Minggu, 13 Mei 2012

Cerita Angkot OOH Angkot


Hampir 4 tahun aku tidak lagi merasakan indahnya duduk atau berdiri berdesak-desakan dengan banyak orang dalam angkutan umum atau di sebut juga angkot.  

Kemarin aku mencoba kembali duduk sebagai penumpang di angkot menuju terminal di kotaku. Ku rasakan sensasi luar biasa saat aku duduk dan saling berhadapan dengan penumpang lain. Dalam perjalanan yang sedikit memakan waktu yang panjang karena terjadi antrean panjang kendaraan di tengah pasar, aku menikmati perasaan rindu dan takjub akan indahnya berada di kendaraan yang berisi kurang lebih 6 prang (penumpang tidak penuh).

Ku tatap wajah mereka satu persatu. Meski tidak mengenalnya, ku perhatikan mereka secara seksama. Tentu dengan sembunyi-sembunyi. Ada seorang ibu muda dengan dandanan necis ala pegawai kantor yang sepertinya baru akan berangkat kerja. Ada juga seorang remaja putri yang dengan make up ‘medok’ di wajahnya menjelaskan dia adalah salah satu pegawai toko kosmetik di salah satu pusat perbelanjaan di Margonda. Matanya sekilas tadi memandangku, mungkin dia merasa aku sedang memperhatikannya. Hehehe …

Sementara di sebelah kanan kiriku adalah dua orang lelaki setengah baya yang sepertinya mereka akan turun di pasar tradisional. Keduanya memejamkan mata. Tak menghiraukan suasana yang terjadi di dalam angkot atau di luar. Mereka asyik dengan pikirannya masing-masing. Di depanku duduk dua orang siswi sekolah menengah atas yang tampak anggun dan seksi. Dengan memakai seragam ‘androk’ di atas lutut, sedikit memperlihatkan paha mulus keduanya membuatku selalu mencuri-curi kesempatan untuk dapat meliriknya. (hahahahaha…. Mau yaaa?)


Mereka berdua asyik mengobrol. Tak jauh pembahasannya dengan remaja-remaja putri yang lain, mereka asyik membicarakan tentang cowok. Sedikit ku dengar pembicaraannya, siswi yang berbodi lebih montok di banding temannya ini mengisahkan bahwa dirinya ini sekarang sedang selingkuh dengan cowok dari sekolah lain. Rekannya tentu saja kaget mendengar hal itu. Tapi sang bodi montok ini, malah tertawa cengegesan. Baginya, dia merasakan pengalaman dan sensasi yang luar biasa ketika dia menjalani perselingkuhan ini. Bahkan sang bodi montok ini menyarankan kepada rekannya untuk mengikuti jejaknya menjalani perselingkuhan.

Aku tersenyum. Sedikit ku lihat ekspresi wajahnya. Tampak kepuasan yang berarti saat dia telah mengutarakan isi hatinya kepada rekannya itu. Sementara rekannya, hanya bisa diam dan menggeleng-gelengkan kepala.

Wajahku ku alihkan kepada jendela mobil yang terbuka. Baru saja, dua orang lelaki yang duduk di sebelah kanan kiriku turun. Kini aku duduk di pojok sebelah kanan kursi mobil. Ku rasakan kesegaran karena hembusan angin saat angkot berjalan. Di luar, banyak sekali orang-orang hilir mudik dengan kesibukannya masing-masing. Namun ada satu kesedihan di hati saat angkot melintasi toko emas yang masih tutup, tampak dengan jelas di mataku seorang anak kecil yang kurus kerempeng dan seorang ibu sedang asyik tertidur beralaskan trotoar. Mereka tak menghiraukan suasana hiruk pikuk ramai. Mereka tak menggubris sengatan sinar matahari yang menampar tubuh mereka. Mereka tak peduli dengan suasana sekitar. Mereka asyik, mereka menikmati masa-masa indah memejamkan mata. Ah ….

Angkot tiba-tiba terhenti. Di depan terdengar raungan suara mesin ular dan melintas dengan cepat. Ah … kereta itu. “Kapan ya terakhir kali aku menaikinya ?” tanyaku dalam hati.

Angkot bergerak perlahan. Ku lihat sang supir menyalakan sebatang rokok. ia bersenandung riang. Setahuku, kalau melihat gelagat dari sopir seperti ini, biasanya uang setoran dan bensin sudah di dapatinya. Artinya, kini dia hanya butuh mencari uang untuk kelebihannya saja. Wah .. tentu sungguh beruntung nasibnya. Maklum, sekarang baru pukul sembilan kurang. Artinya, masih banyak waktu untuk dirinya mencari uang lebih minimal sampai jam 12. 00 wib.

Terminal sudah di depan mata. Aku dan beberapa sisa penumpang bersiap-siap. Termasuk dua siswi di depanku. Saat aku akan melihat mereka untuk yang terakhir kalinya dalam angkot, ke dua mataku bertatap langsung dengan siswi berbodi ‘sedang’. Ia menundukkan mata tapi tak lama. Kemudian menatapku kembali. Sementara mataku dari tadi setelah mengetahui dia memandangku, tak ku turunkan sama sekali. Aku terus memandangnya. Sampai akhirnya terdengar suara “Ehm… Ehmmmm …woy turun … !!” kata suara sang bodi montok. Aku dan sang bodi ‘sedang’ kaget dan salah tingkah sendiri. Kemudian aku tersenyum dan dia pun tersenyum.

Gila … ternyata manis juga. Aku berjalan di belakangnya, sekilas terdengar bisik sang bodi montok yang mengajaknya untuk dia berkenalan denganku. Tapi sang bodi ‘sedang’ menggeleng. Hingga akhirnya, aku memisahkan diri dengan berjalan di jalur yang berbeda untuk mencari angkot lain kembali ke rumah. Terakhir aku memandanginya, dan dia pun menoleh ke belakang untuk mengambil uangnya seribu yang baru saja jatuh.

Aku tersenyum. Entah apakah dia melihat senyumku.

2 komentar:

indra mengatakan...

Mantaff... Keep bloging Bro....

D'kils mengatakan...

sama-sama brooooo,,,,,, ajarin lagi dong ngeblog yang lebih mantaff..... heheheh

Pengikut

S e l a m a t D a t a n g di Cielung Dkils

TAMU "Gelisah"

free counters