Sabtu, 30 Oktober 2010

RESPON MEETING


Pertemuan dengan seseorang dapat membawa makna yang luar biasa.

Hari ini misalnya, aku telah bertemu seorang kawan yang seorang aktivis tulen. Dari masa sd jiwanya sudah terbentuk sebagai seorang pemimpin. Ini berdasarkan ceritanya, kalau dia sering menjadi ketua kalau ada kegiatan-kegiatan. Pun saat dia menginjak dewasa. Track recordnya sebagai pemimpin bertambah saat kini dia menjabat sebagai ketua umum organisasi terbesar mahasiswa di Indonesia yaitu HMI cabang Ciputat periode 2010-2011.

Aku bertemu singkat denganya, kurang lebih satu jam setengah. Pertemuan yang amat mendadak untuk direncanakan. Tak banyak juga yang kami bicarakan, hanya sebatas basa-basi pertemuan setelah lama tak berjumpa di tambah bumbu obrolan ringan terkait tentang ‘wanita’ dan aktifitas yang dilakukan akhir-akhir ini.

Aku bercerita kepadanya tentang sedikit kegiatan yang ku jalani sekarang, meski tidak mendetail, tampak aku mulai memberanikan diri untuk ‘membuka’ sebagian hal yang berkaitan denganku. Dulu, aku tak seheboh ini kalau cerita tentang identitas aktifitasku. Percaya, aku sering membual. Tapi tidak untuk hari ini dan selanjutnya.

Ku katakan kepadanya tentang kesenanganku sekarang dalam dunia ‘coret-mencoret’. Ku sebut beberapa buah hasil karya yang selama ini tersimpan rapi dalam rak buku. Ada 2 buku kumpulan cerpen, 1 buku kumpulan puisi, 1 buku cerita bebas, dan 1 buku catatan harian yang masih tarap pengeprinan sebagian.

Seperti biasa, ia tampak tak antusias. Walau tetap memberikan respon atau komentar. Sedikit. Kesanku memang dari dulu kepadanya, ia kurang menjadi pendengar yang baik. Mudah-mudahan dugaanku salah, seandainya pun benar, aku berharap dia bersikap seperti itu saat aku yang bercerita saja, tidak untuk yang lain.

Setelah itu ku tanyakan aktifitasnya, sekarang dan untuk masa yang akan datang.

Jawabnya sekarang dia seperti biasa, berkutat dengan dunia organisasi. Plus kegiatan baru kuliah S2 di Salemba UI setiap malam hari dari senin hingga jumat. Ia lelah sementara ini dengan dunia organisasi, karena terlalu banyak beban dan rintangan yang mesti dihadapinya sekarang terutama dari internal organisasi. Satu contoh dia menyebutkan adanya oknum kader yang kecewa terhadap kepemimpinannya lalu mengacak-ngacak organisasi. Oknum itu berulang kali menjatuhkan mentalnya. Dan sepertinya berhasil. Aku Cuma tersenyum. Pikirku, bukankah itu lazim di dunia organisasi kalau ada saja tipikal orang seperti itu ?. aku tak tahu pasti kenapa seolah ia kalah dengan oknum itu dari ceritanya barusan.

Lalu kegiatan untuk masa depan ? Dia menjawab tidak tahu. Tumben. Biasanya dia orang yang paling cepat untuk menyusun cita-cita. Dia masih belum bisa menentukan pilihan apakah masih tetap di dunia organisasi terutama HMI atau mencari dunia lain, akademis misalnya ? aku lagi-lagi Cuma tersenyum mendengarnya.

Aku jadi kegeeran sendiri melihat situasi ini. Sebabnya, dalam benakku (meski ini belum tentu benar) kini seolah berubah. Terjadi kebalikan. Dulu aku yang seolah tidak bisa menjawab pertanyaan apa yang dikerjakan sekarang dan masa depan ? bahkan sekalipun menjawab, belum bisa setegas dan seyakin tadi. Sekarang malah dia yang bersikap demikian. Ia menjadi seperti dulu Yang aku alami.

Hati kecilku menolak ‘kesimpulan’ ini. Walau hati kecilku juga tak bisa memungkiri perasaan berbangga hati dan bersyukur ternyata aku bisa melakukan apa yang orang lain (dia) lakukan meski hanya sebatas sebuah program jangka pendek dan panjang yang tidak formal.

Aku pulang dengan senyum mengembang. Berbagai bentuk buah tangan sudah melekat di tubuhku. Dia memang segalanya untukku. Terucap kalimat dia tidak akan melupakanku, begitupun dia berharap sebaliknya. Aku mengangguk. Menyetujui sebuah janji tak tertulis itu. Sungguh kenikmatan respon meeting yang positif.

Tidak ada komentar:

Pengikut

S e l a m a t D a t a n g di Cielung Dkils

TAMU "Gelisah"

free counters