Minggu, 15 Mei 2011

RINDU SEMAKIN MERINDU


Aku semakin merindu. Rindu akan kehadiran-Nya. Rindu akan kasih sayang-Nya yang tiada henti. Rindu ingin selalu dipeluk-Nya dan dibelai mesra. Aku rindu ingin berjumpa dengan-Nya.
Sungguh aku sangat merindu.

‘Keadaanku’ saat ini membawaku kepada sebuah nilai tambah keyakinan dasar tentang keberadaan dan segala kekuasaan-Nya yang menguasai atas semua keberadaan makhluk ciptaan-Nya. Aku dan semua makhluk tentunya tidak berarti apa-apa dalam hidup ini tanpa ‘bantuan tangan’ oleh-Nya. Kesombongan atas apa yang kita miliki tak memiliki makna jika dihadapkan kepada-Nya.

Apalah arti harta yang kita miliki bagi-Nya. Apalah arti kekuasaan dan kekuatan yang kita miliki bagi-Nya. Apalah arti kepintaran dan kejeniusan kita bagi-Nya. Apalah arti kecantikan dan ketampanan yang kita punya bagi-Nya. Hanya Dialah yang layak untuk sombong. Karena Dia maha segalanya. Dialah sang pemilik kekayaan sebenarnya (al-Ghoniyy), Dialah sang pemilik kekuasaan (al-muqtadir) dan sumber kekuatan (Al-Qowiyy), Dialah pemilik segala ilmu pengetahuan (al-‘aliim), Dia pulalah yang pencipta keindahan bagi seluruh makhluk (Al-Badii). So…. mau diletakkan di mana dan mau dibawa kemana kesombongan kita ?

Aku jadi semakin menyadari kekerdilan, kekecilan, kebodohan, kelemahan, juga kemiskinan yang kumiliki karena kemaha kuasaan yang dimiliki-Nya. Keegoisan dan kesombonganku selama ini menjadi bukti nyata lemahnya nilai keimanan yang kumiliki. Aku tak layak seperti itu lagi. Aku tak pantas.

Kusadari ini semua saat ‘keadaanku’ seperti ini sekarang. Kupupuk lagi keimanan atau kepercayaanku yang semakin terkikis dan nyaris hilang dalam beberapa tahun ini. ‘Keadaan’ ini menuntunku untuk lebih introspeksi lagi tentang keberadaanku dan keberadaan-Nya. Sungguh nikmat yang luar biasa. Andai saja aku tak memiliki ‘keadaan’ ini, mungkin aku tak akan memiliki kesempatan yang luar biasa untuk bisa kembali mendekatkan diri kepada-Nya. Menegur-Nya, menyapa-Nya, memanggil-Nya, mengingat-Nya, menyakini-Nya, lalu menjalankan atas semua perintah dan meninggalkan atas segala larangan-Nya.

Sungguh aku sangat bersyukur dan merindu.

Harapku.….

Aku ingin selalu bersama-Nya. Aku ingin selalu bersyukur atas segala nikmat dan cobaan dari-Nya. Aku ingin senantiasa diberi petunjuk hidayah serta maunah-Nya. Aku ingin bersama golongan orang-orang yang dicintai dan dikasihi-Nya. Aku ingin menjadi kekasih sejati untuk-Nya. Dan tentunya aku ingin selalu berada dalam ridho-Nya dunia akhirat.

Sembah sujudku kepada engkau sang pemilik kerajaan (Maalikul mulk), yang memiliki sifat luhur (al-Jaliil) dan mulia (al-Kariim), yang senantiasa memenuhi segala do’a (Al-Mujiib) para makhluk, senantiasa memberikan pemancar kasih sayang (Ar-Ro’uuf) juga penerima tobat (at-Tawwaab) bagi siapa saja yang dikehendaki karena Engkau maha menentukan (al-Qodir).

Sungguh aku sangat merindu.

هُوَ اللهُ الذِي لاَاِلهَ اِلا هُوَ. عَالِمُ اْلغَيْبِ وَالشهَادَةِ. هُوَ الرحْمنِ الرحِيْمِ (22) هُوَ اللهُ الذي لاَاِلهَ اِلا هُوَ. اَلْمَلِكُ اْلقُدوْسُ السلاَمُ اْلمُؤْمِنُ اْلمُهَيْمِنُ اْلعَزِيْزُ اْلجَبارُ اْلمُتَكبرُ. سُبْحَانَ الله عَما يُشْرِكُوْنَ (23) هُوَ اللهُ اْلخَالِقُ اْلبَارِئُ اْلمُصَورُ لَهُ اْلاَسْمَاُء اْلحُسْنى. يُسَبحُ لَهُ مَا فِى السمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ. وَهُوَ اْلعَزِيْزُ اْلحَكِيْمَ (24

“Ia-lah Allah, yang tiada Tuhan selain Ia. Yang tahu akan yang ghaib, dan (tahu akan) yang nyata kelihatan; Ia-lah yang maha Pemurah, yang maha Penyayang, Ia-lah Allah, yang tiada Tuhan selain Ia. Sang raja, Yang Maha Suci, Sumber Kedamaian, Pemelihara Keimanan,Penjaga Keselamatan, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, yang Maha besar, Maha Kepujian Allah, (jauh) diatas apa yang orang yang persekutukan Ia. Ia-lah Allah, yang Maha Pencipta, Yang Maha Pembuat, Pembentuk Rupa, Kepunyaan-Nya nama-nama yang paling indah, Tasbih memuji-Nya segala yang di langit dna di bumi. Ia-lah Yang Maha Perkasa, Yang Maha Bijaksana.”

- Q.S. 59 Al-Hasyr (pengusiran) 22-24 –

وَاِذْ اَخَذَ رَبكَ مِنْ َبنِى ادَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُريتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلي اَنْفُسِهِمْ. اَلَسْتُ بِرَبِكُمْ. قَالُوْا بَلى شَهِدْنَا اَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ اْلقِيَامَةِ اِنَا كُنا عَنْ هذَا غَافِلِيْنَ

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari Bani Adam keturunannya dari sulbinya, dan menyuruh mereka bersaksi terhadap dirinya mereka sendiri (atas pertanyaan), “Bukankah aku Tuhanmu?”
Mereka menjawab, “Ya, kami bersaksi !”
(Yang demikian itu) suapaya jangan kamu berkata di hari kiamat, “Kami tiada mengetahui hal ini.:

- Q.S. 7 Al-A’raaf (Tempat yang tinggi) 172 –

وَلَقَدْ خَلَقْنَا اْلاِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَاُ تُوَسْوِسُ بِه نَفْسَهُ. وَنَحْنُ اَقْرَبُ اِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ اْلوَرِيْدِ

Sungguh telah kami ciptakan manusia dan kami tahu apa yang dibisikkan hatinya kepadanya. Kami lebih dekat kepadanya dari urat lehernya.”
- Q.S. 50 Qaaf 16 –

Tidak ada komentar:

Pengikut

S e l a m a t D a t a n g di Cielung Dkils

TAMU "Gelisah"

free counters