Rabu, 12 Mei 2010

TAKUT GAGAP

Ibu guru yang manis itu terus menjelaskan secara detail dan jenaka kepada anak didiknya. Senyum indah menghapus kerut lelah dan suntuk wajahnya. Ia tetap asyik meski beberapa anak sudah mulai sulit untuk diatur. Motivasi dan semangat untuk mengabdi pantang untuk disurutkan. Itulah tekadnya.

Saya jadi terharu. Sepintas teringat masa lalu ketika masih berseragam merah-putih. Ya .... tahun sembilan puluhan . Kala itu, tubuh kecil dengan wajah kumel selalu ogah untuk berangkat menuntut ilmu di lembaga bernama sekolah. Meski pada akhirnya berangkat juga.

Berjalan secara rombongan dengan teman-teman satu pondokan. Berlari-lari kecil sambil bercanda berharap bisa menjadi yang terdepan sampai di sekolah. Semua teman tampak jelas raut kegembiraan, apalagi tadi telah diberi "sangu" (uang saku) lebih oleh Pak-Lek (Bapak pimpinan pondok). Sekolah seolah menjadi satu tujuan untuk meraih Pengetahuan dan kesenangan abadi .

Berbeda dengan mereka, saya masih belum menyadari hal itu. Terlebih saat duduk ditingkat kelas 4 dan 5. Dalam benak saya justru yang ada tumbuh rasa kekhawatiran dan ketakutan saat sudah sampai menginjakkan kaki di pintu gerbang sekolah. Apalagi kalau tiba bel berbunyi dan semua siswa wajib di dalam kelas, ditambah saat itu adalah pelajaran PPKN, Bahasa daerah atau matematika. Maka kekhawatiran dan rasa takut dengan cepatnya menapaki ubun-ubun, Huuuh.. ! Tinggal menunggu waktu saja ......

Dan kalau sampai yang ditakutkan tiba, yaitu disuruh membaca, keringat dingin segera mengucur deras dari pori-pori tubuh kurus dan hitam ini. Lalu imbasnya, bacaan dan suarapun jadi terbata-bata, bisa lancar kalau ada yang menggertak untuk sekedar mengagetkan emosi diri. Saya tidak tahu penyebab datangnya penyakit ini, tanpa sadar ketika Sekolah Dasar dulu, kalau tiba giliran Saya diperintah untuk membaca, maka saya pasti terbata-bata dan gugup sekali. Sungguh pengalaman yang menakutkan.

Tapi itu cerita tempo dulu. kini sudah berubah. Walau rasa takut selalu muncul saat diperintah seseorang, Tapi tidak berdampak keluar keringat dingin lagi lantas tak bisa berbicara lancar. Ini semua berkat bantuan dan dorongan motivasi dari guru tercinta Ibu Khoidatul Umroh (Bu Umroh)

Ia selalu memotivasi saya dengan berkata :"Yakin kamu bisa dan tidak akan tersendat, cobalah .. !". Lantas ia memberiku kesempatan untuk membaca di tengah teman-teman kelas pada mata pelajaran berlangsung (Perintah ini sering kali dilakukan Bu Umroh. Mungkin ia bermaksud membiasakan aku membaca di muka umum).

Dan akibatnya .. Hinaan dan tawa mengejek spontan keluar dari mulut teman-teman kelas. Saya masih ingat sekali, pernah suatu ketika saya menangis sejadi-jadinya karena tak tahan mendengar dan menjadi bahan tertawaan teman-teman kelas. Sampai saya benci dengan semua teman termasuk Bu Umroh (karena merintahkan saya untuk membaca). Saya sudah tidak tahan. Setiap kali mata pelajaran Bu Umroh, saya segera saja ingin keluar kelas (tapi untung tidak saya lakukan)

Singkatnya, perlahan Bu Umroh tetap membimbing dan terus melatih keberanian saya sampai saya bisa terlepas dari penyakit 'gagap' saat membaca.

Ibu guru manis itu tersenyum ketika memergoki saya terus memperhatikannya dari tadi diluar jendela kelas. Saya jadi malu, lalu menundukkan kepala dan pergi. Oooohhh ... !!!!

Tidak ada komentar:

Pengikut

S e l a m a t D a t a n g di Cielung Dkils

TAMU "Gelisah"

free counters