Jumat, 31 Maret 2023

Gegap Gempita Piala Dunia Usia 20

sumber gambar; kompas.com

D'kils- Gegap gempita piala dunia usia 20 sudah di mulai. Semuanya ramai membicarakan. Di sekolah, rumah, masjid, warung, terminal, apalagi di media sosial. Serentak pembahasan tentang piala dunia usia 20 yang akan berlangung bulan Mei di Indonesia. Sayangnya, rencana tinggalah rencana. Bagi orang yang beriman beranggapan bahwa apa yang kita lakukan atau usahakan semuanya tetap bergantung kehendak Tuhan.

Siapa yang menduga, jelang pengundian group dan satu bulan lagi pelaksanaan piala usia 20, justru terjadi hal yang menyakitkan bagi para pecinta sepak bola terutama timnas usia 20. Pembatalan dari pihak FIFA berlandaskan penolakan beberapa elemen tentang keikutsertaan negara Israel (belum pasti alasannya). Ada juga yang mengaitkan alasan pembatalan karena tragedi Kanjuruhan.

Entahlah...

Yang pasti gegap gempita kali ini sungguh mengecewakan berbagai pihak.

Ibarat calon pengantin yang sudah siap melaksanakan pesta pernikahan, tiba-tiba dibatalkan oleh salah satu pihak. Padahal persiapan sudah matang dan berlangsung lama. Sangat menyakitkan hati. Pasti akan membutuhkan waktu  lama untuk penyembuhan luka hati.

Saya saja yang sebatas penikmat sepak bola, merasa dongkol cenderung kesal ke beberapa pihak yang saya anggap menyebabkan batalnya ajang piala dunia usia 20 di Indonesia. Ini sudah berjalan 3 hari. Tentu akan lebih menyakitkan bagi pihak panitia, sponsor, pemerintah, terlebih pemain-pemain timnas.

Apakah masih ada keajaiban untuk Indonesia tetap menjadi tuan rumah piala dunia U 20? 

Wallahu a'alam

 

Rabu, 29 Maret 2023

Menjadi Jurnalis Idealis atau Zona Nyaman?

Pelatihan hari terakhir (dokumen pribadi)

Dkil's- Di suatu waktu saya pernah mengikuti sebuah pelatihan jurnalistik di sebuah lembaga pendidikan yang berada di kota Depok, tepatnya di pondok pesantren Al-Hamidiyah. Pak Abdul Kholis selaku mentor pada kegiatan kali ini mengawali pelatihan dengan senam logika. Beliau memberikan sebuah cerita yang perlu dibedah dan dijawab oleh peserta khusunya para santri.

Di sebuah hutan seluruh penghuni mengadakan pertemuan di rumah Raja hutan yaitu Singa. Yang terakhir datang adalah 9 ekor kancil. Namun sebelum datang mereka harus melewati sungai yang di dalamnya terdapat buaya-buaya yang siap menerkam siapa saja yang melewati sungai.

Pertanyaannya, "Bagaimanakah cara 9 Kancil melewati sungai dengan aman untuk bisa sampai ke rumah Singa?"

Begitulah kurang lebih isi cerita dari Pak Abdul Kholis untuk memancing peserta pelatihan berfikir, main lagika.

Bagi Dewan Guru mungkin ini pertanyaan biasa, tapi tidak bagi santri tentunya. Lumayan lama bisa melihat dua anak santri putri untuk mencoba menjawab. 

Santri putri pertama, gagal menjawab. Kurang percaya diri untuk mengeluarkan jawaban yang dimiliki. Santri putri kedua, mampu menjawab dengan betul permainan logika tersebut. Ia pun mendapatkan hadiah dari Pak Abdul Kholis.

Pelatihan kali ini berlangsung santai bahkan cenderung membosankan karena hanya mendengarkan penjelasan retorika terkait materi dasar- dasar jurnalistik dan kode etik jurnalistik.

Pelatihan mulai mengasyikan saat dibuka sesi tanya jawab. Pertanyaan-pertanyaan berbobot pun muncul dari peserta pelatihan yang berasal dari para guru. Salah satunya pertanyaan, sebaiknya saat kita menjadi seorang Jurnalis, tipe apa yang ideal untuk dilakukan? idealiskah atau Jurnalis yang asyik di zona nyaman? maksudnya hanya menulis berita di kantor, gajian, lalu selesai. Kalau diibaratkan anak kuliah mungkin disebut KUPU-KUPU (Kuliah-Pulang).

Memang tidak dipungkiri. Sekarang ini media sangat banyak sekali. Terutama media online. Menulis berita tidak lagi menjadi sesuatu yang berat. Semua orang bisa bebas menulis apa yang dilihat baik secara langsung maupun dari sumber tak langsung.

Misalnya sekarang banyak kita temukan media yang menulis berita hanya berdasarkan cuitan dari twitter, atau melihat video di instagram atau youtube. Tanpa lagi mengkroscek secara langsung kepada narasumber.

Bahkan di media online pun kita bisa melihat berita-berita yang secara kode etik jurnalitik salah (Cenderung cabul/vulgar dan sadis dalam menulis berita). Misalnya judul yang terlalu bombastis dan vulgar. Ini tentu sangat menyedihkan.

Tak jarang kita juga sering menemukan tulisan yang mengarah kepada berita hoak atau bohong. Menggiring pembaca untuk mengikuti alur cerita yang dibuat oleh sang penulis berita. Terlepas dengan motivasi tujuan dari penulis.

Karenanya selaku penulis pemula, sudah selayaknya belajar untuk mengikuti kaidah penulisan berita yang sesuai kode etik penulisan. Ini tentu dengan harapan, pembaca kelak memperoleh informasi secara benar dan mencerahkan sehingga bisa menciptakan kehidupan lebih baik.

Selasa, 28 Maret 2023

Ramadhan Datang Emak Kecelakaan

Dokumen Pribadi

Dkils- Bulan ramadhan selalu dinantikan kehadirannya oleh umat muslim di manapun berada. Semua menyambut dengan penuh suka cita.  Kegembiraan terlihat di mana saja. Di kampung biasanya ditandai dengan adanya kegiatan bebersih Masjid atau Mushola. Bahkan ada juga yang membersihkan rumah. Ada juga yang mengadakan kegiatan pawai obor keliling kampung. Di sekolah biasanya ada kegiatan tarhib ramadhan yang diikuti oleh seluruh siswa.

Hal ini karena memang tradisi menyambut tamu mulia bernama ramadhan dianjurkan sebagaimana bunyi hadis Nabi "Barang siapa yang bergembira dengan datangnya bulan ramadhan, maka Allah swt akan haramkan tubuhnya terbakar oleh api neraka."

Sementara Emak, satu hari menjelang datangnya bulan ramadhan justru mendapatkan musibah alias kecelakaan. Sungguh mengiris hati saat mendengar kabar dari Kakak kalau Emak terjatuh dan kini tak bisa berdiri apalagi untuk berjalan.

Ramadhan yang penuh kegembiraan hilang menjadi kesedihan, terutama bagi Emak. Biasanya ia akan pergi tarawih di mushala, kini tak bisa. Setiap subuh membaca Quran bersama jamaah ibu-ibu di Majlis Ta'lim Nurul Muslimat, tak lagi bisa dihadiri. Ketukan-ketukan alu untuk membuat kue uli, tak lagi terdengar dari dapur.

Emak terbaring di atas kasur. Menjalani hari-hari di bulan ramadhan tahun ini di ruang tengah rumah. Tak bisa kemana-mana.

Lebih menyedihkan lagi, dua hari sejak Emak terbaring menyusul kemudian Bu Ncek (adik Emak) ikut terbaring sakit di samping Emak. Selang infus menghiasi tubuh Bu Encek. Menurut keterangan Dokter, Bu Ncek sakit lambungnya. Sementara menurut keluarga, Bu Ncek sawan atau ketempelan makhluk halus sepulang dari ziarah ke makam keluarga.

Entahlah apa penyebab sebenarnya dari sakit Bu Ncek, yang pasti sungguh sangat menyedihkan. 

Kedua orang tersayang harus terkapar di bulan mulia. Tak bisa beraktivitas sebagaimana tahun-tahun berikutnya. Beribadah dengan suka ria. Tentu mengharapkan keridhoan dan balasan menjadi orang bertaqwa sebagaimana janji Allah swt pada umatnya.

Semoga ada keajaiban berkah dari bulan Ramadhan untuk Emak dan Bu Ncek bisa segera sehat dan sembuh sedia kala. Menjalani ibadah puasa dan aktivitas harian seperti sebelum sakit. Terutama untuk Emak, minimal bisa untuk berdiri dan berjalan kembali. Aamiin

Pengikut

S e l a m a t D a t a n g di Cielung Dkils

TAMU "Gelisah"

free counters