Rabu, 15 Desember 2010

KARENA BAROKAH ILMU (TOKOH AGAMA)

Menarik sekali obrolanku malam ini di saung bengkel milik seorang kawan. Dengan di temani segelas kopi untuk 4 orang dan tiga bungkus rokok dengan berbagai jenis merk, kami asyik ngobrol ngalor ngidul terkait masalah ketokohan seorang yang memiliki ilmu agama dengan segudang karomahnya dan masalah keagamaan yang sedang hot dibicarakan akhir-akhir ini di tengah masyarakat.

Cuaca malam hari tampak redup. Sang pemilik sinar malam malu-malu untuk menampakkan diri. Dia bersinar seadanya, seolah setengah hati. Pun demikian dengan angin. Hanya sesekali menghembuskan kesejukan. Tidak banyak. Di sebelah saung, kali (sungai) yang tadi volume airnya kecil perlahan mulai sedikit demi sedikit bertambah. Menciptakan suara gemiricik karena perbenturan air dengan batu kali. Membuat suasana malam semakin nyaman untuk dirasakan di luar rumah.

Aku mulai bercerita tentang ketokohan para wali songo. Kelebihan-kelebihan atau bahasa agamanya karomah yang dimiliki masing-masing wali ku ceritakan sebatas pengetahuanku. Seperti cerita tentang murid sunan Ampel yang mempunyai karomah mampu melihat ka’bah dari lobang yang dibuatnya di tembok masjid Agung Demak saat menentukan arah kiblat. Karena karomahnya itulah sang murid akhirnya diberi gelar oleh Sunan Ampel dengan panggilan ‘Mbah Bolong’.

Selanjutnya ku ceritakan wali yang berada di pondokku daerah Sidayu Gresik Jawa Timur bernama Kanjeng Sepuh. Beliau adalah salah satu ulama yang banyak memiliki karomah luar biasa pada masanya. Dua peninggalannya yang hingga kini masih bermanfaat bagi warga sekitarnya adalah telaga di daerah Sidomulyo dan sumur di daerah … (saya lupa nama daerahnya). Kedua peninggalan tersebut amat sangat berguna bagi lingkungan sekitar karena berfungsi sebagai sumber air minum. Dan banyak lagi cerita tentang karomah yang dimiliki Kanjeng Sepuh.

Kemudian ceritaku berlanjut kepada karomah ulama-ulama tak jauh juga di sekitar pondokku. Ada KH. Suhail Ridhwan. Ada KH. Ahmad Siddiq, KH. Syamsu Dhuhha, KH. Abdul Muqsith dan lain sebagainya. Mereka semua hingga kini masih hidup. Mereka masing-masing memiliki karomah sebagaimana layaknya di miliki para kekasih Allah lainnya. Hingga akhirnya ceritaku sampai kepada tokoh controversial, presiden RI ke tiga yaitu Abdurrahman Wahid atau biasa di sebut Gus Dur.

Saat menceritakan tokoh yang satu ini, kedua rekanku yang dari tadi berperan sebagai pendengar ikut serta menjadi pembicara karena pengalaman dan pengetahuannya tentang sosok Gus Dur. Satu kawan menceritakan karomah yang dimiliki Gus Dur berupa tingkat intelegensia yang di batas rata-rata masyarakat Indonesia. Misalnya terkait statemen Gus Dur tentang anggota DPR yang mirip Taman Kanak-Kanak. Saat pengucapan statemen tersebut, Anggota DPR tidak tampak demikian. Namun tak lama kemudian, anggota DPR menunjukkan sikap aslinya yang mirip siswa Taman Kanak-Kanak.

Satu lagi kawan menceritakan karomah Gus Dur terkait keterlibatannya sebagai sorang santri yang bisa menjadi orang nomor satu di negeri bernama Indonesia. Dalam sejarahnya, di Indonesia belum ada seorang santri menjadi Presiden. Bahkan secara tingkat pendidikan, Gus Dur adalah seorang mahasiswa yang tak pernah lulus kuliah. Ini sungguh keajaiban. Hanya orang tertentu saja yang diberikan kelebihan atau kemampuan diluar batas akal atau logika manusia. Salah satunya Gus Dur.

Tak lama ia bercerita Gus Dur. Ia bercerita tentang para Habib. Dalam pandangan umat Islam Indonesia. Habib adalah keturunan langsung Rosullah dari garis cucu beliau Husen, putra dari Siti Fatimah dan Sayyidina Ali karromallahu wajhah. Dengan lantang kawanku ini bercerita panjang lebar tentang karomah habib yang ada di sekitar wilayah Jabodetabek. Baik yang sudah meninggal maupun masih hidup. Habib yang ada di daerah Empang Bogor, dari daerah Kwitang, Kranji Bekasi atau Luar Batang Jakarta Utara. Ia ceritakan satu-satu. Sungguh cerita yang amat menarik. Kini aku yang menjadi pendengar setia nan baik.

Secara garis besar aku menyimpulkan dari obrolan panjang ini, bahwa tokoh-tokoh yang kami ceritakan adalah orang-orang yang memiliki ilmu dan iman (ibadah) yang luar biasa di bandingkan masyarakat biasa. Artinya, firman Allah yang menjamin akan mengangkat derajat bagi siapa saja yang memiliki ilmu terbukti dengan karomah yang dimilki para tokoh di atas.
يرفع الله الذين امنوا منكم والذين اوتواالعلم درجات
“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan memiliki ilmu”

Sekiranya tokoh-tokoh tersebut tidak memiliki iman yang baik dan ilmu yang bermanfaat, maka mereka tidak akan menjadi kekasih Allah dan memiliki karomah.

Banyak sekali memang fakta yang membuktikan kebenaran ayat tersebut. Selain tokoh-tokoh diatas, ribuan bahkan lebih orang-orang merasakan atau mendapatkan derajat yang baik di sisi masyarakat atau di sisi Allah. Ini tentu dengan syarat memiliki iman yang bagus dan ilmu yang bermanfaat. Kalau hanya memiliki salah satu saja, maka yang diperoleh derajat yang kurang sempurna. Artinya kalau hanya memiliki iman saja maka kita hanya mempunyai derajat di akhirat. Sementara kalau kita hanya memiliki ilmu saja maka kita hanya mempunyai derajat di dunia saja.

Faktanya, banyak orang berilmu saja tanpa memiliki iman yang benar. Hidupnya bahagia di dunia saja. Tetapi tidak di akhirat. Contoh adalah para pejabat. Mereka banyak memiliki ilmu tetapi ilmunya tidak dipakai secara benar. Misalnya dipakai korupsi, menipu rakyat atau sebagainya. Derajatnya diangkat di dunia, mereka memiliki jabatan dan kekayaan yang melimpah. Tapi ingat, jangan harap mereka memiliki derajat yang baik di akhirat kalau tetap berprilaku seperti demikian.
##
Cerita ditutup dengan pembahasan keberadaan ormas yang metode dakwahnya dengan memakai kekerasan. Teman yang satu tidak setuju dengan penggunaan metode dawah seperti itu dengan alasan dapat merugikan orang lain.

Sementara teman yang satu lagi setuju dengan metode dakwah tersebut. Sebab baginya, pemerintah sudah tidak mampu mengurusi masyarakat yang berada di jalan yang salah atau penuh maksiyat. Sehingganya masyarakat berhak turun tangan dengan jalan sendiri. Salah satu tokoh yang di kaguminya dalam ormas tersebut adalah panglima sekaligus penasehat hukumnya. Baginya, tokoh tersebut jika berbicara amat sangat bagus. Hal ini karena dia berbicara dari suara hati. Tidak hanya menggunakan akal. Sebab kalau kita berbicara atau bertindak hanya menggunakan akal saja, maka kita belum tentu bisa menjadi benar. Sebab bagi kawanku akal ada batasnya.

Sementara aku ?

Aku tidak saja dengan metode tersebut. Bagiku, kalau memang metode itu ingin digunakan, maka obyeknya bukan lagi para pelaku maksiyat secara langsung. Tapi harus pembuat system dan kebijakan yaitu pemerintah.

Kawan-kawanku tidak setuju. Lalu pembicaraan menjadi ngambang. Terisi obrolan ringan tentang segala hal dan kejadian tadi di bengkel.

Kulihat jam di hp. Hampir tengah malam. Udara dingin mulai menusuk tubuh kurus ini. Aku beranjak membayar segelas kopi lalu meninggalkan saung secara bersamaan.

Tidak ada komentar:

Pengikut

S e l a m a t D a t a n g di Cielung Dkils

TAMU "Gelisah"

free counters