Kamis, 27 Mei 2010

SENYUM NENEK JALANAN


Hari ini adalah masa terindah dalam hidupku.
Seorang nenek tersenyum hangat menyapa kepolosan diriku yang melintasinya di tengah panas cuaca siang hari.

"Silahkan nak, duduk sambil minum es kelapa dulu. panas-panas begini mau kemana?"

Aku duduk sambil tersenyum kecut. Yach .. cuaca siang ini sangat panas. Tak lama, nenek memberikan segelas es kelapa muda. Sungguh menyegarkan. Tapi aku tak memintanya. Aku hanya ingin sekedar berteduh di warung kecil miliknya dari sengatan matahari.

Sang nenek tersenyum melihat kebingunganku. Aku jelas merona malu ditatap demikian

"Sudah minumlah ..! nanti keburu ngga dingin lagi .. !"

Malu-malu kuambil gelas itu, kuteguk perlahan dan sedikit. Pikiranku melayang bingung. Bagaimana aku harus membayar segelas es kelapa yang tidak aku minta ini?
Baru saja dompetku raib pasca naik bus antar kota. Tak tersisa sedikitpun uang di kantong pakaianku. Ah nasib ... Sungguh apes nian !

Dari pagi berangkat untuk mencari sesuap nasi tapi justru copet mengambil harta terakhirku di kantong celana bagian belakang. Sia-sia sudah pengorbanan yang kulewati dari rumah sampai detik aku diberikan segelas es kelapa tanpa aku memintanya.

"Mau kemana Nak ?"
Nenek itu seolah menangkap kebingunganku. Ia tersenyum lagi saat ku tatap mata teduhnya.

"Jangan khawatir, minum saja ! Itu rezeki dari Tuhan ."

Oh ... Ia bisa membaca jalan pikiranku. Aku jadi tak enak diri. Tapi, benarkah ia bisa membaca pikiranku ?

"Nak .. hidup itu memang kejam. Tapi kita harus berani melawan dan menghadapinya. Jangan gampang menyerah dan putus asa. Kalau kita takut, maka kita akan hidup sia-sia"

Aku risih mendengar ucapannya. Es kelapaku tinggal separo.

"Kamu sudah kerja belum ? Kalau belum, bagaimana membantu nenek berjualan es kelapa ini ?"

Sungguh di luar dugaan !

Nenek ini begitu ceplas-ceplosnya. Berbicara padaku yang baru saja ditemuinya. Dari mempersilahkan duduk, memberikan es kelapa, menasehati, sampai menawarkan pekerjaan ia lakukan setulus pemberian orang tua kepada anaknya. Tanpa beban.

Aku langsung menyanggupi permintaan itu. Ia mengangguk mendengar jawabanku. Segera ia memerintahkan aku untuk kembali esok. Tapi aku tak mau. Aku mau hari ini juga harus mulai bekerja. Maklum, seketika timbul kekuatan baru untuk memperbaiki hidup lebih baik setelah tadi surut dihantam kejadian tak mengenakkan.

Nenek setuju. Lalu tanpa diduga ia menawarkan menjahit tas bagian bawah milikku, rupanya copet itu merobek tas selain kantong celanaku.

Oh ... aku jadi mengerti, mengapa ia tadi seperti bisa membaca pikiranku tak punya uang.

Thank God dan terima kasih nenek manis !

Tidak ada komentar:

Pengikut

S e l a m a t D a t a n g di Cielung Dkils

TAMU "Gelisah"

free counters