Rabu, 16 Desember 2015

Cerpen: Dicari Para Pengkhianat Negeri


Sekarang, ini adalah rumahku. Rumah istimewaku. Tak boleh ada yang tahu. Termasuk orang tua, istri, anak, apalagi kawan-kawanku. Bila perlu syetan, jin, iblis bahkan malaikat ngga boleh ada yang tahu. Yang coba-coba memberitahu, dia akan merasakan akibatnya kelak dariku. Tak peduli siapapun dia.

Awalnya aku adalah “Tuan” dari sebuah Negeri. Penguasa yang memiliki pengaruh luar biasa kepada siapapun. Apapun kehendakku segera harus terpenuhi. Yang  coba menghalangi pasti dia kan tahu akibatnya. Sebab aku adalah orang paling berpengaruh, sampai yang Mulya pun tunduk kepadaku.

Hingga pada suatu hari…

Aku berlari. Mencoba menghindar dari semua serangan sebagian orang yang datang tiba-tiba untuk memburuku saat aku sedang asyik berjoging ria. Bebatuan kecil dan besar menjadi senjata para pemburuku.
Aku menghindar berlari menuju gang sempit. Mereka mengejar, tak lagi melempar tapi membawa kayu dan senjata tajam. Beringas, semua yang menghalangi langkah mereka segera di singkirkan. Aku terus berlari dengan berbagai pikiran mencari keselamatan.

Aku menemukan tempat persembunyian. Di sudut gang terdapat kotak plastic berukuran sedang. Bau busuk yang menyengat ku tahan sebisa mungkin. Yang penting aku selamat. Umpatan terdengar nyaring dari mereka yang memburuku.

“Pembohong…. Dimana kau bersembunyi..?”

“Penjilat… keluarlah… kau pasti kami temukan..?”

“Pengkhianat… kau tak akan kami bebaskan…”

Bergidik aku mendengarnya. Dengkulku gemetar. Nafasku memburu karena rasa takut dan bau busuk disekitarku. Aku ingin menangis, tapi ku tahan. Khawatir terdengar oleh mereka para pemburuku. Aku hanya bisa terdiam seorang diri.

Dimana mereka yang selama ini bergembira ria denganku? Kemana mereka di saat aku butuh pertolongan? Apa yang sedang mereka lakukan di luar sana? Apakah keadaan mereka sama seperti yang aku alami kini? Aaaaaahhhh……

Makian-makian di luar tempat persembunyianku mulai mereda. “Semoga mereka segera pergi jauh dan meninggalkan tempat ini.” Doaku dalam hati.
Aku tak tahan dengan bau busuk ini. Aku tersiksa dengan tempat kumuh ini. Aku ingin segera keluar dari tempat persembunyian sempit ini. Aku segera ingin keluar dan kembali menikmati bahagia dengan segala fasilitas mewahku. Secepatnya.

Tapi sayang harapan itu musnah. Keinginanku tuk segera keluar hilang saat terdengar ucapan dari seorang pemburuku:

“Tiga orang jaga gang ini. Kalau si Pengkhianat rakyat itu lewat atau keluar dari gang ini, habisi saja. Tak perlu dikasihani. Rakyat tidak membutuhkan pemimpin ‘bangsat’ yang cuma bisa menyengsarakan dan menyakiti rakyat. Yang lain ikut aku. Kita cari “orang-orang” yang sama bejatnya dengan si penjilat itu. Semuanya harus kita habisin demi tercipta Negeri sejahtera.”

Aku menangis dalam hati. Tak tahu harus bagaimana lagi.

Sekarang, ini adalah rumahku. Rumah istimewaku. Tak boleh ada yang tahu. Termasuk orang tua, istri, anak, apalagi kawan-kawanku. Bila perlu syetan, jin, iblis bahkan malaikat ngga boleh ada yang tahu. Yang coba-coba memberitahu, dia akan merasakan akibatnya kelak dariku. Tak peduli siapapun dia.



Tidak ada komentar:

Pengikut

S e l a m a t D a t a n g di Cielung Dkils

TAMU "Gelisah"

free counters