Kamis, 17 Februari 2011

BATUK, MUSUH ATAU SAHABAT ?

Aku sudah berupaya keras untuk menjadi musuh terbaik bagi penyakit batukku ini. Tapi entah mengapa ia seperti malah semakin sayang dan cinta padaku. Batukku semakin menjadi-jadi.

Aku sekarang tak lagi bisa mengkategorikan apakah aku masih menjadi musuh bagi batukku atau memang sekarang sudah menjadi sahabat. Yaa… sahabat yang ‘menikam’.

Kemarin waktu ia kuanggap sebagai musuhku, ku kurangi jatah makan sambalku, ku kurangi hisapan batang-batang rokok, dan kukurangi jatah begadangku. Bahkan obat tradisional (minum air daun saga dan perasan jeruk nipis) plus obat-obatan dari dokter menjadi minuman sehari-hariku. Tapi ia tetap bertengger di tubuhku. Bertahan diri. Memeluk mesra paru-paru dan jantungku. Bahkan sering ia menggoda dan menjawilku dengan kelitikan menggemaskan di tenggorokan. Itulah saat-saat aku tersiksa oleh permainan musuhku ini.

Sungguh aku tersiksa oleh kondisi ini. Apalagi saat aku berada dalam keramaian. Ia tak sungkan-sungkan untuk menggangu paru-paru dan tenggorokanku sehingga menyebabkan aku mengeluarkan suara batuk yang kini sudah menjadi ciri khas bagi diriku. Banyak yang sudah berkomentar, kalau dari kejauhan terdengar suara ‘deheman’ maka tak jauh, itu pasti sosok diriku. Sungguh ciri khas unik dalam diriku di hadapan orang lain.

Aku tadinya mampu berfikir sehat untuk menjadikan batuk ini sebagai musuh yang harus dilawan dengan berbagai cara agar bisa terbebas darinya setelah mendapat masukan dari seorang teman, bahwa penyakit yang aku terima ini merupakan bagian dari ujian yang Tuhan berikan kepadaku atas keimanan yang aku jalani selama ini.

[1/2] ………..
Hey.. jgn pesimis, beriman tak cukup diikrarkan d lisan.. tp jg lwt ujian2 (al-ankabut:2), mgkn ini bgian dr uj
10;01;2011
17;31;19
[2/2] ian itu,, & Cielung hrz lu2s ujian ini ^_^ ??
10;01;2011
17;31;21

Tapi sekarang, jiwaku kembali dipenuhi oleh rasa pesimis. Aku terpuruk. Aku malu dengan lingkungan sekitar. Aku putus asa dengan serangan batuk yang semakin merajela menggerayapi tubuh. Bagiku batuk ini sekarang ingin ku jadikan sahabat. Biarlah ku hajar pantangan-pantangan itu. Makan sambel sepuasnya, makan gorengan sekenanya, menghisap batang-batang rokok sebebas-bebasnya dan bergadang, menghirup angin malam sepuas mungkin. Aku ingin tahu bagaimana reaksinya, apakah ia akan marah padaku dan segera meninggalkanku ? atau ia akan semakin jatuh cinta dan terus tumbuh serta mengembangbiakan penyakit lain sampai aku mati meninggalkan semuanya ?

Dalam lubuk hati setiap saat, aku cuma bisa berharap pada kebaikan Tuhan yang maha kuasa untuk bisa segera mengangkat dan membuang jauh batukku ini. Yaa… minimal bisa mengurangi datangnya waktu batuk (jangan batuk-batuk saat aku ada di keramaian gitu !)

Tuhan …

Kalau memang ini adalah bentuk nikmat kasih sayang-Mu kepadaku

Tolong jadikan aku orang yang bersyukur

Kalau memang ini adalah bentuk ujian dari-Mu

Tolong jadikan aku orang yang bersabar dan ikhlas

Dan kalau memang ini adalah bentuk hukuman dari-Mu atas ke-egoisan, kesombongan, kekikiran atau juga kekufuran atas nikmat-nikmat-Mu yang selama ini kuabaikan dan ku ingkari

Tolong jadikan aku orang yang bersabar, ikhlas, bersyukur dan juga pemenang atas cobaan dan hukuman yang telah engkau berikan sehingga menjadikan aku termasuk golongan orang yang beruntung di kemudian hari

Jauhkan aku dari keterpurukan dan ketipisan iman sebagaimana orang-orang yang lemah jiwa dan hati nuraninya dalam menghadapi ini semua.

Pliiisszz Tuhan …

Maturnuwun…

Batuk itu kembali menyerangku saat ku panjatkan harapan ini.
Capek dan sakit di dada juga kepala.

Biarlah.. biar dia tahu kalau aku sudah memusuhinya. Bukan menjadikannya sahabat sebagaimana yang tadi aku kemukakan.

Tidak ada komentar:

Pengikut

S e l a m a t D a t a n g di Cielung Dkils

TAMU "Gelisah"

free counters