Rabu, 20 April 2016

Guru Kritis, Ayooo...

Apakah salah kalau guru kritis?
Apakah salah kalau guru mempertanyakan hak?

Guru sudah lama terdoktrinisasi oleh lirik lagu 'Pahlawan tanpa tanda jasa', tidak aneh saat dulu aku sekolah maupun pesantren, kutemukan sosok-sosok guru luar biasa 'nrimo' atas keadaan yang dialaminya saat itu.

Dari jam pembelajaran yang menumpuk atau menipis, kekurangan buku ajar, menghadapi karakter siswa yang beragam hingga fee yang diterima setiap bulannya, mereka terima apa adanya. Seolah dalam jiwa mereka tertanam 'yang penting saya mengajar dan mendidik'.

Lantas bagaimana karakter guru saat ini? Yang konon beritanya sudah banyak dukungan pemerintah bagi para guru-guru. Masih relevankah syair lagu 'Pahlawan tanpa tanda jasa'?

Mungkin jika kita beri jawaban masih relevan bagi guru-guru yang bertugas di kampung, pedalaman atau daerah terpencil di sana, semua akan setuju. Tapi untuk guru-guru di kota besar?

Menurutku, sebagian besar sudah tidak relevan.
Sebabnya, kini guru-guru sudah mendapatkan penghasilan lumayan dari lembaga di mana mereka mendidik. Toh mereka juga mendapat 'uang saku' dari pemerintah atas pengabdiannya.

Hubungannya dengan tulisan pembuka di atas apa dong dengan judul?
Hehehehe

Semoga semua guru menjadi lebih kritis dan tidak diam saja atas tertundanya hak-hak yang harus di terima atas jerih dan pengabdiannya selama ini.

Tidak ada komentar:

Pengikut

S e l a m a t D a t a n g di Cielung Dkils

TAMU "Gelisah"

free counters