bangun dan menuju kamar mandi. Mempersiapkan diri menuju kampus. Sekilas ku lihat jam di hapeku, dan.. yaaa Tuhan…… udah siang banget.


Tidak ada komentar:

Pengikut

S e l a m a t D a t a n g di Cielung Dkils

TAMU "Gelisah"

free counters