Selasa, 18 Januari 2022

Senang Mencatat Amal Kebaikan di Sosial Media, Bagus Atau Tidak???

 
sumber gambar: twitter

Dkil's- Kemarin saya iseng membuka sosial media twitter. Scroll ke sana - sini hingga akhirnya menemukan gambar meme sebagaimana di atas. Sayangnya saya lupa meng-save sumber gambar meme tersebut. Maklum, baru kepikiran untuk dijadikan tulisan hari ini.

Ada saja pikiran orang untuk menggugah rasa 'riya' yang kita kerjakan selama ini di media sosial. Menyadarkan kita untuk tidak terjebak kepada perbuatan pamer. Saya sangat setuju dengan meme di atas. Mudah-mudahan yang membaca status (karena kebetulan saya jadikan status di WA) dan tulisan ini bisa tergugah bahwa tidak semua hal yang kita miliki atau kerjakan layak untuk di statuskan atau diberitahukan kepada khalayak umum. 

Memang masih akan menjadi debateble alias perdebatan tujuan dari kita menginfokan segala hal di media sosial. Apakah pemberitahuan segala aktivitas kita di media sosial bernilai positif atau negatif bagi diri sendiri atau orang lain?

Bagi yang menganggap bernilai positif mungkin karena menganggap sebagai wujud syukur atau terima kasih atas yang sudah dimiliki, sah-sah saja. Atau juga beranggapan untuk mendorong orang lain melakukan hal-hal positif seperti yang sudah dilakukan. 

Sementara bagi yang beranggapan sebagai nilai negatif, karena akan sangat kental sekali ketika kita memposting segala kebaikan atau aktivitas kita di media sosial rasa riya alias pamer kepada orang lain.

Seorang teman misalnya, merespon status WA saya dengan gambar meme tersebut langsung membalas dengan tulisan, Contoh Status:

1. Alhamdulillah masih bisa tahajjud

2. Alhamdulillah masih bisa berbagi meski sedikit

3. Alhamdulillah masih sempat dhuha

4. Alhamdulillah malam ini bisa kumpul dengan sahabat majlis membahas ilmu agama

5. Alhamdulillah hari ini bisa khatam

Ini merupakan bentuk contoh dari tulisan di gambar meme tentang mencatat amal kebaikan di sosial media.

Kita memang tidak bisa menjudge segala hal yang orang lain lakukan. Sebagaimana saya tertulis di paragraf atas, semua tergantung niat dari masing-masing pembuat status di media sosial. Kita sebagai pembaca atau penikmat status orang hanya melakukan pilihan untuk bisa mencontoh atau tidak seperti yang pembuat status lakukan.

Kalau statusnya positif jadikan sebagai inspirasi untuk bisa mencontoh. Jika statusnya negatif, na'udzbubillah jangan sampai kita bisa mencontohnya.

Salam bahagia dari saya.

Tidak ada komentar:

Pengikut

S e l a m a t D a t a n g di Cielung Dkils

TAMU "Gelisah"

free counters