Rabu, 16 Mei 2012

Balada Gitar Hijau Hitam dan Cita-Cita


Gitar hijau hitamku. Teronggok di pojok kanan kasur tidurku. Tersentuh. Tapi jarang.

Kuberikan nama gitar ‘hijau hitam’ karena corak warna yang menghiasi tubuhnya berwarna demikian. Beli dengan seorang teman kira-kira 5 tahun yang lalu di pasar Ciputat. Dengan harapan aku bisa memetik dan memainkan secara apik senar gitar tersebut layaknya temanku memainkannya.
Harapan tinggalah harapan.



Ketidaksungguhan dan tiadanya kerja keras mempelajari dan memainkan gitar akhirnya membuat gitar ‘hijau hitam’ hanya menjadi barang asesoris kamar mungilku. Aaaahhh…. Nasibnya….

Percuma kalau ingin jago. Percuma punya cita-cita tinggi, tapi tak ada usaha keras untuk mempelajarinya. Tak kan pernah bisa.

Dan fakta ini terjadi padaku.

Dulu. Dulu sekali.

Saat pertama niat beli, aku ingin belajar, jadi jago, kemudian mampu mengaransemen musik untuk dunia seni wabil khusus teater.

Sekarang. Sampai detik ini.

Hahahahahahahaha….

Aku harus tertawa dan mengakui bahwa aku belum mampu meraih cita-cita itu. Boro-boro mengaransemen musik teater, memainkan kunci lagu ‘Menghapus Jejak’ milik band Peterpan saja, bertahun-tahun tak hafal. Sudah hafal kunci nadanya, saat praktek, ribet banget saat perpindahan satu kunci ke kunci lainnya. Akhirnya.. ujung-ujungnya nyerah dan dan gitar kembali teronggok tanpa sentuhan sampai beberapa waktu kemudian (kalau cepat ‘ngeh’ ada gitar, cepat dimainkan lagi seh)

Ini pelajaran yang harus diperhatikan.

Bahwa cita-cita yang ada dalam harapan kita akan terwujud jika kita mau berusaha. Kalau hanya sampai setengah-tengah apalagi tidak bergerak sama sekali, jangan harap cita-cita itu datang dengan sendirinya kepada kita.

Ehmmmm…

Dan malam ini.

Saat isi kepala sedang suntuk, badan lelah dan letih. Aku jadi teringat kembali akan cita-cita murni dulu saat beli. Tanpa sadar, alam bawah sadarku mengajak untuk menyentuh dan memainkan gitar ‘hijau hitam’.

Tak beraturan. Ku petik enam senar itu secara serampangan. Bunyi suara yang keluar tak jelas bahkan terkesan gaduh. Kalau orang yang mengerti, mungkin dia bisa menebak sang pemain gitar sedang dilanda ‘lagau’ eehhh ‘galau kuadrat’. Dan itulah faktanya.

Beragam lagu kumainkan. Ancur. Tidak jelas. Berantakan. Tapi sedikit bisa melemaskan otot di kepalaku. Sampai suatu waktu, ku petik sinar gitar satu persatu. Ku pejamkan mata. Ku coba rasakan getaran dari senar-senar gitar ‘hijau hitam’. Awalnya terdengar biasa. Tak bisa dikatakan spesial. Tapi setelah ku lakukan berulang-ulang, dan tanpa sadar sugestiku mengajak untuk menikmati alunan petikan gitar ini, aku terbuai…

Beberapa pikiran masalah yang tadi sempat berkecamuk dalam alam pikiran, perlahan menghilang.

Ku rasakan petikan gitar itu. Merdu. Kata hatiku.

Satu… dua… tiga… 

Tenang hati… damai pikiran…

Ku lemaskan otot-otot di kepala. Bisa. Mataku tetap terpejam. Dengan kepercayaan tingkat tinggi. Ku buang jauh-jauh pikiran negatif.

Aku terhanyut.
Terbawa petikan gitar tak beraturan.
Tapi nyaman.

Sampai akhirnya…

Suara ketukan pintu kamar dan teriakan emakku membuka kembali kedua mata dan alam sadarku.

‘Woyyy…. Jengkol dah di goreng tuuh… buruan madang.. ntar keburu adem kagak enak….”

Puji Tuhan.. aku damai.
Sedamai ku rangkai tulisan ini.




Jangan lupa yuk kita bergerak
Meraih cita-cita yang tertunda
Mauuuu…?

Tidak ada komentar:

Pengikut

S e l a m a t D a t a n g di Cielung Dkils

TAMU "Gelisah"

free counters