Minggu, 22 Februari 2009

Mimpi Pengajian Nurul Muslimat (Bag. 2)

Dkils- Ini merupakan lanjutan tulisan dari mimpi pengajian Nurul Muslimat sebelumnya. Tapi saya tak tahu harus menulis dari mana. Saya ingin menceritakan suatu pengalaman berharga. Sangat berharga. Khususnya buat saya.

Dulu hati saya tidak pernah tersentuh untuk menjadi seorang pengajar. Padahal basic akademis saya adalah cikal bakal menjadi seorang pengajar. Namun semua jadi berubah ketika saya telah membaca dua novel maha dahsyat (Toto Chan dan Lasykar Pelangi) yang mampu menyihir para pembaca di seluruh Indonesia, khususnya bagi kalangan pendidikan. Saya akhirnya tergerak untuk melangkah mengabdikan diri kepada masyarakat dengan berkecimpung pada majlis ta’lim Nurul Muslimat untuk menciptakan bibit-bibit generasi muda yang kelak menjadi pemimpin baik untuk agama ataupun bangsa dengan memberikan ilmu pengetahuan dan ketrampilan kepada peserta didik.

Majlis ta’lim Nurul Muslimat telah ada sejak saya masih berusia anak-anak. Majlis ta’lim ini bergerak dalam bidang pengajian ibu-ibu dan anak-anak serta pemberian santunan yatim. Dan saya sekarang menjadi bagian di dalamnya dengan menjadi salah satu pembimbing pengajian Nurul Muslimat pimpinan Ustadzah Hajjah Umi Qomariah yang beralamatkan Kp. Pitara RT 03 RW 16 Kel/Kec. Pancoran Mas Depok Jawa Barat.

Alasan saya mau menjadi pembimbing adalah karena Ustazah Umi Qomariah memberikan kebebasan kepada saya untuk mengekspresikan atau menjalankan majlis ta’lim untuk anak-anak sesuai dengan apa yang saya inginkan. Artinya semua kebijakan terkait pengajian anak-anak saya yang membuat dan bertanggung jawab. Dan dengan membaca bismillah maka saya memulai menjadi pembimbing dengan langkah pertama, merubah system pengajian yang telah berjalan sesuai dengan mimpi saya untuk mendidik anak-anak ala novel Toto-Chan dan Lasykar Pelangi
Pengajian berjalan rutin setiap hari dari pukul 17.15 s.d 20.00 (pada jam normalnya). Saya membimbing sebanyak 26 anak-anak yang berumur dari 5 - 13 tahun. Dalam proses pembelajaran saya membagi mata pelajaran dalam dua bagian. Yaitu mata pelajaran rutin berisi materi ajar pengajian (Baca iqro dan Quran), Fiqih, Aqidah Akhlak, Membaca dan Cerita, Tajwid, Game dan Latihan doa, serta Menulis. Dan mata pelajaran Extrakurikuler meliputi materi ajar: Olah Raga, Pembuatan Madding, Muhadhoroh, dan Penelusuran bakat dan hobby meliputi menyanyi, menari, latihan tulis Arab (khat), bertanam, dan belajar musik. Untuk mata pelajaran extrakurikuler diadakan selama hari minggu secara bergiliran. Terkadang juga saat ada libur tanggal merah.

Begitupun halnya dalam pengajian ini saya membuat ketentuan adanya kepengurusan sebagai langkah untuk memperkenalkan cara berorganisasi, jadwal piket demi terbinanya rasa tanggung jawab terhadap lingkungan pengajian dan pembayaran uang kas dengan tujuan belajar untuk mempersiapkan sesuatu jika terdapat kebutuhan.

Saya sudah berjalan satu tahun bersama pengajian majlis ta’lim Nurul Muslimat. Terasa sangat bahagia saat ternyata saya mampu untuk istiqomah bersama anak-anak dalam belajar dan bermain. Beragam hambatan dan kesulitan memang resiko yang harus dijalani. Tapi tak sedikit kelebihan atau katakanlah keuntungan kita peroleh terutama dalam mengembangkan diri di bidang dakwah.

Harapan saya, semoga majlis ta’lim Nurul Muslimat menjadi cikal bakal tumbuhnya majlis talim pengajian untuk anak-anak yang tidak hanya sekedar sebagai wadah untuk menyediakan anak-anak bisa mengaji al-Quran saja. Tapi lebih dari itu. Majlis ta’lim harus bisa lebih memberikan sarana dan fasilitator agar bisa menghasilkan peserta didik yang agamis, cerdas dan unggul dengan memiliki kemampuan akademik terampil dan pribadi yang kuat baik secara agama maupun umum.

Hal ini berlandaskan fakta bahwa kita sama-sama maklumi, kebanyakan dari majlis ta’lim yang ada di kampung hanya memberikan sarana untuk belajar mengaji. Atau sedikit menambah pengetahuan tentang agama. Mungkin mereka berfikir, karena sudah ada lembaga lain dalam menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan peserta didik yaitu sekolah formal.

Saya sepakat untuk alasan itu. Tapi bagi saya, akan lebih baik juga lembaga pendidikan nonformal seperti majlis ta’lim juga diupayakan sebagai jembatan menciptakan kepribadian peserta didik yang memiliki keluhuran moral, kedalaman spiritual, kecerdasan intelektual, dan keterampilan hidup untuk di masa mendatang. Kalau sudah seperti itu, yakinlah bahwa anak-anak kita akan terjamin hari depannya menuju kebahagiaan yang haqiqi.

Sebelum saya menutup tulisan ini, perlu kiranya saya beritahukan kepada para pembaca bahwa saya ingin membuat perpustakaan untuk anak-anak demi menciptakan budaya membaca pada usia dini. Oleh karena itu, apabila ada dari para pembaca sekiranya ingin membantu saya untuk menciptakan mimpi saya memiliki perpustakaan untuk anak-anak, agar bisa membantu melalui alamat yang tadi telah tertera di atas (paragraph 3). Begitupun halnya jika ingin memberi kritik dan saran atau sharing demi kemajuan pengajian Nurul Muslimat, kami harapkan kerjasamanya untuk mengisi kolom komentar. Terima kasih

Tidak ada komentar:

Pengikut

S e l a m a t D a t a n g di Cielung Dkils

TAMU "Gelisah"

free counters