Rabu, 04 Maret 2009

HELLO MAHASISWA

dkils-
Heloo mahasiswa....
musim liburan telah usai,rutinitas kita sebagai calon intelektual kembali akan kita geluti. semoga cita-cita kita untuk menjadi yang terbaik di hari depan dapat terkabul. Namun...

Apa jadinya kalau mahasiswa masih memiliki mental anak-anak SMA, atau juga masih bermental anak SMP, atau yang lebih gawat, apa jadinya kalau mahasiswa masih bermental anak-anak SD. Mental yang masih ingin banyak bermain, bermanja-manja ria, belum peduli dengan lingkungan sekitar, belum berpikir kritis dan masih banyak lainnya. Tentu kita akan kesulitan membayangkannya. Tapi inilah yang terjadi di kampus hijau pembaharu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Meski tidak semua, tapi ternyata banyak sekali mahasiswa yang tidak sadar atau juga sadar bahwa sosok mereka belum berubah dari wujud “sebelumnya” .

Oke … pada kesehariannya, penampilan dan gaya mereka bisa disebut tidak lagi sebagai siswa tetapi sudah mahasiswa. Tapi sayang, perubahan penampilan dan gaya mereka dari siswa ke mahasiswa tidak diikuti dengan perubahan mental dan cara berfikir mereka. Akibatnya, sekarang yang ada di UIN Syahid adalah siswa-siswa yang berpakaian bebas bukan lagi mahasiswa yang katanya sebagai agent of change. Mau bukti …?

“Mahasiswa dan kualitas-kualitas yang dimilikinya menduduki kelompok elit dalam generasinya. Sifat kepeloporan, keberanian dan kritis adalah cirri dari kelompok elit generasi muda, yaitu kelompok mahasiswa itu sendiri. Sifat kepeloporan, keberanian, dan kritis yang didasarkan pada objektifitas yang harus diperankan oleh mahasiswa bisa dilaksanakan dengan baik apabila mereka dalam suasana benar, merdeka, demokratis, objektif dan rasional. Sikap ini adalah progressif sebagai cirri dari seorang intelektual. Sikap mental tersebut akan melahirkan sikap-sikap kepeloporan, keberanian, dan kritis yang didasari atas kejujuran, keadilan, dan objektivitas” (Modul LK 1 HMI: h. 45)

Dulu ketika UIN masih berstatus sebagai IAIN, banyak mahasiswa yang mengerti akan siapa sebenarnya dirinya. Sehingga mental-mental progressif sebagai mahasiswa berkembang dan menjalar pada masing-masing individu. Terbukti berapa banyak sarjana-sarjana IAIN yang sekarang bisa merasakan hasil dari sikap kepeloporan, keberanian dan kritis yang mereka suarakan dan kembangkan ketika menjadi mahasiswa.
Sementara mahasiswa UIN yang ada sekarang ini adalah mahasiswa yang bermentalkan pengikut, pengecut dan pendiam terhadap keadaan dan situasi di sekitar. Layaknya masih seorang siswa, mahasiswa sekarang hanyalah pemuda-pemudi yang suka nongkrong, no-math (nonton bioskop), gaul, keluyuran kesana-kesini, pacaran ngga ada waktunya, dan masih banyak lagi sikap yang tidak bisa mengindentitaskan bahwa dirinya adalah termasuk golongan elit pada masanya.

Entah karena terbawa oleh bentuk bangunan dan gedung kampus yang super mewah (terkesan mirip hotel) atau karena memang perkembangan zaman dan teknologi yang tidak bisa dibendung, atau juga karena memang terbawa sisstem kampus yang beredar gossip ingn menciptakan mahasiswa-mahasiswa penurut dan pendiam atas kebijakan-kebijakan yang ada baik pada intern kampus maupun extern kampus.
Entahlah ….. ???!!!

Yang pasti, fakta memperlihatkan bahwa mahasiswa UIN sekarang tidak lagi “Ngeh/melek” terhadap situasi dan kondisi yang ada. Mereka hanya bisa berfikir bagaimana nilai akademis bisa berjalan lancar dan baik sehingga selesai sesuai target. Tidak banyak jiwa -jiwa resah yang membuat mahasiswa menjadi pelopor dalam menciptakan ide-ide kreatif dan inovatif. Tidak banyak sekarang mental-mental kritis untuk menolak segala kebijakan-kebijakan yang tidak lagi sesuai dengan kebenaran, tapi justru menyengsarakan.

Belum banyak terlihat sekarang, mahasiswa-mahasiswa berkumpul untuk berdiskusi dan memecahkan masalah. Justru yang ada hanyalah mahasiswa-mahasiswa berkumpul untuk saling curhat masalah pribadi, dan lebih ironis berkumpul hanya untuk membicarakan masalah gossip artis, film baru, life style, dan segala tetek bengek yang kurang terlalu penting untuk dibahas.

Inikah cirri-ciri kelompok elit dalam generasinya? Tentu saja tidak !
Mengetahui dan menyadari hal ini, tentu membuat kita malu dan tidak pantas menyandang prediket sebagai mahasiswa. Tetapi bukan berarti kita sudah tertutup dan terlambat untuk mengubah dan mengidentitaskan diri sebagai mahasiswa yang benar-benar berfungsi sebagai kelompok elit dalam generasinya yang mempunyai sikap kepeloporan, keberanian, dan kritis terhadap apa yang ada dihadapan kita.
Mulai sekarang, ayo kita mulai. Menajdi pelopor agar jiwa-jiwa resah dan gelisah tumbuh dan berkembang dalam kampus. Tidak ada kata “tidak bisa” dalam kampus. Tidak ada lagi kata “tidak mungkin”. Tidak ada kata “dilarang”. Jadikan kampus benar-benar sebagai wadah kita dalam mengexplorasikan jiwa dan tubuh kita sebagai jiwa-jiwa pemuda penerus bangsa yang kreatif dan cerdas dalam menciptakan “karya” dengan tetap mencirikan Islam sebagai agama kita. Tidak ada yang lain. Kitapun harus berani dan kritis terhadap apa-apa yang bertentangan dengan apa yang seharusnya bisa kita lakukan.Jangan takut dan jangan diam. Kita harus bertekad, bahwa mahasiswa harus berani. Berani untuk menegakkan kebenaran dan menolak segala kemungkaran. Tidak boleh lagi terbesit di dalam hati rasa minder, takut dan mau lari dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah. Itulah mahasiswa

Kita tidak mau disamakan dengan bebek dan ikan mujair yang mudah untuk digiring dan hanya bisa nurut dan manut apa kata atasan. Kritislah !! jangan hanya diam dan menganguk. Kita bukan lagi tercipta sebagai boneka-boneka yang hidup atas kemauan tuan yang tidak bertanggung jawab. Jiwa kritis dan aktif modal bagi tumbuhnya jiwa-jiwa resah dan pemberani.

Semua akan terasa indah jika semua itu dapat berjalan baik dan sesuai dengan suasana yang benar, merdeka, demokratis, dan rasional yang juga berlandaskan atas kejujuran, keadilan dan objektifitas.
Ingat….

Saya, kamu dan kita semua telah diamanahkan sebagai seorang mahasiswa yang berperang sebagai agent of change dalam kehidupan bermasyarakat. Kepercayaan ini jangan disia-siakan. Kepercayaan ini jangan sampai disalahgunakan. Masyarakat sudah menunggu kehadiran kelompok elit yang berjiwa resah, kritis dan punya sifat keberanian sehingga tercipta kehidupan yang lebih baik. Bukankah ini suatu kebanggaan? Semoga ini menjadi renungan.

Tidak ada komentar:

Pengikut

S e l a m a t D a t a n g di Cielung Dkils

TAMU "Gelisah"

free counters