Senin, 03 Januari 2011

KUMPUL BARENG DIRJEN HOLTIKULTURA RI

Pagi yang cerah, meski sang mentari masih malu-malu untuk menampakkan sinar emasnya, aku tetap melangkah dengan pasti menuju lokasi tempat pembelajaran skill hidup dalam dunia pertanian.

Angin pagi semilir menerpa tubuhku yang hari ini berpakaian ala petani muda. Walau tidak mirip-mirip banget dengan style petani tulen, tapi cukup membuatku bangga untuk hadir dan bergabung dengan komunitas orang-orang yang bergelut di bidang pertanian.

Rencana pagi ini memang sekretariat kelompok tani Kali Licin akan kedatangan tamu DirJen Holtikultura dan team dari departemen Pertanian RI. Menurut rencana hanya sekedar untuk bersilaturrahmi dan share antara pihak pemerintah (dalam hal ini bidang pertanian) dengan rakyatnya.

Saat aku sampai di sekret, beberapa orang dari dinas pertanian kota depok dan departemen pertanian sudah ada dan sibuk mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan acara pada nantinya. Ada yang mempersiapkan acara, ada juga yang mencoba mengontrol konsumsi (persiapan parcel), ada mengecek rute perjalanan, bahkan ada yang ekstrim, yaitu ada yang mengecek sekitar lingkungan dan hasilnya, ada ibu-ibu yang diperintahkan untuk memindahkan jemuran pakaiannya karena dianggap kurang indah untuk dipandang oleh Dirjen dan team. Ehmmm … ada-ada saja.

Jam sembilan lewat sepuluh menit, Dirjen dan rombongan tiba di lokasi. Beberapa petani dan undangan yang sudah lebih datang berdiri untuk menyambut kehadirannya. Termasuk denganku yang kali ini bertugas sebagai penjaga buku tamu. Mereka saling bersalaman. Termasuk denganku.

Saat ku jabat tangannya, tak kurasakan telapak tangan yang kasar sebagaimana layaknya telapak tangan para petani. Hehehe … (ya iya lah … emangnya dia pekerja lapangan). Tapi aku senang menatapnya. Sepintas kalau boleh kutaksir, beliau berumur diatas kepala empat.

Wajahnya teduh dan bersih. Tampak sedikit cahaya yang memancar, mungkin karena beliau orang yang ‘ahli’ wudhu. Sedikit jengot bergelayut di janggutnya. Sementara keningnya, tampak ‘atsarul sujud’ berwarna kehitam-hitaman. Semoga dugaanku benar, kalau bapak Dirjen ini adalah salah satu orang yang ahli ibadah. Amin.

Acara di mulai. Di pimpin oleh Ibu Wid selaku KaDis (kepala Dinas) pertanian kota Depok, beliau sedikit memaparkan secara umum tentang kondisi pertanian yang ada di wilayah Depok baik mengenai tata ruang pertanian, hasil pertanian, petani juga hambatan yang ada di pertanian kota Depok. Sesekali bapak Dirjen memotong pembicaraan Ibu Wid guna memperjelas keterangan yang dipaparkannya. Kurang lebih dua puluh menit ibu Wid berbicara, setelah itu dilanjutkan oleh Bapak Nanang selaku ketua kelompok tani Kali Licin yang memberikan selayang pandang tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para petani dalam kelompok juga permasalahan yang ada dalam pertanian khususnya mengenai Belimbing.

Reaksi yang sama diberikan oleh Bapak Dirjen kepada Bapak Nanang saat beliau mendengarkan penjelasan. Berulang kali beliau bertanya di tengah Pak Nanang masih mempresentasikan hal-hal yang mesti dijelaskannya. Buatku ini suatu tata krama pembicaraan yang kurang baik dalam acara formal seperti ini. Tapi biarlah … toh akhirnya acara jadi terkesan santai dan mengasyikkan. Mungkin itu yang ada dalam niat Bapak Dirjen.

Selesai pak Nanang berbicara, acara berlanjut dengan tanya jawab antara Dirjen dengan petani. Hanya dua orang petani yang berkomentar, yaitu :

Satu, Darmuji (petani muda Kali Licin) yang meminta kerja samanya antara dinas yang terkait dengan petani terkait beberapa hal, diantaranya :
1. Meminta pihak terkait untuk mengkampanyekan untuk menyemprot dalam hari yang sama bagi petani di masing-masing kecamatan. Hal ini agar tidak terjadi perpindahan hama saat petani menyemprot di hari yang berbeda-beda.
2. Mengharap pihak terkait untuk lebih mempromosikah hasil panen para petani baik melalui media tulis maupun elektronik. Agar petani mempunyai pemasaran yang lebih jelas.

Dua, Bapak Rojalih yang hanya meminta pengadaan mesin semprot dari mesin steam karena kelompok taninya belum punya guna memperlancar proses perawatan pohon dari hama.

Selanjutnya giliran bapak Dirjen yang berbicara. Selain memperkenalkan dirinya yang
ternyata baru beberapa bulan saja menjabat sebagai kepala DirJen, beliau juga menjelaskan tentang program-program yang akan dijalankannya bersama team. Namun, salah satu program yang kini dikejarnya adalah pencanangan tanam cabai secara nasional (minimal terlaksana 3 bulan sebelum hari raya) yang rencananya akan dilaunching oleh bapak Presiden RI.

Baginya program ini tercetus karena beliau mendapati setiap tahunnya harga cabai yang melonjak naik. Padahal, cabai adalah salah satu unsur penting di masing-masing keluarga dalam memasak.

Aku mengiyakan pendapatnya. Bahkan salah satu saran dari beliau, yaitu untuk memanfaatkan lahan yang ada di depan, samping, bahkan belakang rumah kita untuk digunakan dengan menanam jenis tanaman apapun yang berproduksi, terutama terkait dengan masalah dapur yang dihadapi sehari-harinya.

Jam setengah sebelas acara secara resmi ditutup. Hal ini karena Dirjen dan rombongan masih ada kunjungan lagi di kelompok tani jambu merah di daerah Sawangan Depok. Namun sebelum meninggalkan tempat, Dirjen menyempatkan diri untuk melihat-lihat pohon belimbing dan pepaya yang ada di sekitar sekret. Dan beliau sangat mengapresiasi atas usaha yang dilakukan para petani belimbing.

Aku tersenyum mengiringi langkah Dirjen meninggalkan sekret kelompok tani Kali Licin. Satu harapan untuk kehidupan petani yang lebih baik membumbung seiring program dan respon yang terjadi saat tanya jawab tadi berlangsung.

Satu catatan terpenting dari pertemuan kali ini adalah ketika Dirjen mengusulkan untuk pemerintah Depok agar membuat Perpu yang berkaitan dengan kebijakan pelarangan atau minimalisir penggunaan tanah untuk bangunan-bangunan komersial. Karena yang terjadi di Depok saat ini adalah banyaknya lahan pertanian yang akhirnya habis oleh para pengembang untuk digunakan atau didirikan bangunan-bangunan yang lebih komersial seperti perumahan, swalayan dan lain-lain sebagainya.

Semoga dinas pertanian Depok (khususnya Ibu Wid) benar-benar menyampaikan usulan kepada pemerintah Depok terkait hal ini. Agar kota Depok tetap memiliki lahan pertanian yang banyak. Amiin.

Tidak ada komentar:

Pengikut

S e l a m a t D a t a n g di Cielung Dkils

TAMU "Gelisah"

free counters