Senin, 10 Mei 2010

SMS MISTERIUS

Seorang kawan lama muncul di tengah aktivitas rutin di siang hari. Tidak menampakkan wajah, tubuh atau senyum manisnya, tapi hanya lewat untai kata-kata yang jujur aku tidak menyadari kalau dia sudah mengalami perubahan besar dari segi intelektualitas dalam pemakaian bahasa.

Ah …. Seperti wajahnya sekarang ?
Semanis dan setegar dahulu ????
Aku harap demikian.

Awalnya siang itu ia mengajukan pertanyaan berkaitan dengan amaliah di bulan Ramadhan. Aku akan mencoba menuliskannya kembali, walau maaf tidak persis dengan isi aslinya (maklum sudah dihapus). Tapi akan aku usahakan esensinya akan tetap mengena:

“A … bagaimana hubungan suami istri di siang hari pada bulan puasa “

Aku tidak segera menjawab pertanyaan yang tiba-tiba muncul di hape tanpa ada identitas. Segera aku membalas, tapi aku menanyakan identitasnya.

“Ini Siapa ?’

“ini teman kecil Aa “ balasnya

“Iya siapa?”

“Masa Aa lupa, teman kecil yang pernah mandi bareng di kali”

“Teman kecil gw yang pernah mandi bareng di kali banyak”

“Aa aku kerja dulu ya, nanti dilanjut kembali” balasnya tiba-tiba setelah tadi sempat tertunda kurang lebih 15 menit tak menjawab.

Selang 2 hari ia tiba-tiba muncul kembali dengan pertanyaan yang lain.

“Aa.. kalau kita memberi uang kepada ibu tanpa sepengetahuan istri bagaimana hukumnya?”

“Ini siapa dahulu?” tanyaku semakin penasaran dengan sms dari nomor yang sama seperti kemarin hari.

“Aa ini teman kecil yang pernah Aa ajarin ngaji di mushola Nurus Sa’adah”

Ia kembali hanya memberi kata kunci, tapi tetap tanpa identitas.

“Boleh-boleh saja,, tapi lebih baiknya dibicarakan terlebih dahulu dengan istri. Ini untuk menjaga hal-hal yang tidak dinginkan di kemudian hari.”

“Terima kasih Aa”

Ia tiba-tiba menghilang kembali beberapa hari. Sampai kemudian muncul pertanyaan lain.

“Aa.. teman aku non mulim bertanya, kenapa orang Islam harus berpuasa, itukan sama saja menyiksa diri?”

Aku diamkan saja pertanyaan itu. Tapi tak lama muncul tulisan.

“Aa kenapa ga dijawab, aku ngga tahu harus menjawab apa kepada teman aku itu.”

Aku pun membalasanya.
“Gw ngga akan ngasih jawaban sebelum jelas identitas loe?”

Ia pun membalas
“Aa, jujur jawaban Aa akan merubah pandangan aku selama ini”

“Loe siapa dulu?” aku mulai terpancing emosi.

“Aku teman Aa yang ada di Kp. Benda”

Lagi-lagi ia hanya memberi kata kunci. Aku tak membalasnya. Ia pun begitu. Mungkin ia sedang mulai untuk bekerja seperti kemarin.

Tapi aku tak habis pikir. Ku kumpulkan semua berkas ingatan yang ada di kepala terkait seorang yang menulis sms misterius ini. Ia hampir tahu semua perjalanan kisah hidupku. Dari mulai mandi kali, ngaji di Nurus Sa’adah, sampai aku mondok di jawa selama 9 tahun. Aku terus berpikir mengingat semua daftar nama kawan-kawan. Sampai akhirnya, aku memiliki pada suatu kesimpulan yang menyakinkan diriku bahwa ini orang adalah sahabatku yang punya panggilan beken bernama Benjol. Ini terkait kata kunci terakhir di sms yang ia tulis kalau ia berada di Kp. Benda. Bagiku tak ada kawan lagi selain ia yang tinggal di daerah tersebut.
Segera saja ku tulis sms

“Loe Benjol ya ?”

Tak ada jawaban. Lama. Dalam beberapa hari. Hingga ia datang pada suatu tulisan yang menggunakan bahasa jawa dan terkadang bahasa Inggris di sms (aku lupa kata-kata jawa dan inggris yang ia tulis). Aku di buatnya bingung. Dalam pikiran, apa iya Benjol bisa bahasa jawa dan Inggris. Sms darinya tak pernah ku balas. Ini karena rasa dongkolku kepadanya karena ia tetap tak mau menyebut nama meski kupaksa untuk menyebutkanya. Bahkan pernah aku menelponya karena penasaran, tidak pernah ia angkat. Jelas saja aku dongkol.

Tapi justru ia yang meneror aku dengan Isi sms yang beragam. Bukan lagi pertanyaan tapi bernada teguran karena sikapku kepadanya. Misalnya saja:

“Aa lagi marah sama aku?”
“Kalau marah dalam Islam tidak boleh lebih tiga hari Lho”
“Aa ini udah hari ketiga “
“Aa udah maghrib”
“Abis penutupan pengajian ya Aa?”

Dan lain sebagainya. Aku masih tetap tidak menggubrisnya. Sampai pada suatu hari, seorang kawan ku suruh untuk menelponnya. Dan diangkat, tapi anehnya, suara yang keluar adalah suara yang mirip seorang banci. Sungguh menggelikan. Hilang sudah dugaanku bahwa ini adalah seorang Benjol. Aku jadi semakin cuek dengan isi sms yang ia kirim dengan beragam bahasa.

Sampai pada suatu hari, aku sempat mampir ke rumah Benjol untuk meminta tolong pada kakaknya membantu menjadi pengisi acara pada kegiatanku. Lantas teringat, segera aku meminta nomor hp milik Benjol. Dan pada akhirnya, setelah kulihat dan ku cocokkan ternyata hasilnya positif bahwa selama ini yang menerorku adalah seorang bernama Rahmat Taufiq alias Benjol. Aku pun tersenyum senang.

Walau aku sudah mengetahui siapa dalang sms gelap ini, aku tak mau memulai sms kepadanya, karena aku tadinya berjanji, selama ia tidak mau memberi tahu namanya maka aku tidak akan memulai atau membalas semua sms darinya.

Tapi rasa jenuh dan berdosa itu muncul. Apalagi kalau teringat kebaikan selama ini yang ia berikan selalu kepadaku. Segera saja ku ambil hp untuk memulai sms dan kutulis:

“Gw ga tau kalao ini tu loe, kenapa loe harus nyembunyiin identitas. Gw kangen banget ma loe. Loe guru kehidupan gw. Maaf kalau selama ini gw nga balas semua sms loe, karena gw ga yakin kalau ini adalah loe”

Ia tak merespon positif isi sms dariku, malah tak lama ia pun membalas, tapi anehnya, bukan soal identitas malah kata-kata sindiran:

“Ilmu yang bermanfaat ilmu yang disampaikan walau 1 ayat, neks time I want you help me .. oke”

Aku tak membalas smsnya, dan selang 1 hari tepatnya tanggal 25 Agustus 2009 ia mengirim pesan pertanyaan:

“A’ kenapa saat usia makin dewasa perasaan saat berbuka terasa kurang nikmat dibanding saat masih remaja...”

Aku pun menjawab
“Gw masih ga yakin kalau ini adalah loe?”

Ia pun membalas dengan membuka lembaran masa lalu
“Ingat ga saat kita mao kemping di tebing terus jadinya di depan rumah .. ha..ha .. kadang bayangan kecil kita saat bersama masih terngiang-ngiang”

Aku menyahut
“Fotonya ja masih ada .. ya udah, kapan punya waktu senggang? Kita ketemu sambil sharing,, karena ngga puas kalau kasih jawaban di sms”

Ia tak membalas. Sampai tulisan ini selesai aku tulis .
Huuuuuhhhhhh !!!!! lega kini hatiku !!!!!!!

Aku akan memperkenalkan sosok seorang bernama Benjol dalam sudut pandang sempit dari diriku yang kurang lebih hampir 15 tahun berteman (meski terkadang dipisahkan oleh jarak antara Depok dan Jawa timur)

BENJOL begitu teman-teman sebaya biasa memanggil. Aku ngga tahu pastinya kenapa ia bisa dipanggil demikian. Yang pasti, sejak zaman dahulu, kalau anak-anak kampung biasanya mempunyai nama-nama samaran sebagai panggilan beken. Sebut saja teman-temanku bernama Abel, Ciwil, Paijo, Q-cay, Ghompal dan lain sebagainya.

Nama sebenarnya Rahmat Taufiq. Ia Putra ke-5 dari 7 bersaudara. Ia tumbuh dan berkembang di Pitara. Kampung ku dan kampungnya juga. Meski sebenarmya ia keturunan anak Jakarta.

Wajahnya hitam manis. Ganteng lah bisa dibilang. Dulu ia gemuk. Cocok dengan postur tubuhnya. Tapi kini, ia agak kurus (terakhir aku ketemu bulan January 2009 di Sandra Depok, ia sedang menunggu jemputan untuk pulang dari kerja) ia seumuran denganku, hanya beda bulan.

Banyak hal yang ku suka dari sosok seorang Benjol. Dalam bergaul, meskipun ia terlihat polos ternyata ia memiliki keteguhan prinsip. Di samping itu, meskipun ia seorang yang pemalu, ia akan menjadi orang nomor satu untuk bisa membantu setiap urusan teman-teman. Apalagi jika ia diminta minta tolong, sepertinya ia pantang untuk menolak membantu.

Kini ia sudah menikah. Bahkan kabarnya sudah memiliki 1 orang putra. Uh… senangnya !! sebab ia sudah membuktikan bahwa dirinya adalah seorang lelaki sejati. Jadi teringat pada waktu sd dulu. Aku sempat di comblangin oleh Benjol dengan seorang cewek yang hitam manis bernama … (sayang aku lupa namanya) ceritanya, Benjol terus memanas-manasi aku untuk segera menembak cewek itu, sebab katanya, ternyata cewek itu ada rasa sama aku. Aku dibuatnya Gr. Hingga akhirnya aku memberanikan diri untuk melakukan penembakan di rumah mungilnya. he… he…

Yaaa…. Aku memiliki kenangan yang banyak terhadap sosok pria kalem ini. Andai saja ia masih tinggal dekat rumahku, mungkin kami berdua tak perlu repot-repot saling mengirim sms. Tapi apa daya, kami kini terpisah oleh jarak. semoga jalinan ini tetap terhubung walau hanya lewat sms. Benjol I miss you so much.







Tidak ada komentar:

Pengikut

S e l a m a t D a t a n g di Cielung Dkils

TAMU "Gelisah"

free counters