Sabtu, 19 Desember 2009

SANDIWARA 3 TAHUN

Tulisan ini dibuat setelah aku menyaksikan pementasan "Sandiwara 3 Tahun" oleh LST (Lingkar Sastra Tarbiyah) dalam rangka memeriahkan hari ulang tahun yang ke-3. Semoga tulisan ini bisa memberi sumbangsih kepada LST, sebagaimana teman-teman lain telah berikan dalam pementasan kemarin berupa sebuah karya maha agung milik sendiri baik puisi, drama, teater atau monolog berantai.

Ada kesumringahan tepat menjelang pukul 09.00 WIB. Rasa Lelah, pegal, ngantuk, bete hilang seketika saat Master Ceremony (MC) memulai acara. Semua stokeholder LST mempersiapkan diri menuju persiapan pertunjukan.

Dengan mengucap Bismillahirrohmanirrohim

Acara seremonial pun dimulai
Secara bergantian para pelakon 'bergerak'. Mengexplorasi tubuh dan jiwa dalam panggung pementasan dengan sepenuh hati. tak ada lagi keraguan , apa lagi "malu'. Semua berekspresi bebas.

Sungguh awal yang mengesankan, saat pertunjukan dimulai dengan tingkah polah anak-anak angkatan baru.
Dengan kepercayaan diri yang super tinggi, mereka merangkai kata dan bergerak imajinatif dan kreatif secara bergantian. memperkenalkan diri masing-masing dengan gaya dan cara yang berbeda dan unik. Boleh dibilang inilah "Monolog Berantai". Walau satu orang hanya diberi waktu durasi 10 menit, tapi cukup memuaskan dahaga penonton yang haus akan pertunjukan. termasuk aku.

Selanjutnya ..... aku merasakan acara berjalan monoton seperti tak ada kreatifitas seni lebih, apalagi saat para pelakon menampilkan karya. mereka seolah menampilkan satu kemasan yang sama walau isi berbeda. padahal ini moment Perayaan HUT komunitas seni bernama Lingkar Sastra Tarbiyah (LST).

Kenapa bisa begini ?
Kenapa kurang ada Kreasi ?

Hingga acara selesai, aku belum menemukan kepuasan bathin kecuali pada penampilan awal. terlebih-lebih aku hanya bisa duduk sebagai penonton di pojok sebelah kanan. Padahal jauh hari, aku sudah mempersiapkan konsep pembacaan puisi yang berbeda.

Ah .... aku jadi menyesal karena tak ikut andil secara langsung
Tapi ... aku tetap bangga ... begitu banyak kemajuan yang ada dalam LST di umurnya yang ke 3 tahun ini. semoga LST tambah jaya , dan terus menelurkan kreatifitas-kreatifitas tiada batas.

HAPPY BITRHDAY LST KE-3 TAHUN
Kita Wujudkan Eksistensi Tarbiyah dengan tinta imajinatif dan Kreatifitas
LST Yeeeessss ..... !!!!

TAKDIR ?????

Biarkanlah takdir berbuat sesukanya

Berjiwa besarlah menghadapi apa yang telah
digariskan

jangan kau gembira

Dan jangan kau sedih atas segala sesuatu

Karena segala sesuatu tidak ada yang abadi

Ehm ..... apa iya ????

Emang bener tuch ???

Kayanya ngga juga dach,

Sedih mah sedih aza

Kalo seneng ya seneng aza

Ngga usah pake di tahan-tahan

Nanti malah jadi penyakitan

Memang, ngga ada yang abadi di dunia ini

Tetapi ,,,, kita bisa ko' mengabadikan sesuatu yang kita anggap "penting"

Coba dach ,, klao nggaa percaya !!!

Rabu, 11 November 2009

HE ... HE .... HEE ....

Senyumlah kawan .....

Lalu tertawa .....

Jangan lupa, baru setelah itu .......

TERIAKLAH SEKENCANG-KENCANGNYA !!!!!!!!
Jangan ragu
Yakin kok .....
Loe pasti bisa

HE ... HE .... HE ........

Bagi sebagian orang, takan terasa indah dalam hidup ketika kita bisa tersenyum dan tertawa lepas. Apalagi jika kita abis terkena musibah. duit ilang, belum madang, cewek diambil orang ,,,, Naudzhubillah !!!!!

Ada lelucon tertawalah sebelum kau ditertawai

So ......
Tawa aja udah ,
Jangan takut-takut yaaaa ........

Udah
Tawa aja lagi
Santai aja bro ...
HE .... HE ..... HE ........

Jumat, 04 September 2009

KANGEN MENULIS

Yaaa... udah lama emang w ga nulis di blog tercinta ini. bukan karena sebab, hilangnya flasdick menjadi slah satu alasan tak mengirim lagi tulisan di blog ini.
Tangan ini sebenarnya sudah kangen untuk segera menuangkan segala keluh kesah yang ada pada diri dan lingkungan sekitar, tapi apa daya .......
aku ingin mengisi blog
seperti dulu kala
menuangkan segala imajinasi dan kreatifitas yang ada
berteriak kencang
menghilangkan segala beban
udah lama aku merindukan
tarian gemulai jari-jari lentik
menyusun rangkain kata-kata
menghujat
menghardik
menegur
berdoa
atas apa yang telah dan akan terjadi

Jumat, 29 Mei 2009

Surat Petani dari Jepang

Wakayama, 16 Mei 2009
Kepada Yth,
Bapak RT Nanang & Teman petani
Di kelompok Tani Kalilicin

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillahi Robbil ‘alamin akhirnya sampe juga di Jepang. Buat teman-teman petani Kalilicin, gimana pada sehat semua. Gimana panennya? Mahal ya harga belimbing, jangan-jangan lagi pada nyela, belimbingnya bisa-bisa 1kg harga 10.000, amin.

Pak RT dan teman-teman di Kalilicin, maaf baru bisa kirim surat sekarang, sebab kemarin-kemarin ngga sempet, sibuk banget. Sampe-sampe ngga sempat telepon atau kirim surat.
Pak Yusuf gimana kabarnya “kedongkal” masih ada atau gemblong Mpok Nemblom masih ada?
Alhamdulillah di Jepang saya sehat wal afiat dan bisa menjalankan tugas dengan baik. Untuk itu saya minta doanya terus biar diberi kesehatan, biar bisa menjalankan amanah dari Negara Indonesia, Jawa Barat, Depok dan kelompok Tani Kalilicin. Amin.

Oh iya... Gimana pertemuan bulanan/rapat malam rabu masih kumpul kan?terus gimana perkembangan PUAP, masih tambah maju? Amin. Siapa dulu dong managernya, Pa Ismail.
Oh iya, gimana kabar Ema? Sehatkan? Latif, Fuad, Epoy, Suryadi Cielung, Makmun, gimana sehat? Oh iya ! si Makmun dan kawin belom? Buruan Mun kawin.

Pa Usup juga teman-teman gimana masih sering nonton Sohibul Hikayat nggak? Saya kangen banget nggak denger atau ngeliat lagi ? seneng dan kangen rasanya kalau inget madang siang bareng-bareng di Dapur.

Pak RT Nanang…
Alhamdulillah saya di Jepang dapat di Jeruk, luasnya kurang lebih 5 hektar. Alamatnya di Wakayama (349. Kominami Shimotsu-Cho, Kainan-Shi, Wakayama Jepang) atau saya dapat di propinsi Wakayama, dari Tokyo naik Kanseng (kereta tercepat di dunia) 4 jam sampai Osaka. Naik lagi dari Osaka ke Wakayama 1 jam. Jauh.

Saya sampai di Induk Semang tanggal 24 April 2009. Sebelumnya di Ibaraki 1 minggu dari tanggal 7 April sampai dengan tanggal 15. Kemudian ke Olimpic Center tanggal 15 – 24 April. Di Ibaraki belajar mesin pertanian seperti Traktor, mesin pemotong rumput, mesin semprot dan lain-lain. Pokoknya banyak dan seru. Ngga ada di Indonesia.

Oh iya, saya udah cek di pasar swalayan Jepang bahwa Belimbing ngga ada, untuk pasaran Internasional. Export Jepang kayanya sulit sebab tenggat Residu (obat semprot pestisida) sangat ketat. Kalau saya liat petani kita masih jorok dengan obat pestisida. Tingkat residunya tinggi.

Di Jepang/ di Jeruk, petani menggunakan pestisida dan mereka memakai campur-campur/ dioplos tapi tingkat residunya kecil. Dan itupun penggunaannya tepat sasaran. Contoh bakteri dia pakai sakinday dan seterusnya.

Dalam 1 kali nyemprot, untuk 80are (1 are = 100m) menghabiskan air yang dicampur obat semprot kira-kira 8000-9000 liter, terus nyemprotnya pakai mobil truk kaya Blangwir. Pokoknya seru banget dech…

Oh iya, saya ambil project penelitian di Jeruk yaitu Buah Ujung dan buah Batang pada tanaman jeruk untuk menentukan best Quality: Perbandingan.

Untuk pemasaran di Induk Semang saya merekam menggunakan internet. Lebih canggih lagi. Tapi di Indonesia kayanya belum bisa dikembangkan.

Tolong disampaikan sama teman-teman petani di Kalilicin biar mereka lebih mencintai pertanian dan mencintai petani sebagai pekerjaan bukan sebagai sambilan. Terutama petani-petani muda.

Oh iya.. di Jepang ternyata masalahnya juga sama, yaitu sedikit sekali petani mudanya untuk wilayah ”Shimotsu/Kominami”. Petani mudanya Cuma beberapa orang saja. Salah satunya ada dari Ootosan saya. Dia paling muda umurnya 23/24 tahun. Dia baru pulang magang dari Amerika. Selama 18 bulan/satu setengah tahun.

Saya tinggal di rumah ada 6 orang keluarga Nenek/Kakek, Ibu/Bapak dan 2 orang anak, 1 cewek 25 tahun namanya Mayuko dan 1 laki-laki namanya Tatsuya (23 tahun). Rumah saya di Jepang dekat laut. Kira-kira dari Portal sampai DTC.

Mungkin itu aja informasinya: buat teman-teman saya minta doanya. Biar terus dikasih sehat dan dimudahkan segala urusan.

Cielung jangan lupa kirim Fatihah waktu lagi ngaji dan waktu rapat malam rabu juga kirim Fatihah.

Oh iya pesan saya jaga terus kekompakan di teman-teman petani dan mudah-mudahan PUAP dan P4S nya makin maju terus…

Bang manager “Pa Ismail” maju terus pantat mundur Eeh salah pantang mundur. Lanjutkan PUAP !!

Jangan lupa salam buat Bu Wati dan orang dinas….

Assalamualaikum WR. Wb.

By
Darmuji Boger

Lagi malam senin saya telepon kerumah pak Usup tapi nggak di angkat-angkat jam 7an.
Oh iya telepon saya di Jepang 073-492-1692
Mungkin lebih lanjutnya, bulan-builan berikutnya saya akan kasih informasi lagi buat pak RT dan teman-teman.
Salam buat teman-teman.

Selasa, 12 Mei 2009

Ada Apa Indonesia?

Dkils-Bencana datang silih berganti akhir-akhir ini. Tak mengenal waktu dan tak mengenal tempat. Kita ingat masih ingat kejadian tsunami 3 tahun yang lalu. Yang tak lama kemudian muncul bencana gempa Jogja dan Pangandaran. Ratusan orang meninggal ketika itu. Tak terhitung jumlah kerugian secara materi maupun non materi. Selang beberapa waktu, muncul lagi bencana Situ Gintung(dua bulan yang lalu). Sama dengan bencana-bencana sebelumnya, tak terhitung jumlah kerugian yang diderita. Belum lagi bermunculan bencana aneh dari binatang. Setelah heboh dengan kemunculan flu burung dan unggas kini ada lagi penyakit aneh berbau binatang bernama flu Babi. Bahkan datang lagi dari India, Flu Kuda (tapi belum makan korban manusia). Alhamdulillah penyakit yang ini belum mewabah di Indonesia, tetapi sebuah peringatan tentunya untuk kita bersiap diri menjaga dari segala kemungkinan terburuk yang terjadi. Dan bencana paling serius yang kita hadapi sekarang adalah bencana kemerosotan akhlak(sikap/tingkah laku) di semua kalangan. Bukan saja dari anak-anak dan remaja, orang tua pun semakin jauh dari akhlak yang baik. Ini tentu bencana yang luar biasa dampak dan akibatnya untuk kemudian hari jika kita tidak waspadai dan benahi sejak dini.

Seorang anak kecil yang dengan tidak sopannya membentak-benatak orang dewasa adalah contoh kecil dari semakin rendahnya akhlak baik. Sementara di kalangan remaja, sudah rahasia umum lagi kalau remaja suka minum-minuman keras dan sering tawuran,. ironisnya sikap orang tua semakin masa bodoh (cuek) atau tidak berfikiran bahwa perlunya membina dan mendidik putra-putrinya secara baik membuat catatan kelam dalam perjalanan hidup.

Padahal, kita adalah warga yang merasa bangga, ketika dulu warga Indonesia terkenal dengan keramahtamahan dan sikap rendah hati (ajer) terhadap orang lain. Sikap tolong menolong, saling menghargai dan sikap mau bermusyawarah antara sesama meskipun banyak perbedaan, menjadi poin tersendiri bagi masyarakat luar memandang Indonesia. Pokoknya seolah-olah bangsa kita adalah bangsa yang benar-benar beradab dan berakhlak.

Tetapi seiring kemajuan zaman dan tekhnologi, kenapa bangsa kita kok seolah berubah dari yang terkenal dengan bangsa beradab menjadi bangsa yang biadab?

Rakyat kita sekarang tidak lagi merasa malu dan takut atas tindakan-tindakan yang tidak berprikemanusiaan. Dari tingkat rakyat bawah sampai rakyat atas. Korupsi sudah berakar pinak dan sulit untuk dimusnahkan. Tawuran antar golongan sudah bukan hal yang luar biasa lagi,. tindakan-tindakan criminal yang tumbuh bagai jamur di musim hujan. Mulai dari criminal biasa sampai luar biasa. Dari hal keluarga sampai ke Negara-negara. Ayah membunuh anak, anak membunuh orang tua, orang tua memperkosa anak, guru membunuh murid, murid menindas guru, hamil diluar nikah semuanya sekarang menjadi hal yang biasa dan tidak tabu lagi di mata masyarakat. Masih ingatkan kasus si penjagal nyawa lemah gemulai berasal dari Jombang bernama Rian?. Dan kasus terbaru dari kalangan atas mengenai terungkapnya pembunuhan Nasarudin (Mantan direktur perusahaan swasta) yang tertembak setelah bermain golf ternyata membawa nama seorang tokoh pendekar penegak hukum terjerat didalamnya, bahkan diduga Sebagai otak pembunuhan. Sungguh mengerikan !!

Control social masyarakat sudah tidak efektif lagi. Peran pemerintah pun sudah tidak ada hasilnya. Justru boleh dibilang, merekalah yang harus dan semakin harus dikontrol. Pokoknya yang ada pada masyarakat saat ini adalah “Gua-gua, Elo-elo”. Keadaan ini sudah tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi pada masyarakat Negara luar. Sulit sekarang kita membedakan mana rakyat desa nan polos dan mana rakyat kota nan beringas? Semuanya sama. Semuanya sudah sulit dibedakan. Problem kota yah problem desa juga. Sampai kapan ini harus terjadi?
Keluarga, lingkungan, pemerintah harus benar-benar kerja extra untuk mengendalikan kondisi ini. Karena faktor ini jugalah yang membuat kondisi seperti itu sekarang .

Hanya berharap pada peran pemerintah? Tidak mungkin !
Berharap pada diri sendiri? Cobalah !
Demi sebuah perubahan sikap yang lebih baik..

PERJALANAN DI JALAN RAYA (ANAK PUNK)

Dkils- Aku terhenti dalam perjalanan panjang hari ini di sudut pasar kota pusat keramaian warga berinteraksi satu dengan lainnya. Sekarang kira-kira jam empat sore lebih tiga puluh menit. Suasana di tempat kebanyakan orang berjualan kebutuhan dapur sehari-hari mulai tampak sepi. Hanya tinggal beberapa pedagang yang bertahan di tempatnya untuk menyambung hidup dengan menjajakan barang dagangan berupa ikan emas, ayam kampung potong, bumbu dapur dan lainnya yang masih tersisa dari tadi pagi.

Aku duduk di latar toko optic yang baru saja tutup setengah jam yang lalu. Sepertinya, hari ini mereka kurang beruntung karena hanya sedikit pelanggan yang datang. Mudah-mudahan hari esok lebih baik dari hari ini. Ucap bathinku untuk toko optic. Ku selonjorkan kedua kaki sambil memijit betis yang tampaknya kelelahan karena perjalanan tak menentu yang baru saja ku jalani. Aku menghirup nafas. Bebauan tak sedap sekitar tidak mampu membuatku mengurungkan niat untuk menghirup nafas demi pencapaian ketenangan hati karena belum mendapatkan hasil sebagaimana tadi malam kurencanakan secara matang di kamar. “Pfuuuuh… !!” ucapku pelan setelah menahan nafas kurang lebih 2 menit yang lalu.

Sudah dua bakwan satu lontong ku santap habis tak tersisa demi mengganjel perut yang mulai keroncongan. Aku menikmati sekali makanan yang dijajakan hampir di setiap sudut pasar. Maklum, makanan ini tergolong memiliki banyak kelebihan di samping kekurangannya. Selain untuk mengganjal perut seperti yang tadi kulakukan, makanan gorengan (begitu orang memanggilnya) ini juga harganya murah terjangkau. Terus makanan ini asyik untuk di lahap sambil mengisi waktu kosong atau sambil menunggu orang. Di tambah makanan ini punya citra rasa yang “berbeda” bagi para pengggemarnya , termasuk aku.

##

Lima belas menit berlalu aku duduk di emperan toko ini. Tak terasa aku melepas lelah sambil mengingat perjalanan hari ini . tak lama aku ingin membangunkan diri siap melangkah menuju rumah. Aku mendengar cekikikan tawa gerombolan anak muda “tanggung” yang sepertinya mereka baru saja “beroperasi” untuk melanjutkan atau meramaikan jalan kehidupan. Entahlah. Aku jadi mengurungkan niat untuk pulang. Ku biarkan pantat berada pada posisi semula. Aku ingin sekali mengetahui , apa yang akan mereka lakukan di tempat yang kira-kira berjarak lima meter dari tempat peristirahatanku..

Mereka menyebut diri sebagai komunitas anak punk. Identitas mereka biasanya dengan ciri-ciri baju dan celana serba hitam dengan ukuran yang sangat ketat. Banyak tindikan di tubuh bagian wajah. Mulai dari anggota tubuh yang biasa ditindik seperti telinga, sampai anggota tubuh yang tidak layak ditindik seperti alis rambut, lubang hidung sampai ke bibir bagian bawah. Luar biasa aneh. Satu lagi ciri khas yang memudahkan kita mengenal identitas anak punk yaitu rambut yang didirikan kencang. Bahasa mereka menyebutnya style “Mohak”. Banyak model rambut mohak ini, tapi aku tak tahu harus bagaimana menerangkannya. Sebab ribet. Yang pasti identitas ini katanya sebagai bentuk perlawanan dari kemapanan.

Oh iya lupa, satu lagi ciri yang amat melekat dengan diri anak-anak punk yaitu dari sisi penampilan mereka tampak sangat kumel, dekil dan sebangsanya. Mereka tak menggubris sepertinya untuk mandi sekedar menyegarkan tubuh lebih-lebih membersihkan tubuh. Atau karena mereka tak punya tempat tinggal. Sebab, sebatas pengetahuanku kehidupan mereka adalah di jalan raya. Atau sekalipun punya tempat tinggal paling banter ya.. di bawah kolong jembatan layang, seperti yang kulihat sekarang. Tapi ada yang ngomong, bahwa sebenarnya banyak juga diantara mereka yang sebenarnya adalah orang yang “berada”. Tapi entah kenapa bergaya seperti itu? Apa karena bosan dengan hidup mewah atau karena tak memiliki kebebasan? Entahlah.

Mereka kini tertawa riang. Melepas lelah, sambil menghitung uang hasil “menjual suara” di terminal dan beberapa lampu merah. Ada yang langsung rebahan, tanpa alas. Sementara dua orang melangkah menjauh dari kerumunan, mereka mendapat tugas khusus untuk berbelanja kebutuhan saat ini. Tak lama mereka kembali dengan membawa tentengan satu kantong plastic berwarna merah berisi makanan gorengan satunya lagi satu kantong plastic berwarna hitam yang berisi air warna kuning butek (keruh). Aku tahu, itu pasti sejenis minuman yang berbau khamar. Yaitu minuman yang memabukan. Oh.. Tuhan.. mereka sama-sama menikmati minuman itu. Tertawa, menyanyi, main cela-celaan, tertawa lagi, bernyanyi lagi dan main cela-celaan lagi. Ini berlangsung lama. Dan kata orang hampir berlangsung setiap harinya. Malah terkadang, sesekali mereka suka mengganggu ketertiban umum seperti bertengkar, dan sebagainya.. oh Tuhan…!

Padahal umur mereka masih sangat muda. Bahkan jauh lebih muda dari umurku. Tetapi kenapa bertingkah seperti ini? Terserahlah mereka beralasan ingin bebas, pingin cari identitas atau apapun itu.. tapi kalau seperti ini terus, mau jadi apa nanti? Mau punya masa depan seperti apa? Istilahnya, aku saja yang kemarin punya kesempatan belajar dan berhasil secara “nilai” (punya gelar), aku belum punya kejelasan hidup. Apalagi mereka. Kalau begini, bahaya dong masa depan mereka, masa depan agama, terlebih masa depan Negara tercinta Indonesia. Naudzhubillah.

Aku jadi teringat masa lalu saat aku ingin hidup seperti mereka. Punya kebebasan hidup, tanpa aturan dan suka-suka sendiri. Untung Tuhan memberi penerang bahwa kita hidup di zaman realistis. Zaman yang nyata. Yaitu zaman yang memiliki salah satu konsep hidup yaitu untuk kita bisa bertahan hidup dan punya hidup yang baik di masa sekarang dan mendatang adalah dengan rajin belajar, bekerja, berusaha dan berdoa. Kalau kita mengabaikan atau meremehkan perkara itu, jangan harap kita akan menjadi orang yang terbaik.

Aku mengusap wajahku setelah sekian lama memperhatikan kegiatan anak punk. Ku ucap syukur kepada Tuhan yang maha Esa atas kehidupan yang lebih “beruntung” dari mereka. Aku tak mau menyesali kegagalan hari ini. Mungkin itu, pelajaran atau pengalaman yang kudapat dari perjalanan mencari jalan untuk “perbaikan hidup” hari ini.

Aku menghela nafas panjang. Kupaksakan diri yang mulai merasa enjoy duduk lama di emperan toko ini untuk bangun dan melangkah pulang mempersiapkan diri untuk besok membuka, mencari dan menembus perjalanan hidup baru.

Rabu, 06 Mei 2009

ORANG TUA DHOLIM, ANAK DURHAKA

Dkils- “Nakal”. Itulah yang selalu dilontarkan orang tua ketika melihat anaknya melakukan sesuatu diluar batas kemampuannya yang berkonotasi pada perbuatan buruk. Dimarahi, dijewer, dicubit, ditampar, dipukuli, dikurung bahkan sampai ada yang ekstrim hingga dibunuh akan dilakukan orang tua jika anaknya melakukan hal-hal yang biasa disebut nakal tersebut.

Aneh memang di zaman modern seperti ini, kalau masih ada orang tua yang masih melakukan hal-hal tersebut diatas. Dikatakan aneh, karena sekarang bukan lagi zaman tempo dulu yang mengurus dan mendidik anak berdasarkan pengalaman saja. Sekarang banyak anjuran-anjuran baik melalui tulisan di media masa, media elektronik, seminar bahkan sampai ada ilmu pengetahuan yang mengajarkan bagaimana kita orang tua bersikap dan mendidik anak dengan baik. Yang tidak membawa kepada penderitaan anak. Baik untuk dimasa sekarang ia “dihukumi” atau masa pasca dihukumi (jadi dewasa dan orang tua).

Tajuk Rencana Kompas (Rabu, 25-01-06) menulis mengenai “kekerasan menghangat lagi” yang salah satunya berbentuk kekerasan terhadap anak. Ketika kekerasan terhadap anak sering terjadi akhir-akhir ini dan mungkin sudah tidak dapat dihitung lagi jumlahnya. Tajuk Kompas menulis “ Apakah naluri kekerasan sudah jadi “tuan” dalam menyelesaikan persoalan?”

Kita tentu harus bersama-sama menjawab “tidak”. Terlebih pada penyelesaian kasus kekerasan terhadap anak karena dianggap nakal oleh orang tua. Sebenarnya anak tidak tahu apa-apa ketika ia melakukan sesuatu. Ia tidak tahu dan tidak menyadari apa dampak yang ia peroleh setelah melakukan itu. Mereka masih belum bisa membedakan mana perbuatan baik dan mana perbuatan buruk bagi mereka dan orang lain. SEKALI LAGI MEREKA BELUM TAHU !

Lantas, apakah dengan ketidaktahuan mereka atas apa yang mereka lakukan kemudian kita (orang tua) masih mau memberikan hukuman kekerasan atas tindakan mereka yang kita sebut nakal?

Jelas saja tidak. Kita harus berfikir jauh kedepan mengenai dampak yang akan menimpa anak-anak jika kita senantiasa memberikan hukuman atas segala yang mereka lakukan . Perasaan takut bersalah dan rendah diri dalam melakukan atau mencoba perbuatan-perbuatan baru, merasa tidak disayangi lagi oleh orang tua, semakin berani dan melawan orang tua sampai tidak menutup kemungkinan akan semakin menjadi lebih nakal karena sudah terbiasa akan segala hukuman dari orang tua. Itu semua adalah resiko dan konsekwensi yang harus kita (orang tua) terima dan dihadapi anak-anak.

Kalau memang demikian, kita semua harus mengambil peran. Pengakuan salah mesti diikuti semangat dan praktik memperbaiki (tajuk Kompas). Langkah kongkretnya hukuman kekerasan bukan lagi sebagai “tuan” dalam menyingkapi anak berbuat “nakal”. Sudah saatnya kita mencoba menjalin komunikasi dengan anak-anak secara kontinyu dan mencoba memberikan kebebasan kepada anak dalam melakukan sesuatu kegiatan sambil terus diiringi dengan pengawasan dan bimbingan sebagai orang tua, teman, sahabat, kekasih bagi mereka tentunya.

Ingat ! tugas orang tua bukan hanya untuk menyuruh agar mereka menurut kehendak orang tua. Orang tua hanya bertugas memberi dan membimbing agar anak tidak terperosok kedalam jurang kejelekan. Semoga anak tidak menjadi durhaka pada orang tua. Dan semoga orang tua tidak dholim terhadap anak. Amin

Minggu, 03 Mei 2009

Perjalanan di Jalan Raya (bag 1)

Dkils- Aku berjalan di sepanjang jalan raya margonda Depok Jawa barat. Seorang diri. Tiada kawan yang menemani. Sebelah kananku berlalu lalang berbagai jenis kendaraan darat. Tak bisa disebut satu-satu namanya. Mereka semua dalam jumlah yang tak terkira. Semua dalam satu aktifitas, berjalan di jalan raya, yang belum lama ini diperlebar luasnya ke sebelah kanan sedikit, kira-kira 15 meter dari sebelumya. Wajar, ini karena volume kendaraan yang meningkat setiap harinya di jalan raya.. Entahlah, bagaimana mereka bisa memiliki dan menggunakan kendaraan pribadi secara enak dan nyaman, padahal krisis global sedang menimpa dunia. Orang miskin dan kelaparan bertambah. Korban PHK tak terhitung jumlahnya, pengangguran.. jangan Tanya lagi. Itu termasuk aku. Imbasnya …. Sebelah kiriku berlalu lalang makhluk bernama manusia. Ramai. Walau menurut jam kerja ini belum waktu jam istirahat apalagi pulang.

Aku berjalan di sepanjang jalan raya Margonda. Seorang diri. Hari ini. Melangkah gontai dengan arah tujuan yang tidak pasti. Berharap semoga Tuhan memberikan “jalan” di depan nanti. “Jalan” penerang bagi gelapnya lembar catatan hidupku. Aku melenggang terus. Tak peduli dengan yang lain. Sempat terlintas baris lirik-lirik lagu bang Iwan Fals yang sempat jadi top saat tempo dulu. Bahkan, substansinya masih relevan sampai sekarang. Ku senandungkan lirik itu, mengusir kesepian hati ini.

Berjalan seorang pria muda
Dengan jaket lusuh di pundaknya
Di sela bibir tampak mengering
Terselip sebatang rumput liar
Jelas menatap awan berarah
Wajah murung semakin terlihat
Dengan langkah gontai tak terarah
Keringat bercampur debu jalanan
Engkau sarjana muda
Resah mencari kerja
Mengandalkan ijasahmu…
Empat tahun lamanya bergelut dengan buku
Tuk jaminan masa depan
Langkah kakimu… terhenti.. di depan sebuah jawatan

Indah sekali lirik itu. Tamparan halus mengenai seluruh tubuh yang sudah lemah terkulai oleh keadaan. Aku menghirup nafas panjang. Dulu, saat masih sekolah aku sering menyanyikan lagu itu. Tanpa belum tahu apa maksud atau isi makna di dalamnya. Sehingganya, buatku hanya keindahan lirik dan petikan gitar yang kurasakan. Tak lebih dari itu. Tapi kini…

Aku menjadi subyek utama dari bait lagu bang Iwan. Aku yang merasakan secara utuh seorang pemuda bergelar sarjana lantang luntung mencari “jodoh” untuk menopang kelanjutan hidup. Tak pasti bahkan tak menjamin kemudahan ku dapat setelah sekian lama bergelut mencari dan mengolah ilmu pengetahuan beserta skill (keterampilan hidup). Aku dibuatnya merana, bahkan hampir putus asa. Aku tak lagi dapat membedakan mana orang baik dan mana orang jahat. Mana orang dermawan dan mana orang kikir. Mana seorang kawan dan mana seorang lawan. Mana seorang penguasa bernama Tuhan dan mana, bagaimana, siapa aku mahkluk berwujud insan?

Aku berjalan di sepanjang jalan raya Margonda.. seorang diri. Sepi. Kakiku mulai terasa lelah. Tubuhku mulai terasa letih. Keringat keluar membasahi sekujur tubuh kecil nan kurus ini. Pakaian rapi yang kupakai lusuh seketika. Telapak kaki terasa panas. Sepeatu hitam yang tadi pagi kusemir dan jadi mengkilap berubah wujud menjadi dekil tertempel debu. Rambut klimis bermodalkan minyak rambut minta kakak jadi awut-awutan tak menentu arah. Berposisi sekenanya. Gatal mulai merambah. Mungkin karena adanya pencampuran air keringat dan terik panas matahari. Entahlah. Yang pasti membuat kepalaku pusing. Hampir saja aku terpelanting ketika seorang lelaki bertubuh besar dengan perut buncit, berjas dan berdasi rapi sambil membawa tas kantoran menubruk dengan amat keras. Bukan main aku dibuatnya kaget. Aku jadi sempoyongan. Ling-lung. Kulihat perubahan raut wajahnya dari tadi yang tampak segar menjadi sangar dan berucap:

“Kamu ngga punya mata ya..? mengganggu perjalanan saja. Saya jadi terlambat beberapa menit nih gara-gara kamu!! Hati-hati ya kalau jalan …!!

Langsung saja ia pergi.

“Huh… !!!” aku menarik nafas panjang. Ingin sekali sebenarnya aku membalas makiannya. Tapi kuurungkan. Kepalaku terasa tambah pusing. Kulihat tak seorang pun yang peduli dengan keadaanku yang asyik terduduk di pinggir jalan sebuah pusat perbelanjaan. Setelah tadi hampir terjatuh. Aku mencoba berdiri dan melangkah pergi. mencari tempat untuk sekedar untuk bernaung melepas lelah. Akhirnya…

Aku kembali berjalan di sepanjang jalan raya Margonda. Seorang diri. Pulang. Modal semangat 45 sebagaimana tadi aku punya ketika berangkat pagi-pagi, kini tersisa hanya 10 saja. Jam menunjukkan pukul lima sore. Waktunya para pencari dunia kembali pada kehidupan normalnya. Kehidupan yang bernilai kebebasan. Aku pun berniat kembali. Cukup sudah pencarian kali ini. Besok bisa dilanjut. Dengan modal semangat baru dan harapan baru. Ingin cepat rasanya menginjakkan kaki di rumah. Menghirup dan menikmati aroma ketulusan dan keikhlasan dari setiap perhatian yang telah dilakukan. Bertemu dengan sesosok pecinta pengorbanan demi harapan masa depan. Mencium dan memeluknya sambil berucap:”Maaf Emak, saya masih belum dapat..”




Rabu, 22 April 2009

Cinta Apa Sayang

Dkils- Aku selalu ingin mengatakan bahwa jika ingin hidup senang dan bahagia, maka tebarlah benih-benih cinta di setiap waktu dan tempat. Jangan ragu-ragu untuk melakukannya. Tempat maksudnya bahwa di mana pun kita berada, baik ketika di rumah, di sekolah, di jalan raya bahkan sampai di tempat-tempat kotor dan penuh kemaksiyatan maka sudah merupakan kewajiban bagi kita untuk menebar benih-benih cinta. Sementara waktu, berarti bahwa di setiap ada kesempatan, kapan pun waktunya maka patut pula untuk kita melakukan hal yang sama, tanpa pandang menunggu adanya waktu-waktu atau moment special untuk melakukannya.

Cinta memang beragam maknanya. Seperti yang kita tahu sebelumnya, Banyak sekali penafsir-penafsir cinta berkomentar sesuai dengan bidang masing-masing. Salah satunya tentu sang sastrawan terkemuka yang selalu menjadi spirit dan sumber inspirasi bagi semua orang, yaitu Kahlil Gibran. Dalam salah satu bukunya “Hikmah-hikmah Kehidupan” beliau menulis diantara bebarapa makna cinta yaitu: “Cinta adalah satu-satunya bunga yang tumbuh dan mekar tanpa bantuan musim-musim”

Sungguh “dalam” makna dari cinta ini. Tapi dalam tulisan ini, saya tidak akan membahas makna cinta menurut Sang maestro. Bagi saya, cinta dapat diatikan dalam bentuk kasih sayang kita kepada semua makhluk.

Sebagaimana yang tertulis di pembukaan paragrap, bahwa kita akan menemukan kesenangan dan kebahagiaan yang tiada terhitung jumlahnya kalau kita mampu menebarkan benih-benih cinta bernama kasih sayang. Bayangkan! Di zaman yang serba canggih dan moderen ini, masih banyak kita menyaksikan kesulitan-kesulitan hidup di semua lini kehidupan. Tak terhitung lagi berapa jumlahnya, tapi fakta mengatakan bahwa semakin banyak orang-orang yang butuh perhatian baik secara moral maupun materil.

Kita bisa menyaksikan betapa banyaknya jumlah angka pengangguran, anak-anak yang kehilangan masa depan cerah, para orang tua yang semakin tak terurus, bangunan-bangunan sekolah yang mulai rapuh, tangis para anak jalanan dengan mengangkat tangan, kemuraman para pecandu narkoba, orang-orang sakit tak tertolong dengan baik, senyum kecut para guru, buruh, pegawai, tukang becak, dan semua para pekerja menunggu ketidak pastian tunjangan, dan kebingungan para kepala keluarga menghadapi tuntutan hidup yang semakin keras dan kejam.

Ini semua adalah fakta yang benar-benar nyata ada di hadapan kedua mata. Kita tak bisa untuk berdiam diri, bersembunyi, mencoba pura-pura tidak tahu dan tidak bergerak menghadapi ini. Hanya satu cara yang perlu kita bangun dan lakukan bersama-sama untuk bisa mengurangi dampak yang buruk dari perkara di atas dengan selalu menanamkan doktrin menebar rasa cinta kasih sayang pada semua orang, siapapun dia.

Kasih sayang di sini tentu juga mempunyai makna yang luas. Kasih sayang bisa berarti tolong menolong antar sesama, menebar perdamaian, bersikap saling menghargai, tenggang rasa, tidak pilih kasih, tidak sombong, selalu berbagi, sampai dengan hanya saling berbagi senyuman. Kalau ini bisa kita lakukan secara bersamaan, tentu bukan lagi mimpi kosong untuk bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik nan penuh keindahan.

Bagaimana tidak indah, kalau kita akan menyaksikan orang-orang yang biasanya saling mementingkan diri sendiri namun sekarang kita akan dihadapkan pada orang-orang yang suka bekerja sama dan tolong menolong kepada kebaikan. Ini tentu akan menjadi cerita yang amat menarik. Pepatah “ringan sama dijinjing berat sama dipukul” yang nyaris hilang akan muncul dan bergaung kembali seperti dulu.

Belum lagi kalau kita menyaksikan orang-orang yang suka menebar tali perdamaian, salah satunya dengan cara bertegur sapa atau hanya memberi senyuman. Tentu yang namanya percekcokan, perkelahian, hingga pembunuhan yang sedang ngetrend saat ini bisa diminimalisir.

Begitu dalam dan luasnya makna kasih sayang yang harus segera kita sebarkan bersama-sama, tidak cukup hanya sampai ditulisan ini. Berbagai macam persoalan yang ada bukan lagi harus diselesaikan secara kekerasan dan egoisme-egisme yang berlebihan, tapi harus dengan kasih sayang . Kasih dalam arti menyadari bahwa masing-masing mempunyai kekurangan dan sayang dalam arti menyadari masing-masing juga memiliki kelebihan-kelebihan yang pada fithrahnya harus bisa saling memaksimalkan potensi yang ada dan saling mengisi satu sama lain. Bukan untuk saling menjatuhkan.

Cinta dan kasih sayang tidak hanya untuk para insan, tapi untuk semua makhluk ciptaan Tuhan. Yakin bahwa kalau kita telah menebar dan membagi kasih sayang kita pada semua makhluk Tuhan, kita akan bisa menemukan dan mendapatkan kebanggaan dan kebahagiaan yang sejati, yang tidak akan hilang rasa itu walau sudah berganti zaman. Salam dan tebarkanlah kasih sayang. I love you are!

Jumat, 17 April 2009

RINDU PADAMU

Dkils- Kadang kalau rindu, hati ini tidak bisa di bohongi. Rasa ingin bertemu, sumpah ingin bertemu tak bisa ditunggu. Apalagi ada jarak dan waktu yang membatasi. Seolah restu enggan keluar. Walau untuk sesaat. Sebentar. Tidak lama. Ngga apa-apa kalau memang tidak bisa sambil berbicara, yang penting mata sudah bertemu. Saling memandang keindahan masing-masing. Mata yang lentik, hidung yang agak pesek, alis mata, pipi, bibir dan mulut mungilyang selalu tersenyum memandang alam semesta, kelembutan dan keayuan sikap memancarkan bentuk gadis sempurna makhluk ciptaan Tuhan.

Dulu saat bertemu, merdu nada bicara dan tawa membuat hati seolah ditumbuhi bunga-bunga yang sedang bermekaran. Cantik. Senang bukan main. Entah apakah ini terlalu dibuat-buat. Tapi itulah rasa saat bertemu dan berhadapan dengan gadis yang dicinta. Semua sempurna pada dirinya. Luar biasa bangga. Seperti naik kuda putih bersayap, terbang berkeliling diatas bunga-bunga mawar dan melati yang segar.

Kata orang. Inilah kenapa cinta sering diartikan membutakan. Semua terlihat baik. Semua nampak bagus dan sempurna. Tidak ada kekurangan sedikitpun. Cela dan noda tak dirasa, walau sudah nampak didepan mata. Semua tertutupi oleh kata dan rasa cinta.

Lain halnya, jika cinta sudah memudar. Jangankan merasakan lagi beratnya rasa rindu untuk ketemu. Saat sudah bertemu pun perasaan untuk menghindar lebih kuat dirasakan. Ada bayang rasa malu dan takut noda kita terbuka lebar pada setiap orang.

AKTIVITAS PAGI ...... !!!

dkils-Pagi ini aktifitasku berjalan normal. Meski tadi malam terjadi insiden kecil di secretariat MP3 Depok community, aku tetap bisa menjalani kebiasaan sehari-hari lagi. Ya… walau masih ada perasaan sedih dan dongkol sedikit karena peristiwa itu. Tapi kalau di fikir-fikir, aku tidak sepatutnya dongkol apalagi sampai marah, karena memang pada dasarnya aku yang salah. Aku yang masih menjadi orang plin-plan hingga detik ini, harus merasakan lagi bagaimana pahitnya akibat dari sikap yang selama ini terus tumbuh seiring berjalannya waktu. Makanya… aku harus bisa merubah sikap itu. Aku harus sebisa mungkin mengganti sikap jelek itu Ya.. walau butuh waktu yang panjang.

Terlepas dari peristiwa itu, yang penting sekarang semua fine-fine saja, semoga semua teman-teman yang berangkat mengikuti acara terlebih saudara N-det (sory ngga bisa nemenin) Ompong, Regay, Agung dan istri bisa selamat sampai tujuan dan kembali dalam keadaan seperti semula. Amin

Berbicara lagi mengenai aktifitasku pagi ini, sungguh mengasyikan. Meski mulai menjenuhkan sich..! bangun pagi, solat subuh, biasanya setelah itu jalan-jalan, lalu menyapu halaman. Tapi tidak (mungkin masih ada imbas kejadian tadi malam) pagi ini. Setelah solat aku langsung nonton DVD film Punisher. Secara umum esensinya menceritakan seseorang jagoan yang melakukan balas dendam terhadap musuhnya karena telah membantai seluruh keluarganya tanpa terkecuali.Itupun karena sang jagoan akibat dari telah membunuh putra musuhnya yang ternyata pekerjaanya adalah Bandar senjata gelap. Sampai akhirnya…, pasti tau dong! sang jagoanlah yang menang (film holywodd githu lho) dan Jhon Travolta selaku pemeran utama layaknya jagoan-jagoan lain dalam film bisa juga menemukan kepuasan dan kebanggaan karena telah mampu balas dendam untuk keluarganya (sikap yang tidak layak ditiru)

Setelah itu langsung makan. Biasa, lauk tahu, sayur kangkung, ikan asin, dan sambal tomat pedas. Sayang Emak tidak beli lalapannya. Ada sih daun, tapi aku ngga suka. Jadilah makan apa adanya. Tapi nambah lho. Enak…! Mantap… !

Dalam kesendirian, aku melamun. Diiringi gemericik air sanyo dan bunyi gosokan-gosokan pakaian dicuci, di sebelah kamar mandiku, aku asyik nongkrong menikmati masa-masa indah karena bisa membuang isi perut sisa makanan kemarin yang masih ada, di sudut sebelah kanan kamar mandi. Aku tersenyum sendiri sambil mengamati sekeliling isi kamar mandi. Suatu saat terkadang juga aku ngeden, mencoba mengerahkan sebagian tenaga untuk segera bisa mengeluarkan kotoran, yang sepertinya ogah untuk meninggalkan dunia dalam perut (kata orang sih, kalau pengen melihat wajah kita dalam bentuk yang paling jelek adalah saat ngeden itu, he…) sungguh nikmat lho setelah melewati masa –masa ini , apalagi kalau sampai keluar. Uh….. !

Lima menit berlalu, ternyata aku masih belum puas karena belum mengeluarkan semua. Terus saja aku asyik nongkrong, tak menggubris panggilan kakak yang katanya ada teman menunggu di ruang tamu. “Masa bodo… orang lagi seneng kok di ganggu” umpat batinku.

Pikiran melayang, entah kemana perginya. Layaknya seorang pengembara yang berjalan tak tentu arah, meski sebenarnya pikiranku sedang mencari inspirasi baru untuk menulisatau memikirkan suasana yang terjadi akhir-akhir ini tentang makin banyaknya masalah yang terjadi di sekitar kita. Bukan sok-sokan untuk menjadi pemikir, tapi semuanya pasti mengakui kalau di saat-saat seperti ini kadang banyak sekali ide-ide dan inspirasi kita dapatkan. Bukankah begitu?

Aku bingung. Masih sempat-sempatnya orang buang sampah sembarangan. Padahal kita sama-sama tahu dan merasakan dampak akibat dari tindakan salah itu, baru saja, dan tidak menutup kemungkinan akan terjadi lagi, sebab intensitas turun hujan lebat menurut BMG masih bisa saja terjadi lagi. Makanya kita harus waspada meski kini banjir sudah mulai susut. Mau tertimpa lagi ? tentu tidakkan?

Yang lebih membingungkan dan mengironiskan adalah sampah itu ternyata di buang oleh petugas pembuangan sampah akibat banjir di Jakarta dan sekitarnya. Memang pada awal prosedurnya, sampah-sampah sampah ini akan dibuang di tempat pembuangan sampah Bantar Gebang Bekasi, tapi ditengah perjalanan , tidak tahu ada angin atau suara setan apa yang masuk pada petugas itu, ternyata sampah dibuang di tengah jalan desa Jonggol di Kota Bogor, tidak tanggung-tanggung lima truk sampah sekaligus secara diam-diam (Kompas 15:02:05)

Ini tentu kejadian yang amat luar biasa dan menganehkan, karena di tengah-tengah elemen masyarakat berupaya mengkampanyekan hidup sehat dan bersih, yang salah satunya dengan gerakan membuang sampah pada tempatanya, justru dari pihak yang seharusnya memberi contoh baik melakukan contoh yang tidak sepatutunya di lakukan. Terlalu !

Kita tidak bisa berharap banyak kepada pihak yang terkait untuk meminta tanggung jawab atas peristiwa memalukan itu. Satu yang paling penting, yang bisa kita lakukan adalah meminta semoga kejadian ini tidak terulang lagi di manapun tempatnya. Sebab kalau hal-hal yang mungkin mereka anggap ini sepele terus terjadi; kita tidak akan menunggu lama-lama lagi akan “serangan” bencana yang lebih besar. Naudzhubilaah.

Kampanye kita untuk menyadarkan orang agar hidup sehat tentu akan lebih bermaknadan mempunyai hasilkalau masing-masing diantara kita sudah juga mempunyai kesadaran pribadi untuk selalu hidup sehat. Jangan berkoar kalau kita belum mampu memulai dari diri sendiri.

Tak terasa sepertinya lima belas menit telah berlalu. Aku masih asyik dengan aktifitas nonkrong. Tapi rasanya, kaki dan punggungku mulai pegal. Aku segera menyudahi rutinitas kewajiban tiap pagi ini. Ya… minimal satu kali dalam sehari. Buang penyakit, begitu kata orang.

Mandiku tidak selama waktu aku nongkrong tadi. Tidak sampai lima menit, aku selesai. Ngga perlu bersih-bersih amat (lho tadi katanya harus hidup bersih, he.. jadi malu, diralat dech). Udah bersih kok! Ya.. meski ngga sebersih mandinya para artis. Maklum, kakak sudah ngantri dan nunggu di luar, jadinya ngga bisa lama-lama lagi.

Badan segar, pikiran juga jadi segar. Segera kuambil bukudan spidol tercintaku. Aku mulai merangkai kata-kata, menulis aktifitasku dari pagi hingga selesanya tulisan ini. Setelah itu, nonton tv rupanya jadi aktifitas selanjutku. Ku tutup segera tulisan indah ini. Sambil berucap: yang mencintaimu.. my inspirasi

Sabtu, 04 April 2009

Pidato "Ayo Belajar"

Dkils- Assalamu’alaikum Warohmatullahi wabarakatuh. Bismillahir rohmanir rohim. Alhamdulillahi robbil’alamin. Washolatu wassalamu ‘ala sayyidina Muhammadin wa ‘ala alihi wa sohbihi ajma’in. Amma ba’du.

Yang mulya para Kekasih Tuhan di manapun anda berada. Mudah-mudahan diberikan panjang umur dan banyak rezeki
Yang terhormat segenap seluruh makhluk yang ada dalam kekuasaan Tuhan yang maha Esa

Syukur Al-hamdulillah mari sama-sama kita panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Sempurna, yang telah memberikan rahmat, taufik serta nikmatnya, sehingganya kita semua bisa menghirup nafas bebas dan beraktifitas bebas setiap harinya terutama dalam rangka kita menuntut ilmu. Mudah-mudahan pertemuan kita ini memberikan manfaat. Amin ya robbal alamain.

Sholawat beserta salam, mudah-mudahan tetap tercurahkan kepada junjungan alam, manusia paling sempurna dan kekasih Tuhan, Muhammad SAW. Yang telah menunjukkan kita dari jalan kegelapan dan kebodohan menuju jalan terang benderang yakni agama Islam.

Makhluk Tuhan sekalian yang berbahagia.
Manusia sempurna bernama Nabi Muhammad SAW adalah seorang yang ‘ummi. Yaitu seseorang yang tidak bisa membaca dan menulis. Ketika wahyu pertama turun surat al-Alaq ayat 1-5 di gua Hiro, Nabi Muhammad didatangi oleh malaikat Jibril yang membawakan wahyu dengan mengucap “Iqro… Iqro….”(bacalah.. bacalah) Dan jawab Nabi Muhammad, “Ma ana Biqori..” (saya tidak bisa baca). Hal ini terus berlanjut berulang-ulang sampai Rosul Muhammad bisa mengucapkannya.

Dari cerita sejarah singkat ini, kita bisa mengambil kesimpulan. Bahwa setiap orang yang pada awalnya tidak bisa, tetapi ia mau belajar dan berlatih, maka dipastikan ia akan menjadi bisa. Tapi ini diperlukan sifat kesabaran dan ketekunan. Hal Ini jelas sudah terbukti melalui sejarah Nabi yang tadi di atas kami sebutkan.

Makhluk Tuhan sekalian yang berbahagia
Oleh karena itu, melihat sejarah di atas, maka sudah kewajiban kita sebagai umat Tuhan yang maha kuasa wabil khusus bagi penganut nabi Muhammad untuk mau belajar dan berlatih demi memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman sehingganya pada kehidupan nanti kita akan mendapatkan yang lebih baik. Terlebih untuk para makhluk yang berstatus sebagai pelajar.

Kita selaku generasi muda Indonesia, di jaman yang serba modern ini harus menjadi pemuda-pemudi Indonesia yang memiliki kualitas ilmu pengetahuan dan keterampilan hidup agar kita bisa menguasai dunia dan tidak dibodohi oleh orang lain. Hal ini tentunya yang harus kita lakukan adalah dengan rajin belajar secara sungguh-sungguh. Sebab, mustahil orang yang malas untuk belajar dan bekerja akan menjadi orang sukses.

Sebagaimana di kemukakan oleh baginda pencinta anak yatim dalam hadisnya:
Yang Artinya: Rosul bersabda: “Tuntutlah ilmu dari dalam perut ibu sampai liang lahat"

Maksudnya, baik kita masih kecil, anak-anak, remaja, orang tua, sampai kakek-nenek, kalau kita belum dipanggil oleh Tuhan maka kewajiban kita adalah menuntut ilmu sebanyak-banyaknya. Jangan lagi kita bermalas-malasan untuk belajar. Setiap hari, kita harus kerja keras dan sungguh-sungguh menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman dari manapun datangnya. Misalnya dengan membaca buku, pergi sekolah, mengaji dengan orang pintar, bertanya dengan guru dan orang tua dan lain sebagainya.

Para pembaca yang budiman
Saya kira cukup sekian pidato yang dapat saya sampaikan pada kali ini. Pesan saya, mari sama-sama kita tingkatkan kualitas iman dan taqwa kita di samping juga meningkatkan kualitas keilmuan kita dalam belajar di dunia ini.

Saya mohon maaf jika terdapat kesalahan baik disengaja atau tidak. Kalau memang perkataan yang saya ucapkan benar, itu semata-mata datangnya dari Tuhan yang maha sempurna. Dan jika banyak kesalahan, itu semata-mata kesalahan saya sebagai makhluk manusia yang tak luput dari salah dan lupa.

Saya ucapkan terima kasih banyak atas segala perhatiannya, sekali lagi saya mohon maaf. Dan saya akhiri dengan ucapan. Wassalamu’alaikum Waohmatullahi Wabarokatuh

Jumat, 03 April 2009

Energi Kreatif Sumber Kekuatan Diri

Dkils- Bagi saya energi adalah sumber kekuatan. Kekuatan yang tersimpan dalam tubuh masing-masing manusia baik yang tercipta secara utuh maupun tidak. Artinya bahwa Tuhan Yang Maha Esa telah menciptakan sumber kekuatan yang bisa bermanfaat bagi kita dalam mengisi kegiatan sehari-hari. Kita bisa lihat begitu banyak hal dan sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan guna untuk kita pergunakan dan manfaatkan sebaik-baiknya sehingganya kita tidak lagi merasakan sebuah kegalauan hati dan pikiran selama mengisi kegiatan yang dilakukan hari demi hari.

Bagi saya juga, energi hanya bisa dimanfaatkan oleh orang-orang yang bisa menggunakan kelebihan lain yang diberikan berupa akal pikiran. Selagi akal tidak bisa di gunakan secara baik, maka dapat di pastikan energi yang kita miliki, tersalurkan secara kurang tepat yang berimbas pada akhirnya kesengsaraan dan penyesalan adanya.

Sementara itu kreatif adalah sikap yang mampu berbuat beda dengan yang sudah ada atau lainnya dengan berlandaskan nilai-nilai inovatif dan progressif. Bagi orang kreatif, tidak ada kata “diam atau habis” melakukan sesuatu. Segala hal bisa dibuat menjadi baru dan beda.

Kaitannya dengan energi adalah seseorang yang memiliki kreatifitas dalam melakukan sesuatu akan menjadi sia-sia jika tidak ada suatu dorongan kekuatan dari dalam diri sendiri. Artinya bahwa sikap kreatif itu tidak hanya bisa di lakukan oleh orang-orang yang diberikan potensi khusus untuk menjadi orang kreatif saja, tetapi jika sesorang mempunyai semangat untuk bisa melakukan hal yang tiada biasa maka bisa di pastikan orang tersebut adalah orang yang memiliki energi kretifitas tersembunyi yang hanya bisa ditemukan dalam jiwa-jiwa gelisah dan ingin akan tantangan.

Lantas kalau seperti itu, adakah keinginan dalam diri yang lemah ini untuk bisa selalu mengerjakan hal-hal yang baru dengan berlandaskan kepada semangat ingin melakukannya.?

Teringat pada pesan yang telah dikirim seorang sahabat saat diri merasa jenuh dan tak mampu berbuat apa-apa. Katanya :” Hidup itu realistis. Bukan bayang-bayang. Selama kita berjalan dalam realitas, tak patut kita takut dengan bayang-bayang. Sesungguhnya dalam diri tiap manusia itu ada singa, tapi kadang jarang menyadarinya, sehingga seringkali takut ketika menghadapi musuh yang tak bersenjata. Yakinlah atas semua potensi yang ada pada dirimu. Potensi itu mempunyai keunikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh orang lain. Syukurilah potensi yang telah ada.Gunakan potensi dengan maksimal. Yakinlah dengan potensi itu, kita bisa menyambut kesuksesan yang tidak jauh dari kita”. By w-dodo

Akhirnya, hanya keyakinanlah yang mampu menjawab.

Kamis, 02 April 2009

TANGIS MEREKA, TAWA MEREKA

Dkils-Di beranda rumah tersebutlah dua orang anak sedang bermain riang, mengisi kekosongan waktu senggang siang hari.

Mereka tertawa riuh. Geli. Melepas seluruh penat akal pikiran dan tubuh setelah bekerja mencari sesuap nasi untuk makan hari ini dan esok. Menghapus segala beban perasaan.

Seorang wanita tengah baya keluar. Ikut membaur bersama keriangan anak-anak. Ia pun mencoba menanggalkan kesumpekan hati dan pikiran karena dapur tak ada isian. Meretas benang-benang kehidupan miliknya yang tambah kusut, setiap hari. Lantas ia tertawa…. Kencang… Puas…. Sejenak hilang semua beban.

Kedua anak dan dirinya lalu terdiam. Sekian lama membisu dan bingung. Tak lama, dari kejauhan terdengar teriakan-teriakan keras membahana di telinga. Semua orang berhamburan keluar rumah masing-masing. Menyelamatkan diri. Menghindar dari ketidakberaturan dan kekacauan hidup yang datang secara tiba-tiba. Merusak.. Meluluhlantahkan… Menghancurkan… Dan kacau balau… Riuh… Tak terkendali.

Teriakan anak-anak

Longlongan remaja

Caci maki orang tua

Tangis kakek, nenek

Dan doa-doa ibu, bapak, adik, kakak, ketua RT, hansip, ketua pasar, ketua masjid, ustadh kampung

Menghiba dan memelas untuk menahan gempuran.

Tapi sayang, sia…
Wanita setengah baya itu tersadar. Tak ada lagi di sampingnya putra-putri yang imut menggemaskan. Ia terbangun dan lari segera. Mencari dan terus mencari. Ia terjerambab tertabrak manusia-manusia bingung dan panik. Semua menangis. Semua meraung. Semua ketakutan. Dalam pilu, mereka tak berdaya apa-apa. Hanya membawa sedikit barang berharga yang masih tersisa.

Dalam tangisnya, wanita itu berkata:

“Akhirnya…

Tiba juga pada titik keputusasaan

Esok tak ada matahari di nanti

Aku lelah..

Aku akan tidur menunggumu..”

Ia tak sadarkan diri. Sementara sekelilingnya sudah sepi. Wajah-wajah sangar bermuka manis dan tampan hilang dengan membawa petaka.

Mereka tertawa-tawa… terbahak-bahak… tertawa-tertawa… puas….
Esok mimpi menjadi kenyataan, penguasaan lahan “basah” untuk kenikmatan dunia belaka. Berharap diri mendapat kebahagiaan.. kekayaan … dan kejayaan.

##

Kini beranda rumah hilang. Tawa riang anak-anak hilang. Obrolan panjang lebar tak tahu juntrungannya, hilang. Jadi sepi karena musnah. Aroma kopi hangat dan hembusan asap-asap rokok tak lagi bermunculan. Hilang. Entahlah.

Alat berat telah datang. Orang menyebutnya, “kendaraan pemusnah”. Meraung-raung, menyisir, merobohkan tiap bangunan yang berdiri sudah tidak tegak lagi. Dan tentu saja tergambar senyum manis para tuan-tuan pembaca “peta” pembagian pengatuan tata letak bangunan gedung berwajah baru. Yang…

Katanya bertingkat

Katanya lebih bagus dan indah

Katanya tahan banting dari gempa dan bencana

Katanya tempat hiburan

Katanya tempat memanjakan diri, keluarga dan teman

Katanya ruang untuk untuk penggumpul uang

He… he… he….

Selamat datang para pahlawan
Pejuang kemakmuran
Katanya…

He… he… he….

Tapi ingat ..!
Tunggu balasan kemusnahan dari doa-doa korban kedholiman dan penindasan yang telah kau lakukan.

He.. he… he…
Tangis mereka, Tawa Mereka


Selasa, 31 Maret 2009

CAHAYA BULAN

Dkils- Ini adalah puisi yang di bacakan Nicholas Saputra dalam film "Soe-Hok-Gie" beberapa tahun yang lalu.

"Cahaya Bulan"

Akhirnya semua akan tiba pada suatu hai yang biasa

Pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui

Apakah engkau masih selembut dahulu

Memintaku minum susu dan tidur yang lelap

Sambil mmbenarkan letak kerah leher kemejaku

kabut tipis pun turun pelan-pelan dilembah kasih

Lembah Mandalawangi

Kau dan aku tegak berdiri

Melihat hutan-hutan yang menjadi suram

Meresapi belaian angin yang menjadi dingin

Apakah kau masih membelaiku semesra dahulu

Ketika kau dekap, kau dekaplah lebih mesra

Lebih dekat

Apakah kau masih akan berkata:Ke dengar degup jantungmu

Kita begitu berbeda dalam semua

Kecuali dalam cinta

(teks nyanyian)
# Cahaya bulan menusukku
Dengan ribuan pertanyaan
Yang tak kan pernah ku tahu
Dimana jawaban itu

#Bagai letusan berapi
Bangunkan ku dari mimpi
Sudah wakunya berdiri
Mencari jawaban kegelisahan itu

Semoga menjadi inspirasi untuk kita bisa mengenang orang-oang yang mencintai dirikita. Selalu

Jumat, 06 Maret 2009

Pilihan Hidup

dkils- Salam sahabat,

Apa kabarmu? Semoga Tuhan yang kau yakini, selalu ada dan menyertaimu dalam aktifitas-aktifitas kebesaranmu.

Sahabat, Sekarang kita sama berada dalam satu fase dimana jiwa kita ada dalam satu titik sikap yaitu rasa bimbang. Hal ini karena berkaitan dengan tuntutan yang mengharuskan kita untuk bisa memilih jalan hidup yang terbaik diantara yang baik dalam mengarungi masa depan. Masa ini kuanggap masa tersulit yang sama-sama harus kita hadapi demi tercapainya tujuan hidup yang kita rencanakan dan cita-citakan.

Aku misalnya harus berada dalam satu sikap yang sampai - sampai saat ini aku terus dilanda ketidaktahuan dan kebimbangan pilihan.Terbukti, saat ini aku masih tidak tahu apa yang harus aku kerjakan. Aku memiliki banyak kesempatan untuk bisa menunjukkan kapasitasku dalam satu bidang tertentu yang aku yakini sebagai jalan hidupku, namun ternyata fakta berbicara lain. Begitu banyak hal yang hingga akhirnya membuat aku terjebak dalam ketidakpastian, ketidakyakinan, dan ketidakjelasan pilihan jalan hidup.

Sahabat…
Senang rasanya melihat seseorang yang pada masa ini sudah mampu menentukan jalan hidupnya ke depan. Proses yang selama ini mereka jalani dari awal berujung manis ketika melihat kesiapan dan ketaktisan dalam mengembangkan diri berjalan normal apa adanya. Artinya, mereka sudah berani untuk mengambil suatu keputusan terpenting dalam hidup. Termasuk kamu.

Sungguh aku senang melihatnya, meski hati ini sebenarnya sedih dan nangis karena iri tak mampu melakukan hal yang serupa. Keberanian yang Selama ini diharapkan tumbuh, tak kunjung datang. Padahal, bagiku itulah modal utama yang harus segera aku tanam dalam diri.

Sahabat..
Semoga kau senang dengan pilihanmu. Aku berharap apapun yang terjadi kau tetap terus bisa mempertahankan prinsip-prinsip yang selama ini kau pegang. Tentunya aku selalu minta doa dan dukungan agar segera bisa berani menentukan jalan hidupku.

Rabu, 04 Maret 2009

Ambisi Buka Hati

"Ambisi"

Aku haus

Berlari dalam mengejar kepuasan

Entah apa?

Meraba…. Menggais….. mencari……

Sampai melibas

Tak bisa ku hindari

Kebutuhan dan kepuasan rasa

Ingin terus dan lagi

Walau harus sampai menangis

Yang penting dahaga ini terpenuhi

Ah……

Dimana itu

Apa itu

Dan siapa itu ?

Ternyata kau musuhku

Mencoba merebut

Haus…. Itu milikku





"Buka Hati"

Sulit aku buka

Keras

Usaha banyak dilakukan

Tapi tak jelas justru caranya

Bingung tak tahu lagi apa upaya

Menerobos lewat kekerasan
Atau justru butuh kelembutan

Lelah sudah upaya yang kulakukan untuk kali ini. Bukan bermaksud untuk pasrah apalagi berniat untuk menyerah. Tidak. Itu tidak mungkin. Aku percaya masih ada harapan untuk membukanya, meski hanya secuil. Dan itulah harapan yang selalu menjadi semangat dan modalku menghadapi hari

Hari baru telah tiba

Usaha kembali ku coba

Kini tak lupa kuberdoa

Memohon kepada sang penguasa

Tuk bersedia memberikan pencerahan

Juga perlindungan

Lagi. Ternyata lagi. Harus kuhadapi hari yang sama seperti kemarin. Kerja keras dan upaya segala cara yang kulakukan berakhir sia-sia. Jangankan bisa terbuka, terdorong sedikitpun tidak. Sungguh mengecewakan. Menyulut amarahku yang terasa terbakar oleh kegagalan yang berulang. Bukan sekali dua kali, tapi lebih. Sungguh keterlaluan. Sungguh memalukan. Ini sampai kapan?

Bingung sudah kini aku. Tak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Apa yang harus kukatakan pada semua orang yang telah kukabarkan akan kesanggupan untuk membukanya.

Aku malu. Aku gagal.

Esok lusa hari masih ada

Cerah gelap tergantung kita

Harapan akan selalu tiba

Cita akan selalu ada

Bagi orang yang masih percaya

Serta mau berusaha

Ingat …. Coba buka pintu hatimu lagi, dengan sabar dan ikhlas. Yakinlah!

HELLO MAHASISWA

dkils-
Heloo mahasiswa....
musim liburan telah usai,rutinitas kita sebagai calon intelektual kembali akan kita geluti. semoga cita-cita kita untuk menjadi yang terbaik di hari depan dapat terkabul. Namun...

Apa jadinya kalau mahasiswa masih memiliki mental anak-anak SMA, atau juga masih bermental anak SMP, atau yang lebih gawat, apa jadinya kalau mahasiswa masih bermental anak-anak SD. Mental yang masih ingin banyak bermain, bermanja-manja ria, belum peduli dengan lingkungan sekitar, belum berpikir kritis dan masih banyak lainnya. Tentu kita akan kesulitan membayangkannya. Tapi inilah yang terjadi di kampus hijau pembaharu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Meski tidak semua, tapi ternyata banyak sekali mahasiswa yang tidak sadar atau juga sadar bahwa sosok mereka belum berubah dari wujud “sebelumnya” .

Oke … pada kesehariannya, penampilan dan gaya mereka bisa disebut tidak lagi sebagai siswa tetapi sudah mahasiswa. Tapi sayang, perubahan penampilan dan gaya mereka dari siswa ke mahasiswa tidak diikuti dengan perubahan mental dan cara berfikir mereka. Akibatnya, sekarang yang ada di UIN Syahid adalah siswa-siswa yang berpakaian bebas bukan lagi mahasiswa yang katanya sebagai agent of change. Mau bukti …?

“Mahasiswa dan kualitas-kualitas yang dimilikinya menduduki kelompok elit dalam generasinya. Sifat kepeloporan, keberanian dan kritis adalah cirri dari kelompok elit generasi muda, yaitu kelompok mahasiswa itu sendiri. Sifat kepeloporan, keberanian, dan kritis yang didasarkan pada objektifitas yang harus diperankan oleh mahasiswa bisa dilaksanakan dengan baik apabila mereka dalam suasana benar, merdeka, demokratis, objektif dan rasional. Sikap ini adalah progressif sebagai cirri dari seorang intelektual. Sikap mental tersebut akan melahirkan sikap-sikap kepeloporan, keberanian, dan kritis yang didasari atas kejujuran, keadilan, dan objektivitas” (Modul LK 1 HMI: h. 45)

Dulu ketika UIN masih berstatus sebagai IAIN, banyak mahasiswa yang mengerti akan siapa sebenarnya dirinya. Sehingga mental-mental progressif sebagai mahasiswa berkembang dan menjalar pada masing-masing individu. Terbukti berapa banyak sarjana-sarjana IAIN yang sekarang bisa merasakan hasil dari sikap kepeloporan, keberanian dan kritis yang mereka suarakan dan kembangkan ketika menjadi mahasiswa.
Sementara mahasiswa UIN yang ada sekarang ini adalah mahasiswa yang bermentalkan pengikut, pengecut dan pendiam terhadap keadaan dan situasi di sekitar. Layaknya masih seorang siswa, mahasiswa sekarang hanyalah pemuda-pemudi yang suka nongkrong, no-math (nonton bioskop), gaul, keluyuran kesana-kesini, pacaran ngga ada waktunya, dan masih banyak lagi sikap yang tidak bisa mengindentitaskan bahwa dirinya adalah termasuk golongan elit pada masanya.

Entah karena terbawa oleh bentuk bangunan dan gedung kampus yang super mewah (terkesan mirip hotel) atau karena memang perkembangan zaman dan teknologi yang tidak bisa dibendung, atau juga karena memang terbawa sisstem kampus yang beredar gossip ingn menciptakan mahasiswa-mahasiswa penurut dan pendiam atas kebijakan-kebijakan yang ada baik pada intern kampus maupun extern kampus.
Entahlah ….. ???!!!

Yang pasti, fakta memperlihatkan bahwa mahasiswa UIN sekarang tidak lagi “Ngeh/melek” terhadap situasi dan kondisi yang ada. Mereka hanya bisa berfikir bagaimana nilai akademis bisa berjalan lancar dan baik sehingga selesai sesuai target. Tidak banyak jiwa -jiwa resah yang membuat mahasiswa menjadi pelopor dalam menciptakan ide-ide kreatif dan inovatif. Tidak banyak sekarang mental-mental kritis untuk menolak segala kebijakan-kebijakan yang tidak lagi sesuai dengan kebenaran, tapi justru menyengsarakan.

Belum banyak terlihat sekarang, mahasiswa-mahasiswa berkumpul untuk berdiskusi dan memecahkan masalah. Justru yang ada hanyalah mahasiswa-mahasiswa berkumpul untuk saling curhat masalah pribadi, dan lebih ironis berkumpul hanya untuk membicarakan masalah gossip artis, film baru, life style, dan segala tetek bengek yang kurang terlalu penting untuk dibahas.

Inikah cirri-ciri kelompok elit dalam generasinya? Tentu saja tidak !
Mengetahui dan menyadari hal ini, tentu membuat kita malu dan tidak pantas menyandang prediket sebagai mahasiswa. Tetapi bukan berarti kita sudah tertutup dan terlambat untuk mengubah dan mengidentitaskan diri sebagai mahasiswa yang benar-benar berfungsi sebagai kelompok elit dalam generasinya yang mempunyai sikap kepeloporan, keberanian, dan kritis terhadap apa yang ada dihadapan kita.
Mulai sekarang, ayo kita mulai. Menajdi pelopor agar jiwa-jiwa resah dan gelisah tumbuh dan berkembang dalam kampus. Tidak ada kata “tidak bisa” dalam kampus. Tidak ada lagi kata “tidak mungkin”. Tidak ada kata “dilarang”. Jadikan kampus benar-benar sebagai wadah kita dalam mengexplorasikan jiwa dan tubuh kita sebagai jiwa-jiwa pemuda penerus bangsa yang kreatif dan cerdas dalam menciptakan “karya” dengan tetap mencirikan Islam sebagai agama kita. Tidak ada yang lain. Kitapun harus berani dan kritis terhadap apa-apa yang bertentangan dengan apa yang seharusnya bisa kita lakukan.Jangan takut dan jangan diam. Kita harus bertekad, bahwa mahasiswa harus berani. Berani untuk menegakkan kebenaran dan menolak segala kemungkaran. Tidak boleh lagi terbesit di dalam hati rasa minder, takut dan mau lari dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah. Itulah mahasiswa

Kita tidak mau disamakan dengan bebek dan ikan mujair yang mudah untuk digiring dan hanya bisa nurut dan manut apa kata atasan. Kritislah !! jangan hanya diam dan menganguk. Kita bukan lagi tercipta sebagai boneka-boneka yang hidup atas kemauan tuan yang tidak bertanggung jawab. Jiwa kritis dan aktif modal bagi tumbuhnya jiwa-jiwa resah dan pemberani.

Semua akan terasa indah jika semua itu dapat berjalan baik dan sesuai dengan suasana yang benar, merdeka, demokratis, dan rasional yang juga berlandaskan atas kejujuran, keadilan dan objektifitas.
Ingat….

Saya, kamu dan kita semua telah diamanahkan sebagai seorang mahasiswa yang berperang sebagai agent of change dalam kehidupan bermasyarakat. Kepercayaan ini jangan disia-siakan. Kepercayaan ini jangan sampai disalahgunakan. Masyarakat sudah menunggu kehadiran kelompok elit yang berjiwa resah, kritis dan punya sifat keberanian sehingga tercipta kehidupan yang lebih baik. Bukankah ini suatu kebanggaan? Semoga ini menjadi renungan.

Selasa, 24 Februari 2009

Perubahan Identitas

dkils- Pagi baru membuka diri, seperti pagi hari-hari sebelumnya!
Inilah keabadian perjalanan dan perubahan waktu: matahari terbit perlahan-lahan, tapi pasti, seusai kokok ayam bersahutan dengan suara azan, selepas suara-suara serangga senyap yang kemudian disusul oleh munculnya cericit-cericit para burung dari sarang dan terbang melayang-layang.

Matahari yang terbit itu adalah matahari yang itu-itu juga, merah darah dan kuning keemasan berbaur menjadi satu. Berkas-berkas sinarnya perlahan-lahan seperti mencucuk kabut tebal, yang diam-diam menipis dan semakin menipis, seperti luruh keatas permukaan bumi-atau menguap ke cakrawala: lalu terbukalah pagi yang baru
Dan aku bangun seperti hari-hari biasanya. Walau kali ini sahabat …..

Aku berada dalam diri Suriyadi yang memiliki identitas beda. Memang belum resmi. Tapi perubahan status itu membuat diri harus bisa menjadi sebagaimana yang telah tercita-citakan selama ini. Tapi ini kurasakan sebagai beban yang luar biasa menakutkan. Rupanya, aku belum terlatih untuk memiliki mental kuat menghadapi suatu perubahan yang sewaktu-waktu datang.

Sahabat …
Malam sebelum pagi datang mengubah identitasku, aku berada dalam kegamangan pikiran. Semuanya serba kalut. Beragam khayal melintas ruang pikiran akan kejadian esok hari. Keadaan yang malam itu dingin karena datangnya hujan, terasa panas oleh kemelut pikiran. Aku dibuatnya gelisah. Serasa matahari berada tepat diatas kepala. Gerah. Tak enak makan juga tiduran. Aku dibayangi hantu ketakutan diri menghadapi hari esok. Sungguh !

Sahabat…
Kau datang dengan deretan untaian kata. Memberi semangat dan motivasi untuk menghadapi hari esok dengan santai dan tenang. Aku pun jadi tenang. Aku mulai menyadari dan mengerti tentang kondisi jiwaku. Segera ku berlari menuju sang penguasa alam tuk mendendangkan kalimat-kalimat pujian. Ini kok tumbenan ? biarlah, toh aku berharap menuju kedamaian menuju esok hari. Dan kutemukan itu.

“Oh Tuhan, sungguh aku tidak sanggup menahan ini semua, berilah aku kekuatan untuk dapat menjalaninya dengan baik dan menjadi yang terbaik esok hari” Amin.

Minggu, 22 Februari 2009

Mimpi Pengajian Nurul Muslimat (Bag. 2)

Dkils- Ini merupakan lanjutan tulisan dari mimpi pengajian Nurul Muslimat sebelumnya. Tapi saya tak tahu harus menulis dari mana. Saya ingin menceritakan suatu pengalaman berharga. Sangat berharga. Khususnya buat saya.

Dulu hati saya tidak pernah tersentuh untuk menjadi seorang pengajar. Padahal basic akademis saya adalah cikal bakal menjadi seorang pengajar. Namun semua jadi berubah ketika saya telah membaca dua novel maha dahsyat (Toto Chan dan Lasykar Pelangi) yang mampu menyihir para pembaca di seluruh Indonesia, khususnya bagi kalangan pendidikan. Saya akhirnya tergerak untuk melangkah mengabdikan diri kepada masyarakat dengan berkecimpung pada majlis ta’lim Nurul Muslimat untuk menciptakan bibit-bibit generasi muda yang kelak menjadi pemimpin baik untuk agama ataupun bangsa dengan memberikan ilmu pengetahuan dan ketrampilan kepada peserta didik.

Majlis ta’lim Nurul Muslimat telah ada sejak saya masih berusia anak-anak. Majlis ta’lim ini bergerak dalam bidang pengajian ibu-ibu dan anak-anak serta pemberian santunan yatim. Dan saya sekarang menjadi bagian di dalamnya dengan menjadi salah satu pembimbing pengajian Nurul Muslimat pimpinan Ustadzah Hajjah Umi Qomariah yang beralamatkan Kp. Pitara RT 03 RW 16 Kel/Kec. Pancoran Mas Depok Jawa Barat.

Alasan saya mau menjadi pembimbing adalah karena Ustazah Umi Qomariah memberikan kebebasan kepada saya untuk mengekspresikan atau menjalankan majlis ta’lim untuk anak-anak sesuai dengan apa yang saya inginkan. Artinya semua kebijakan terkait pengajian anak-anak saya yang membuat dan bertanggung jawab. Dan dengan membaca bismillah maka saya memulai menjadi pembimbing dengan langkah pertama, merubah system pengajian yang telah berjalan sesuai dengan mimpi saya untuk mendidik anak-anak ala novel Toto-Chan dan Lasykar Pelangi
Pengajian berjalan rutin setiap hari dari pukul 17.15 s.d 20.00 (pada jam normalnya). Saya membimbing sebanyak 26 anak-anak yang berumur dari 5 - 13 tahun. Dalam proses pembelajaran saya membagi mata pelajaran dalam dua bagian. Yaitu mata pelajaran rutin berisi materi ajar pengajian (Baca iqro dan Quran), Fiqih, Aqidah Akhlak, Membaca dan Cerita, Tajwid, Game dan Latihan doa, serta Menulis. Dan mata pelajaran Extrakurikuler meliputi materi ajar: Olah Raga, Pembuatan Madding, Muhadhoroh, dan Penelusuran bakat dan hobby meliputi menyanyi, menari, latihan tulis Arab (khat), bertanam, dan belajar musik. Untuk mata pelajaran extrakurikuler diadakan selama hari minggu secara bergiliran. Terkadang juga saat ada libur tanggal merah.

Begitupun halnya dalam pengajian ini saya membuat ketentuan adanya kepengurusan sebagai langkah untuk memperkenalkan cara berorganisasi, jadwal piket demi terbinanya rasa tanggung jawab terhadap lingkungan pengajian dan pembayaran uang kas dengan tujuan belajar untuk mempersiapkan sesuatu jika terdapat kebutuhan.

Saya sudah berjalan satu tahun bersama pengajian majlis ta’lim Nurul Muslimat. Terasa sangat bahagia saat ternyata saya mampu untuk istiqomah bersama anak-anak dalam belajar dan bermain. Beragam hambatan dan kesulitan memang resiko yang harus dijalani. Tapi tak sedikit kelebihan atau katakanlah keuntungan kita peroleh terutama dalam mengembangkan diri di bidang dakwah.

Harapan saya, semoga majlis ta’lim Nurul Muslimat menjadi cikal bakal tumbuhnya majlis talim pengajian untuk anak-anak yang tidak hanya sekedar sebagai wadah untuk menyediakan anak-anak bisa mengaji al-Quran saja. Tapi lebih dari itu. Majlis ta’lim harus bisa lebih memberikan sarana dan fasilitator agar bisa menghasilkan peserta didik yang agamis, cerdas dan unggul dengan memiliki kemampuan akademik terampil dan pribadi yang kuat baik secara agama maupun umum.

Hal ini berlandaskan fakta bahwa kita sama-sama maklumi, kebanyakan dari majlis ta’lim yang ada di kampung hanya memberikan sarana untuk belajar mengaji. Atau sedikit menambah pengetahuan tentang agama. Mungkin mereka berfikir, karena sudah ada lembaga lain dalam menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan peserta didik yaitu sekolah formal.

Saya sepakat untuk alasan itu. Tapi bagi saya, akan lebih baik juga lembaga pendidikan nonformal seperti majlis ta’lim juga diupayakan sebagai jembatan menciptakan kepribadian peserta didik yang memiliki keluhuran moral, kedalaman spiritual, kecerdasan intelektual, dan keterampilan hidup untuk di masa mendatang. Kalau sudah seperti itu, yakinlah bahwa anak-anak kita akan terjamin hari depannya menuju kebahagiaan yang haqiqi.

Sebelum saya menutup tulisan ini, perlu kiranya saya beritahukan kepada para pembaca bahwa saya ingin membuat perpustakaan untuk anak-anak demi menciptakan budaya membaca pada usia dini. Oleh karena itu, apabila ada dari para pembaca sekiranya ingin membantu saya untuk menciptakan mimpi saya memiliki perpustakaan untuk anak-anak, agar bisa membantu melalui alamat yang tadi telah tertera di atas (paragraph 3). Begitupun halnya jika ingin memberi kritik dan saran atau sharing demi kemajuan pengajian Nurul Muslimat, kami harapkan kerjasamanya untuk mengisi kolom komentar. Terima kasih

Mimpi Pengajian Nurul Muslimat (Bag 1)

Dkils- Mungkin kita sama-sama tahu bahwa belakangan ini kita telah menggandrungi novel fenomenal berjudul “Lasykar Pelangi” karya Andrea Hirata yang dipersembahkan untuk seorang guru tercinta bernama Ibu Muslimah yang telah menjadi actor dibalik kesuksesan anak didiknya selama mengikuti pelajaran di sekolah Muhammadiyah. Khususnya pada tempo dulu (Angkatan Andrea Hirata).

Novel itu menceritakan sosok seorang guru yang dengan keikhlasannya beliau mengajar dan mendidik Andrea dan kawan-kawan. Padahal, situasi dan kondisi saat itu, bisa dibilang amat sangat memprihatinkan kalau dilihat dari sisi lembaga pendidikan. Tapi berlandaskan semangat dan cita-cita untuk memajukan peserta didiknya dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan akhirnya cita-cita ibu Muslimah bisa terwujud.

Tidak jauh beda dengan novel Andrea Hirata. Di Jepang sebelumnya juga telah muncul novel berbalut cerita nyata seorang murid yang menggambarkan perjuangan dirinya dan kepala sekolahnya dalam menggapai cita-cita murni menjadi orang berhasil dalam Novel berjudul “Toto-Chan:Gadis Cilik di Jendela” karya Tetsuko Kurayanagi. Dalam novel ini mengisahkan secara panjang kisah perjalanan sang penulis yang mempunyai panggilan Toto-Chan saat anak-anak beserta teman-teman dan kepala sekolah yang berputat dalam lembaga pendidikan bernama Tomoe Gukuen.

Tomoe gukuen didirikan pada tahun 1937 oleh Mr. Kobayashi (kepala sekolah) yang juga menjadi salah satu tokoh utama dalam novel ini. Letaknya di Tokyo Tenggara. Tiga menit jalan kaki dari stasiun Giyogauka di jalur Tokyo. Sekolah ini terbakar hangus pada tahun 1945 dan setelah itu tak ada lagi. Sementara Mr. kobayashi meninggal dalam usia 69 tahun dan belum sempat mendirikan sekolah yang lain.

Saya tidak berbicara lebih jauh bagaimana isi kisah para tokoh dalam novel tersebut. Tapi di sini saya mencoba memberi catatan tentang novel tersebut yang memberikan wacana baru bagi saya atau katakanlah inspirasi untuk bisa memiliki sekolah (Lihat Bag. 2) sebagaimana yang pernah ada di Tomoe Gukuen.

Di catatan akhir novel, sang penulis alias Toto Chan mencoba menjelaskan metode pendidikan yang diterapkan oleh Mr. Kobayashi. Bagi Mr. Kobayashi, dia yakin setiap anak dilahirkan dengan watak baik, yang dengan mudah bisa rusak karena lingkungan mereka atau karena pengaruh-pengarauh buruk orang dewasa. Mr. Kobayashi berusaha menemukan “watak baik” setiap anak dan mengembangkannya agar anak-anak tumbuh menjadi orang dewasa dengan kepribadian yang khas.

MR. Kobayashi sangat menghargai segala sesuatu yang alamiah dan ingin agar karakter anak-anak berkembang sealamiah mungkin. Dia juga sangat mencintai alam dan musik.

Di sekolah ini, dia mempraktekan kurikulum yang cukup bebas untuk mengembangkan kepribadian setiap anak dan membangkitkan harga diri mereka. Tempat pembelajaran diberikan dalam suasana bebas. Pelajaran diberikan pada pagi hari. Setelah istirahat siang, waktu digunakan untuk berjalan-jalan, mengumpulkan tanaman, menggambar sketsa, menyanyi atau mendengarkan cerita-cerita dari Guru atau Kepala sekolah. kemudian para peserta didik (anak kecil) diberikan pengaruh yang tepat oleh orang dewasa, sehingga akan bisa menjadi pribadi yang pandai menyesuaikan diri dengan orang lain. Jumlah peserta didik tidak banyak, maksimal hanya 50 anak-anak. Tidak boleh lebih.

Mr. Kobayashi sering berkata kepada Guru taman kanak-kanak agar tidak mencoba memaksa anak-anak tumbuh sesuai bentuk kepribadian yang sudah digambarkan. “Serahkan mereka kepada alam,” begitu katanya. “Cita-cita mereka lebih tinggi dari pada kalian”

Inilah sebuah pelajaran penting dari perjalanan Toto-Chan beserta kepala sekolahnya Mr. Kobayashi dalam merangkai tali-tali semangat dan dedikasi untuk memajukan anak bangsa dalam meraih ilmu pengetahuan dan keterampilan demi terwujudnya masa depan yang cerah dan gemilang.

Kamis, 19 Februari 2009

Goyang Aneh

Dkils- Fenomena adanya goyang dangdut sensual akhir-akhir ini, memang terbukti merupakan salah satu daya pikat untuk bisa menghasilkan uang bahkan ketenaran. Itulah kesimpulan yang bisa saya berikan ketika secara langsung menyaksikan “goyang dangdut aneh (sensual)” dalam rangka menghadiri dan memeriahkan ulang tahun salah satu club motor yang ada di Tanggerang.
Berawal dari undangan yang secara mendadak ke sekret, akhirnya jam 21.30 saya beserta empat orang kawan berangkat menuju Ciledug tepatnya di Kafe Distro. Di pertengahan jalan, sudah menunggu seorang kawan yang juga ingin ikut berpartisipasi.

Perjalanan di malam hari memang sungguh mengasyikan. Udara panas yang biasa menyerang di siang hari, kini tak terasa. Debu yang biasa beterbangan bebas, juga tampak tak terlihat, meski sebenarnya juga beterbangan bebas, mengotori setiap wajah yang tak terlindung dengan benda apapun. Kemacetan hilang? Tidak juga. Meski kadar ukuran jauh lebih sedikit jika dibandingkan kita berjalan di siang hari. Sekedar informasi, untuk di daerah Tanggerang, jika ingin menghindari daerah yang pasti membuat kita terjebak macet adalah daerah jalan ruas pasar Cipulir. Hal ini karena begitu banyaknya para pedagang yang menumpuk di pinggir jalan untuk menjajakan barang dagangannya. Selebihnya, kalau kita berjalan pada malam hari, menuju daerah Ciledung di jamin lancar.

Pukul 22.00 kami tiba di tempat tujuan. Berbagai club dan community motor sudah tampak dan ramai di arena acara ultah. Kebanyakan adalah club dan community daerah Tanggerang dan Jakarta. Sementara Depok, dengar-dengar hanya club kami yang di undang. Di panggung acara, terlihat acara hiburan sedang berlangsung. Rupanya, acara ceremonial sudah berlangsung beberapa jam yang lalu. Kami terlambat. “Ngga apa-apa, yang penting sudah datang” kata salah satu panitia. Di depan panggung, beberapa anngota dari club/community sedang asyik duduk lesehan bercengkrama sambil sesekali meniuap asap shisa yang sudah di persiapkan oleh panitia. Dengan sekali sedot, maka akan keluar banyak asap yang beraroma beda dengan jenis rokok (tembakau). Nikmat !!!

Kami asyik berdiri di samping meja registrasi para tamu, dengan sesekali menggoyangkan badan menikmati alunan musik dangdut yang di sediakan oleh para panitia. Terlihat, biduan-biduan cantik nan seksi sedang asyik menyanyi dan ada yang sambil menunggu giliran. Enak suaranya. Apalagi dengan goyangannya. Semua asyik dengan suasana ini. Sang biduan mulai memancing para penonton untuk berjoget bareng dengan imbalan uang sawer. Gayung bersambut, beberapa penonton naik ke panggung dan bergoyang ria. Sesekali, sang biduan berjalan mengunjungi para penonton yang menyawer dari tempat duduknya. Riuh. Ramai.

Seiring berjalannya waktu, rotasi untuk para biduan bernyanyi berjalan. Tepat pada biduan yang berpakaian paling seksi diantara biduan yang lain. Panggung yang tadinya berisi ia seorang, kini jadi tumpah ruah oleh para bikers yang ingin berjoget bareng dengan melakukan penyaweran berulang-ulang, berharap dapat joget bareng dan sang biduan melakukan gerakan tarian yang erotis.

Penonton semakin banyak berada di atas panggung. Uang pun semakin berlimpah di tangan. Sang biduan, tampak bergoyang semakin hot. Gerakan-gerakan yang bisa di bilang “aneh” untuk ukuran goyangan, tampak jelas di kedua mata, yang juga ikut asyik menikmati, meski dari jarak yang jauh. Tidak puas penonton dengan hanya satu biduan diatas panggung, tiga biduan yang sedang asyik duduk istrirahat menanti giliran, di tarik untuk bergoyang ria bareng dengan para bikers. Kami tersenyum. Bahkan dua kawan kami, ikut berpartisipasi langsung dalam pesta goyang ini. Terlihat jadi ada empat kelompok “grup goyang” dengan masing-masing berjoget ria bebas sambil nyawer. Luar biasa !

Keadaan jadi kacau. Sang biduan “paling seksi” terdengar berulang kali menyanyi dengan sesekali mengeluh dan mengaduh. Maklum saja, hanya dia yang paling banyak di perebutkan oleh para maniak “goyang aneh”. Diujung kanan kiri panggung, para bikers masih asyik bergoyang. Kami pun pindah dan duduk manis di lesehan yang jadi sepi karena di tinggal para bikers untuk ikut berjoget dan menyawer. Kami menyaksikan ini semua dengan mencoba menghisap shisa yang ada di meja kami. Tak terkesuali aku. Awalnya aku merasa eneq, karena aroma yang tercium adalah wangi bau strawberry, sementara aku kurang suka dengan bau wewangian. Tapi setelah memberanikan diri untuk mencoba, ternyata benar memang enak. Kami jadi berulang kali untuk menghisapnya. Nikmat bener !

Pesta goyangan akhirnya di akhiri. Rupanya panitia tidak mau mengambil resiko jika acara goyang bareng ini di lanjutkan. Tampak para bikers kecewa. Sementara sang biduan, terlihat kelelahan dengan mengusap keringat yang telah membanjiri tubuh seksi dan mulusnya. Aku jadi terpana. Jujur saja, aku di buatnya kepayang. Tidak bergoyang saja ia amat menantang, apalagi tadi ketika bergoyang. Aku jadi geleng kepala. Pusing tidak ada saluran. He..he..

Singkat cerita, akhirnya acara ini ditutup dengan datangnya dua orang anggota kepolisian dari kota Tanggerang. Semua kecewa. Maklum sang biduan paling seksi lagi meneruskan aksinya, yang tadi sempat tertunda. Kami pun siap melangkahkan kaki untuk menuju secret dengan segudang cerita buat kawan-kawan lain yang tidak ikut. Sebab, di samping cerita “goyang aneh” tadi, ada cerita menarik pada acara ini. Yaitu kami pulang dengan tidak tangan kosong. Tapi kami membawa oleh-oleh yang didapat dari doorprize yang diberikan panitia. Tidak tanggung-tanggung, kami sabet semua nomor doorprize di tangan kami. Kami dapat gelas mug, rompi dan helm.

Di perjalanan pulang, terlintas dalam benak, jawaban dari pertanyaan yang selama ini bersembunyi dalam otak. Kenapa banyak para biduan khususnya para penyanyi dangdut yang berani mengobral tubuhnya dalam goyangan-goyangan “aneh” ketika sedang asyik bernyanyi menghibur para penonton?

About ME

Dkils- Jatuh bangun aku membangun kepribadian. Sudah tak terkira berapa banyak cobaan yang harus aku hadapi. Satu waktu aku menemukan keceriaan, tapi lain waktu justru kegetiran yang ada. Memang hidup harus adil, begitu kata orang bijak. Ketika keceriaan datang, seolah aku adalah orang yang paling bahagia karena mampu melepaskan beban hidup berat sekali. Dan ketika kegetiran itu harus aku temui, seolah hidup begitu kejam pada diriku. Oh…. Nasib!!
Jiwa ini yang begitu lemah selalu kalah oleh ego yang membawa kepada pemikiran sempit. Mungkin hanya aku saja sampai saat ini yang akal pikirannya terbelenggu dalam ruang kamar yang sempit. Sementara kawan-kawan seangkatanku telah pergi jauh melalang buana mencari tentang arti kehidupan yang sebenarnya demi akan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat.

Ada seorang kawan yang dengan tekun dan gigih mengembangkan diri menuju kesuksesan hidup dalam bidang musik dan kesenian. Baginya hidup tanpa kedua itu bagai kehampaan yang mendalam. Hari-hari dilalui dengan terus berkarya dan berkarya tiada henti. Tak ada kata lelah atau bosan meski sesaat. Semua demi keduanya.

Ada lagi seorang kawan yang terus berproses menuju kedewasaan diri dalam indahnya berorganisasi. Sosok yang tidak jauh berbeda dengan kawan yang pertama dalam keuletan dan kesungguhan serta sikap kerja keras mengerjakan sesuatu yang sudah menjadi pilihan hidup. Kedisiplinan menjadi modal utama di samping sikap kepercayaan diri yang amat tinggi. Baginya kalau bukan sekarang kapan dia akan bisa (lebih jauh kedua sosok ini akan di bahas dalam kawan/sahabat/orang tua/guru Ku)

Keduanya sosok ideal bagiku untuk ukuran pemuda jamannya pada bidang masing-masing. Pemuda yang selalu ingin bergerak demi perubahan, minimal untuk diri sendiri. Tak ada keraguan dalam diri ketika terpatri di dalam dadanya pilihan hidup. sikap-sikap sebagai seorang ksatria tumbuh bersama berjalanya waktu pengembangan diri. Sehingga ketika tiba waktunya, maha karya besar tercipta dari hasil proses perjalanan yang amat panjang dan melelahkan. Segala sesuatu yang telah banyak dikorbankan terbayar sudah meski memang tak semuanya. Kini yang ada tinggalah senyum sambil menikmati buah yang telah matang dan siap dinikmati.
Ada lagi satu sosok kawan yang juga mampu membangun karakter diri menjadi sosok kuat, pantang menyerah dan selalu menerima apa adanya bagi diri sendiri. Semua dijalaninya melalui proses yang berliku, yang bagi seseorang tak punya semangat dan tujuan hidup pasti akan sulit untuk meraihnya.

Ketiga contoh kawan diatas adalah nyata dan benar adanya terjadi di tengah-tengah kehidupanku. Aku merupakan saksi hidup bagi perjalanan mereka dalam menggapai cita-cita. Sebaliknya, mereka adalah saksi hidup di mana aku adalah orang yang masih bingung untuk menentukan masa depan meski selalu menjadi sang pemimpi. Hanya saja yang jadi masalah bagi diriku saat menjadi sang pemimpi, aku masih belum menemukan kekuatan untuk menyakinkan atas pilihanku untuk bermimpi sebagimana yang aku cita-citakan.

Kini, entah karakter apa yang tercipta olehku di masa proses diri mulai membutuhkan sebuah tantangan untuk mejadikan hal nyata dalam hidup. Pada dasarnya aku ingin menjadi diri dalam diriku. Aku ingin mencoba melepaskan bayang-bayang ketiga sosok yang terus memburu dan menghantui diri untuk menjadi sepertinya. Teringat tulisan Ahmad Wahib tokoh HMI pada masa awal-awal kemerdekaan dalam buku hariannya, yang saya gubah (tapi tidak pada esensinya):
"Aku bukanlah seorang Indra Munawar, bukan M. Fathul Arif, bukan Khumaidi, bukan Agus Kurniawan, bukan pula yang lain-lain. Bahkan…. Aku bukan Suriyadi. Aku adalah me-Suriyadi. Aku mencari dan terus menerus mencari. Menuju dan menjadi Suriyadi. Ya, aku bukan aku. Aku adalah meng-aku, yang terus menerus berproses menjadi aku. Aku adalah aku, pada saat sakratul maut !!!"

Aku mau ini menjadi modal kekuatan dan inspirasi bisu untuk menyemangatiku dalam mencari diri. Memang tidak mudah, sebab sudah berapa kali aku merasa kalah. Kalah oleh diri sendiri, dalam kepesimisan hingga menimbulkan sikap malas dan tak percaya diri, akibatnya aku masih terombang ambing dalam ketidakjelasan tujuan hidup.
Menuju yang lebih baik dan berguna bagi semua.

Awal ini adalah kesadaran

Awal ini adalah pengorbanan

Awal ini adalah keoptimisan

Dalam merangkai tujuan hidup

Menuju yang lebih baik dan berguna bagi semua

Amin

Pengikut

S e l a m a t D a t a n g di Cielung Dkils

TAMU "Gelisah"

free counters