Rabu, 13 April 2022

Petasan Punya Cerita di Bulan Ramadan

ilustrasi gambar sumber suaramojokerto.com

D'kils- Bulan Ramadan selalu menjadi bulan yang berkah penuh kebahagiaan bagi semua insan. Tak terkecuali untuk anak-anak. Selain bisa menemukan banyak makanan saat berbuka dan memiliki baju baru jelang lebaran, salah satu kegembiraan anak-anak saat Ramadan yaitu bermain petasan.

Ayo siapa yang selama bulan Ramadan belum pernah bermain petasan atau minimal kembang api?

Wah sayang sekali kalau memang belum pernah bermain petasan di bulan Ramadan. Sebab kalau main di bulan lain tentu tidak sebebas bermain di bulan Ramadan. Bisa dikatakan kita sering mendengar bunyi suara petasan hanya jelang-jelang ada adat pernikahan atau perayaan hari-hari keagamaan. Sementara di bulan Ramadan, jangan marah jika kita mendengar suara bunyi petasan dari pagi hingga ketemu pagi lagi.

Sepertinya kurang afdhol atau ibarat sayur tanpa garam jika bulan Ramadan sepi tanpa suara petasan.

Saya tidak tahu persis bagaimana mulanya hingga bulan Ramadan menjadi bulan untuk 'bebas' bermain petasan. Larangan bermain seh pasti ada. Baik secara formal maupun non formal. Misalnya teguran dari orang tua yang merasa terganggu karena keberisikan suara petasan. Setelahnya, bermain petasan tetap bisa dilanjutkan.

Saya tidak maniak-maniak banget untuk bermain petasan, tapi kala itu, saya bisa merasakan sensasi luar biasa saat bermain petasan. Perasaan berani namun takut-takut berkecamuk dalam pikiran saat menyalakan petasan di tangan. Apalagi jika api sumbu sudah menyala. hhhrrrr.....

Buru-buru ingin segera melemparnya agar tak mengenai tangan saat meledak. Usai petasan meledak, raut suka cita lantas keluar beriringan dengan tawa dan sorak sorai dari teman-teman yang melihat letusan suara petasan. 

Pernah suatu ketika seorang teman jari tangannya bagian kelinking, terpaksa dipotong karena terkena petasan yang keburu meledak saat masih di tangan. Masih teringat banget tangis luar biasa yang keluar dari mulut sang teman. Anehnya saat bulan Ramadan berikutnya, sang teman kembali asyik bermain petasan. Jari kelingking yang hilang seolah tak bisa menghentikan kegemarannya bermain petasan di bulan Ramadan.

Bermain petasan menjadi suatu cerita menarik di setiap datang bulan Ramadan, terlepas dampaknya yang bisa mengganggu orang lain, namun tak dapat dipungkiri kita sulit untuk menghentikan anak-anak yang masih bermain petasan di sekitar lingkungan.

Entah apakah sekarang masih ada yang namanya perang petasan usai mengerjakanan salat subuh? Maklum, usia sekarang sudah tak pantas lagi bermain petasan. Yang ada malah ditertawakan. 

Kala itu, saya masih mengalami berperang lempar petasan dengan kelompok lain. Seru. Menantang. Sangat berkesan. Karenanya petasan akan punya cerita di setiap bulan Ramadan. Sampai kapanpun.

Tidak ada komentar:

Pengikut

S e l a m a t D a t a n g di Cielung Dkils

TAMU "Gelisah"

free counters